SOMAHE KAI KEHAGE!

Muhammad Ulil Amri 29 Agustus 2012

Ibu Kelampung namanya. Cantik, perawakannya subur. Terkesan kurang gesit. Namun jika sudah ngobrol dan kenalan dengan dia, maka persepsi kekurang gesitannya seketika luntur. Wanita sangir kelahiran surabaya ini adalah kepala pengawas sekolah dinas pendidikan kabupaten kepulauan sangihe. Bu pengawas sekolah ini memendam keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di kepulauan sangihe. ya, kabupaten kepulauan sangihe sesuai dengan namanya, terdiri dari pulau-pulau. Ada satu pulau besar yang sekaligus pusat kegiatan kabupaten dan 90 pulau kecil lainnya.

Pulau sangir sendiri merupakan pulau yang tengahnya terdapat dua gunung yaitu gunung awu dan gunung.... jalan utama yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lain relatif berbahaya. Jalan yang ada lebarnya sangat kecil, berkelok-kelok dan kanan kiri adalah jurang dalam. Pengendara harus ekstra hati-hati untuk melaluinya.

Sedangkan perjalanan laut lebih menantang lagi. Jarak tempuh pulau kecil hanya bisa dilalui dengan perjalanan laut, mulai dari 1 jam sampai 2 hari perjananan. ketersediaan moda transportasi tidak jelas jadwalnya karena masih bergantung dengan cuaca dan ketersediaan bahan bakar.  Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai jutaan rupiah untuk sekali jalan.

Selain permasalahan geografis, persoalan sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam memacu kemajuan pendidikan di kabupaten yang kaya ikan ini. diakui oleh bu kepala pengawas, bahwa SDM yang terlibat secara langsung dalam urusan pendidikan ini masih jauh dari harapan. Ia mencontohkan masalah kehadiran guru yang masih rendah. Selain itu, kreativitas dan daya juang juga masih rendah. Apalagi soal penguasaan IT. SDM sangihe masih perlu banyak peingkatan.

Begitu banyak tantangan yang harus dihadapi, namun ia tetap optimis. Berbagai program sudah ia siapkan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten ini.

“saya selalu mendorong kepala sekolah dan teman-teman di lingkungan dikpora untuk mau belajar menguasai komputer”. Diakuinya, memang susah, namun ia terus memacu mereka untuk mau terus belajar.

“jangan menyuruh. Tapi bertanya boleh”. Kalimat ini yang selalu disampaikannya dalam setiap pertemuan formal maupun informal. Dia memang menghimbau para pemangku kebijakan di sekolah maupun di lingkungan dinas untuk tidak menyuruh anak, saudara, atau siapapun untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan komputer tetapi boleh bertanya.

Diakuinya pengawasan untuk kepualaun yang aksesibilitasnya terbatas memang tidak maksimal. Bahkan tidak banyak pegawai dikpora yang pernah menuju pulau matutuang, tempat saya mengabdi selama satu tahun.

Bu kepala pengawas sudah merencanakan program untuk memberi perhatian dan pengawasan di pulau-pulau terluar. Rencananya selama beberapa hari dia dan tim pengawas akan menuju ke pulau-pulau terluar. Mereka akan menginap di pulau dan memberikan coaching clinic kepada guru-guru di sana.

“Disini memang banyak tantangan, tapi saya yakin dan percaya akan ada perubahan,”. Dia memberikan nasihat kepada saya, “jika disini kamu merasa sendirian, saya dulu juga sering merasa begitu” “sekarang jangan merasa sendirian ketika menghadapi masalah” katanya memotivasi.

**

Sabtu, 30 Juni 2012 saya diminta untuk mendampingi ibu kepala sekolah mengikuti acara workshop sosialisasi akreditasi untuk TK-SD-SMP-SMA sederajat di pendopo Dikpora kabupaten. Dalam acara tersebut hadir kepala BAP sulawesi utara. Tujuan workshop ini adalah agar kepala sekolah mempersiapkan akreditasi untuk sekolah yang dikelolanya. Mempersiapkan akreditasi tidak mudah. Perlu kerja keras agar sekolah bisa lolos akreditasi. Perbaikan sana sini harus dilakukan. Apalagi peraturan baru bahwa sekolah yang belum terakreditasi tidak diijinkan menyelenggarakan ujian nasional. Peraturan ini sudah 2 tahun diterapkan untuk SMA sederajat. Dalam waktu dekat peraturan ini juga akan diterapkan di sekolah pada jenjang dibawahnya. Mau tidak mau semua sekolah harus mengajukan akreditasi. Ketika dibuka sesi tanya jawab, begitu banyak kekhawatiran kepala sekolah yang hadir di sana jika tidak bisa memenuhi akreditasi.

Bu kepala pengawas menjawab kekhawatiran tersebut dengan memberikan motivasi.

“harus dicoba bapak-bapak ibu-ibu sekalian. kami yakin anda semua bisa melakukannya” jika ada kesulitan kami siap membantu. Jadi jangan khawatir, ini semua demi kemajuan pendidikan di kabupaen kita.”

Mendengar kalimat-kalimat motivasi dari bu pengawas, Saya jadi teringat dengan semboyan kabupaten kepualaun sangihe

SOMAHE KAI KEHAGE

Semakin besar ombak menerjang, semakin gigih kita menghadapinya. Dalam terjemahan bebas berarti semakin besar tantangan yang dihadapi semakin kuat pula motivasi untuk mengatasi tantangan itu.

Dalam sebuah syair Sasambo  (sastra lisan Sangihe Talud) tersebutlah ketangguhan masyarakat kepulauan Sangihe:

“Mebua bou lawesang mahundingang keng tulumang

Pakapia magahagho makatulung kai rorong”

(Berangkat dari air pangkalan disertai pengasihan

Kuatkan hati minta berkat sebab kurnia dari Tuhan jua)

Tahuna,  Juli 2012


Cerita Lainnya

Lihat Semua