Kampungku, oh Kampungku
Muhammad Habibilah 25 Desember 2011
Akhir pekan merupakan saat yang tepat untuk mengelilingi desa, tepatnya dusun. Kampungku merupakan dusun paling atas, terletak dikaki Gunung Tambora. Gunung yang masih memiliki pesona dan daya tarik bagi turis, baik lokal maupun mancanegara. Tak jarang beberapa tim arkeolog juga datang guna mencari jejak peninggalan Kerajaan Tambora yang sangat tersohor pada masanya.
Dusun Tambora, itulah nama dusun yang saat ini sedang saya tempati. Secara fisik, dusun Tambora dikelilingi oleh tumbuhan kopi dengan beberapa pohon Dadap sebagai pelindung. Namun, di bagian atas, beberapa kilo dari pos-pos pendakian Gunung Tambora masih berupa hutan dengan beberapa pohon. Pohon-pohon tersebut tinggal beberapa buah, pohon yang masih tumbuh merupakan sisa illegal loging yang terjadi beberapa tahun silam. Meskipun demikian, kampungku masih terlihat indah, hijau dengan langit yang biru, dibagian atas terlihat jelas gunung Tambora yang menjulang tinggi.
Dusun ini terdiri atas beberapa kampung, ada kampung Bali yang terletak dibagian selatan dengan Pure yang cukup besar, seluruhnya beragama Hindu yang sebagian besar merupakan pendatang dari Pulau Bali, kampung atas atau kampung Timur yang terletak dibagian timur dengan jalanan yang menanjak, sebagain besar beragama Kristen dan Katolik, kampung Sumber Urip yang terletak di bagaian bawah, tepatnya diarah barat, seluruhnya beragama Islam dan sebagain besar merupakan pendatang dari Pulau Lombok. Sedangakan rumah yang aku tempati terletak ditengah - tengah, dekat dengan masjid Al-Ikhlas, masjid yang dibangun 20 tahun silam. Hanya ada 3 keluarga yang menetap disini, beberapa keluarga lain biasanya sekedar mampir.
Dusun Tambora ini akan ramai ketika musim panen kopi, banyak warga dari bawah atau dari daerah lain yang berdatangan, tetapi setelah panen berakhir dusun Tambora menjadi sangat sepi seperti kampung mati. Apalagi saat musim hujan tiba, jalanan menjadi licin yang mengakibatkan orang berpikir berkali-kali untuk pergi ke dusun ini. Di dusun ini sering dikunjungi tim arkeolog yang sedang meneliti bekas-bekas peninggalan kerajaan Tambora yang sampai saat ini belum ada titik terang. Dahulu, kerajaan Tambora merupakan kerajaan yang tersohohr pada masanya, namun hilang jejaknya ketika terjadi letusan gunung Tambora pada tahun 1815, sampai saat ini masih dalam penelitian. Dan tahun 2015, akan ada event akbar, “200 tahun memperingati letusan gunung Tambora”, entah bagaimana ramainya tahun 2015 di tempat ini. Selain itu, ada juga turis-turis baik lokal maupun mancanegara yang hendak mendaki puncak gunung Tambora. Didusun inilah biasanya mereka mulai start melakukan pendakian.
Gunung Tambora merupakan gunung yang sangat tersohor dengan Kaldera yang sangat besar membuat gunung Tambora terlihat lebih eksotis. Beberapa sumber mengatakan bahwa kaldera gunung Tambora merupakan yang terbesar di dunia. Di bagaian dalam terdapat gunung kecil yang masih aktif, sewaktu-waktu dapat mengeluarkan lava yang cukup membahayakan. Karena itu, pihak desa yang telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten telah membentuk tim sebagai pengawas dan pengontrol aktivitas gunung Tambora.
Masih banyak hal lain yang menarik dari Tambora yang sampai saat ini belum terkelola secara maksimal. Tambora masih menyimpan aset yang besar yang belum termanfaatkan secara maksimal. Sangat disayangkan bila ditempat ini masih banyak penduduk yang berada dalam garis kemiskinan. Semoga semuanya segera membaik.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda