Pemimpin dari Hutan Adat, Guru dari Pengalaman
Muthia Indriani Rangkuti 30 November 2025Pak Heriyanto, seorang Kepala Desa Moa. Perjalanan pengabdiannya dimulai jauh sebelum ia memimpin desa. Setelah lulus kuliah, ia memutuskan untuk mencari pengalaman di Sokola Rimba, Jambi, mengabdikan diri sebagai guru bagi anak-anak rimba. Dari sanalah ia belajar arti pengabdian, kebersahajaan, dan kedekatan dengan alam. Ketika kembali ke kampung halamannya Desa Moa, sebuah desa yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu ia memilih untuk berkebun sekaligus menjaga hutan. Ia menyadari, kehidupan masyarakat desanya sangat bergantung pada alam, yang harus dikelola dengan kearifan adat sekaligus memperhatikan potensi bencana.
Pak Heriyanto mulai dengan menseriusi pertanian cokelat. Ia menggagas berbagai kebijakan: membantu warga memperoleh bibit unggulan dari dana desa, menghadirkan tenaga ahli untuk melatih petani melakukan entris demi meremajakan tanaman, serta menjalin kerja sama dengan dinas pertanian agar bantuan bibit jagung, coklat, kopi, durian, dan alat pertanian bisa dinikmati masyarakat. Ia juga mendorong lahirnya kelompok tani muda, sebagai ruang anak-anak muda desa untuk kembali setelah sekolah dan membangun kampung lewat bertani. Jalan usaha tani dibangun melalui rabat beton di kantong-kantong produksi, memudahkan akses distribusi hasil panen ke kecamatan. Hasilnya, produksi pertanian meningkat, daya beli masyarakat naik, dan pertumbuhan ekonomi desa juga meningkat.
Dalam hal menjaga hutan, Pak Heriyanto juga menggagas peraturan desa tentang pengelolaan sumber daya alam, termasuk pemanfaatan kayu dan penambangan emas di sungai. Ia menggandeng lembaga adat untuk memperjuangkan status Hutan Adat, agar masyarakat bisa mengelola dengan lebih bijak berdasarkan kearifan lokal. Perjuangan bertahun-tahun ini akhirnya berhasil: hutan desa resmi ditetapkan sebagai Hutan Adat oleh pemerintah. Tak hanya itu, ia juga terus mengadvokasi pengaktifan kembali sawah seluas 40 hektar yang lama terbengkalai karena irigasi rusak akibat bencana. Saat gempa melanda, ia bergerak cepat memperbaiki irigasi dengan bronjong dan berbagai infrastruktur pertanian. Dampaknya, meski bencana datang, pertanian desa tetap bertahan.
Tidak berhenti di situ, sebagai seorang yang juga pernah berkecimpung sebagai pendidik, perhatian besar juga ia berikan untuk pendidikan dan kebijakan inklusif. Setiap anak yang melanjutkan ke SMP dan SMA mendapat beasiswa penuh dari dana desa. Beberapa mahasiswa juga memperoleh beasiswa kuliah. Sejak 2017, sudah ada kebijakan inklusif: 1% ADD dialokasikan untuk penyandang disabilitas. Dari dana ini, kursi roda, tongkat, dan alat bantu lainnya diberikan, juga pembangunan jamban sehat secara bertahap dari tahun ke tahun untuk lansia dan disabilitas. Hingga 2024, seluruh warga lansia dan disabilitas sudah memiliki jamban sehat di rumah masing-masing.
Kiprahnya tidak berhenti di Moa. Pak Heriyanto beberapa kali diundang menjadi Pemateri tentang Hutan Adat, salah satunya di Festival Forum Kawasan Timur Indonesia (FIKTI) IX di Kupang, Juli 2023, serta berbagai event lainnya. Atas dedikasinya, ia menerima Penghargaan dari Kementerian Hukum dan HAM pada ajang Paralegal Justice Award, dengan gelar Non Akademik Non Litigation Peacemaker (N.LP). Desa Moa juga memperoleh penghargaan Anubhawa Sasana Desa Jagaddhita (ASDJ) sebagai bentuk pengakuan atas keberhasilan mewujudkan desa berkeadilan dan berkeadaban hukum.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda