Ternyata Belajar Matematika Itu Gampang

MuhammadSholihuddin 30 Maret 2016

Dua  batu ditambah satu batu jadinya berapa batu anak-anak? Tanyaku dengan menunjukkan batu-batu dalam genggaman tangan.

“Ya TIGA pak, begitu saja ditanyakan”. kata Ranti, “Ah, pak ini itu pelajaran kelas 1 pak” tambah Ranti sambil ekspresi ketus.

“Nah, belajar hitung-hitungan matematika sangat gampang kan, buktinya itu sudah dipelajari di kelas sebelumnya, Ok seperti biasa kita menyaanyikan lagu andalan kita yuk!”  dalam hitungan ketiga kami bersama-sama menyanyikan lagu yang kami beri nama “Matematika Gampang” liriknya seperti berikut:

Matematika gampang, Asyik, menyenangkan.

Matematika gampang, Asyik, menyenangkan.

Gampang, asyik, gampang asyik menyenangkan.

Gampang, asyik, gampang asyik menyenangkan .

(gubahan lagu gundul-gundul pacul)

Lagu itu saya gunakan untuk membangunkan semangat anak-anak untuk belajar hitung-hitungan ternyata menyenangkan dan sangat mudah. Sehingga ketakutan anak-anak belajar matematika itu sedikit hilang karena dalam pikiran anak-anak terbangun mindset kalau belajar matematika itu asik dan menyenangkan.

Setelah itu, saya baru masuk materi yang sebenarnya yakni operasi bilangan bulat yang waktu itu kebetulan materi pembagian.

“Sekarang, anak-anak silahkan keluar kelas, kemudian kumpulkan batu kerikil sebanyak seratus ya!”instruksi saya pada anak-anak.

Serentak anak-anak pada berlarian ke luar kelas dan mengumpulkan batu kerikil sejumlah yang saya minta.

Ternyata ada satu anak yang masih di ruang kelas, dia membuntuti saya dan dia bertanya setelah semua teman-temannya keluar kelas sambil berbisik. Sebut saja namanya Eki.

Pak, batu buat apa ko?” sebelum sempat saya jawab Eki lanjut bertanya “batu besar apa kecil pak?

Eki sayang, batu kerikilnya buat Eki belajar matematika, terus batunya cari yang kecil-kecil saja ya sayang!” (jawabku sambil jongkok menghadap Eki)

Kemudian Ia mengangguk dan langsung berlari ke luar kelas turut berhamburan di halaman depan kelas seperti teman-temannya.

Setelah batu-batu terkumpul, anak-anak kembali duduk di kursi kemudian saya membagikan lembar kerja.

Kalau pak punya 45 batu, selanjutnya di berikan pada 9 anak, maka setiap anak akan mendapatkan berapa batu?” tanya saya sambil memperlihatkan batu di atas meja.

Siapa yang tahu jawabannya silahkan angkat tangannya?” kata saya

Ternyata hampir semuanya angkat tangan. dan berkata “aku pak, aku pak.... selain itu banyak yang berucap angka-angka namun angka yang mereka suarakan belum senada”

Ok, pak tunjuk Bayu, berapa batu yang diterima setiap anak Bay?” kata saya

Hehehe, son tahu pak (tidak tahu pak)” sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Loh, tadi Bayu angkat tangan to?” tanya saya pada Bayu. Ya sudah, kita beri ucapan terima kasih pada Bayu yang sudah berani angkat tangan tadi.

“Terima Kasih Bayu”kami sontak berterima kasih pada anak yang sudah berani angkat tangan.

Sekarang, yang angkat tangan yang sudah punya jawaban dari pertanyaan pak tadi. Siapa yang tahu Jawabannya” ucap saya

Saya pak, saya pak” jawab Eki (sambil angkat tangan dan jinjit-jinjit biar kelihatan)

“Ok Eki, semuanya dengarkan jawaban Eki!”pinta saya pada anak-anak.

“Lima to pak?“Jawab Eki dengan yakin.

Bagaimana anak-anak, Jawaban Eki betul apa belum betul?” pertanyaanku pada teman-teman Eki.

“Cocok !”Jawab anak-anak kelas tiga secara serempak dan tertawa bersama-sama.

Sekarang Coba Eki jelaskan bagaimana Eki mendapatkan hasil jawaban itu”. Permintaan saya pada Eki.

(secara perlahan dia mengumpulkan sembilan batu dan membaginya dalam 9 lingkaran yang dia gambar kemudian membaginya sampai habis)

Begini to?” Kata Eki dengan senyum sambil mengangkat kedua alisnya.

Sip betul, jempol pak ini buat Eki” tanggapan saya.

Ok, Seperti yang dijelaskan Eki, Pak coba jelaskan ulang ya... selanjutnya silahkan kasih habis itu pertanyaan yang ada di lembar kerja masing-masing dan tetap kerjakan sendiri-sendiri ya!” perintah saya sambil menutup materi hari itu.

 

Belajar tidak perlu media pembelajaran yang mahal-mahal, cukup memanfaatkan sumber daya yang ada pun bisa, yang penting esensinya dapat dan pembelajaran itu lebih pada proses. Dimana anak-anak dan guru menikmati proses itu. Masalah hasilnya belum sempurna itu biasa, karena belajar itu berarti berproses. Buat apa mendapatkan nilai yang bagus namun itu belum JUJUR. Anak-anakku ini selalu mengedepankan kejujuran dan sportifitas. Itu yang saya bangga pada mereka. Hal itu yang membuat mereka sempurna di depanku.

Anak-anak ini sudah belajar sejak dini untuk membiasakan JUJUR dan menjaga INTEGRITAS dalam bertindak, semoga akan tetap dijaga dan guru-guru lainnya turut menjaganya. Sehingga kelak ketika mereka dewasa akan jadi anak-anak yang sangat luar biasa.

#Cerita dari Diari Pengajar Muda X – Kabupaten Rote Ndao

# SD Inpres Onatali Rote Tengah. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua