Kemeriahan Malam Lebaran di Kampung Orang

Muhammad Habibilah 9 September 2011

Masih teringat jelas satu minggu yang lalu, dimana semua umat islam merayakan kemenangannya dalam memerangi hawa nafsu selama sebulan penuh pada bulan ramadhan dengan bertakbir, bertahlil dan bertahmid di seluruh penjuru dunia. Begitu pula di sebuah kampung yang jauh dari kota, di salah satu pelosok negeri ini, bagian dari NKRI. Kadindi, itulah salah satu tempat yang saya kunjungi, dimana kerabat hostfam saya tinggal, di daerah itu tinggal mayoritas suku lombok dengan tradisi Islam yang sangat kental. Saya harus turun gunung untuk berkumpul bersama dengan kerabat hostafam yang lain, menyambut datangnya hari nan fitri. Malam itu, jalanan sangat ramai dipenuhi kendaraan yang lalu-lalang, sangat beda dengan hari biasanya. Suara mesin motor yang sangat bising turut mewarnai moment datangnya hari nan fitrah, 1432 H. Gema takbir pun terdengar di beberapa tempat ibadah, baik masjid atau surau. Semua orang bergembira pada malam itu dengan caranya masing-masing. Saya dengan salah satu kerabat hostfam menelusuri jalan sekitar, di satu spot terdapat salah satu masjid yang akan mengikuti pawai antar masjid, dengan berbagai pernak-pernik dan replika masjid diatas pick up serta dipasang pengeras suara agar terdengar oleh masyarakat. Di spot yang lain, terlihat satu masjid sedang mendesign gerobak menjadi replika unta, disebelahnya terpasang speaker untuk memperkuat suara para penyeru takbir. Sejurus kemudian, berdatangan beberapa pick up dengan replika masjid yang bervariasi, ada yang menggunakan lampu dengan aneka warna, ada yang memasang bedug dan ada pula yang memajang piala yang pernah diperolehnya dalam kompeteisi serupa. Tampak pula beberapa jama’ah berpakaian pajang, jama’ah putri memakai mukenah ada pula yang berjilbab, mereka ikut berpartisipasi dengan mengumandangkan suara takbir berjalan sejauh satu kilo lebih dengan jalan yang sedikit menanjak. Di bagian paling belakang beriringan motor berbagai merek dengan jumlah yang sangat banyak, mereka merupakan perkumpulan motor dari beberapa desa dan kecamatan sampai menimbulkan kebisingan. Sangat ramai, layakanya di kota-kota besar yang sering terjadi macet, saat itupun demikian, meskipun kemacetan terjadi hanya di jalur yang dilalui pawai takbir keliling. Menjelang tengah malam, semua peserta pawai berkumpul di satu tempat untuk mendapat penilaian dari dewan juri. Satu per satu dari peserta menunjukkan kebolehannya, mulai dari mendengungkan takbir, tahmid dan tahlil, hingga deklamasi puisi. Di atas, terklihat gemerlipnya kembang appi yang dinyalakan oleh beberapa penonton. Sangat meriah suasana pada saat itu, dan akupun terhibur meskipun ini bukan kampungku, tapi ini masih bagian dari negeriku, tanah tercinta Indonesia. Sungguh malam takbiran yang sangat berkesan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua