Hanya Satu Kata : Tulus
Muh Asnoer Laagu 24 Januari 2012Mengingat kembali puisi yang pernah di tuliskan oleh bapak Wiji Thukul, ketika ketidakadilan sudah menjadi suatu bagian dari kehidupan, ketika kemelaratan sudah sangat akrab dihadapan kita, maka hanya satu kata : LAWAN, maka saya pun punya sebuah kalimat yang selalu menjadi pemberi semangat dalam menjalani setiap aktifitas yakni ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak kita harapkan, ketika kita harus menjadi single fighter, ketika kita harus melunasi janji kemerdekaan maka hanya satu kata kawan : TULUS
Sekodi, ujung pulau bengkalis, mungkin banyak diantara pembaca yang belum mengetahui daerah tersebut. Sedikit gambaran tentang tempat saya yang eksotis ini yakni desa sekodi merupakan sebuah desa yang terletak di ujung pulau bengkalis, untuk bisa menjangkau desa tersebut kita bisa menggunakan sepeda motor dengan jarak tempuh sekitar 3 jam dari kota bengkalis dengan kondisi jalan yang ketika musim hujan berubah menjadi danau buatan dan ketika musim kemarau maka perkebunan besi pun akan tumbuh di jalanan. Tapi bukan hal tersebut yang ingin aku ceritakan disini, karena saya takut para pembaca akan segera kabur meninggalkan tulisan ini.
Desa sekodi menyimpan banyak sejarah masa lalu yang mungkin tidak akan kita temukan dalam berbagai buku – buku pelajaran sejarah, memang secara geografis desa saya ini di kelilingi oleh lautan yang luas dimana langsung berbatasan dengan selat malaka dan untuk ke negeri jiran tersebut kita hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam, lebih cepat jika kita harus ke pusat kota bengkalis, maka jangan heran jika lebih banyak pemuda dari desa saya yang lebih mengetahui malaysia dibanding indonesia. Karena hampir dikelilingi oleh lautan, pembaca sekalian jangan membayangkan pantai yang sangat indah dengan hamparan pasir putih yang memikat seperti kebanyakan pantai di indonesia bagian timur.
Inilah kondisi pantai di desa saya, dengan tingkat abrasi yang sangat parah dan dengan kondisi air laut yang bercampur air gambut dan air laut membuat air laut di tepi pantai menjadi merah kehitam – hitaman, jadi jangan harap untuk bisa berenang apalagi untuk snorkling di sini, karena dijamin ketika selesai maka badan pun aka sedikit merah :). Untuk bisa mencapai desa kami pun, memang harus diwarnai dengan ketulusan, karena jika ingin ke desa kami dengan suasana hati yang sedang marah maka saya menyarankan para pembaca untuk tidak melakukannya karena dijamin suasana hati yang sedang marah tersebut akan bertambah menjadi dua kali lipat karena harus melewati jalanan yang memang di rancang untuk orang yang sangat sabar.
Jangan kabur dulu ya para pembaca yang sangat aku cintai, mungkin hanya dulu yang ingin saya bagi kepada kalian, karena jika terlalu banyak sisi kemelaratan yang aku tonjolkan disini bisa jadi para pembaca langsung kabur dengan langsung menutup halaman website indonesia mengajar. Dari kondisi tersebut, ternyata sangat banyak yang bisa menjadi potensi dari desa saya ini. Beberapa potensi tersebut akan saya uraikan satu per satu, tapi ini tidak akan memakan banyak waktu para pembaca untuk melihatnya karena aku tidak akan mengutarakannya seperti seperti skripsi ataupun tesis yang harus dimulai dari bab per bab, jadi mohon kesabarannya ya....para pembaca yang sangat baik hati :)
Potensi pertama yakni generasi muda di desa ini khusunya anak – anak sekolah dasar lebih mencintai tanah air mereka sendiri dibanding dengan negeri tetangga, mereka sangat antusias ketika saya menunjukan tentang indonesia itu sendiri, ketika mereka melihat betapa luasnya indonesia, ketika beraneka ragamnya suku – suku di indonesia saya tunjukan, ketika banyaknya pulau yang ada di indonesia. Bahkan beberapa anak – anak tersebut bercita – cita untuk mengelilingi indonesia tercinta.
Mereka sangat bangga menjadi orang indonesia, dan ketika malaysia mengalahkan indonesia dalam pertandingan sepak bola mereka dengan bangganya mengatakan bahwa hanya kalah 1 – 0 mereka lebih bangga ketika di penyisihan indonesia membantai malaysia 5 -1. Jadi untuk sisi nasionalisme anak – anak jangan diragukan lagi mereka lebih indonesia dibanding beberapa masyarakat di kota – kota besar di indonesia. Hal lain yang menjadi potensi sekaligus sisi unik dari desa ini adalah Monyet Datu’, kenapa bisa unik? Na, untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita sejenak menundukan kepala dan hening cipta dimulai (hei.....ini bukan hari kesaktian pancasila kan?)
Jadi para pembaca sekalian, di desa saya ini ada sekumpulan monyet yang disebut monyet Datu’, monyet tersebut memiliki keunikan karena walaupun tinggal di hutan, liar dan tidak terpelihara tapi mereka sangat akrab dengan manusia bahkan ketika makan pun mereka makan layaknya seorang manusia, karena monyet tersebut akan mencuci makanannya, ketika kita memberi kwaci atau kacang, mereka akan membuka kulitnya terlebih dahulu dan mencucinya. Menurut legenda yang beredar di desa ini bahwa monyet tersebut merupakan kutukan dari Yang Maha Kuasa untuk kawanan Datuk Emping Besi yang berniat ingin menyerang Desa Sekodi di masa lampau, monyet tersebut menetap di desa sekodi dan tidak pernah mengganggu penduduk sekitar. Bahkan saudara kita yang keturunan tionghoa sering mengadakan upacara keagamaan untuk menghormati monyet – monyet tersebut.
Oleh karena itu para pembaca sekalian, dibalik semua keterbatasan yang ada di desa kami, ketulusan merupakan sesuatu yang mutlak untuk bisa mencapai jiwa kreatif. Ketika listrik tidak mampu menjangkau tempat kita buatlah sumber energi listrik itu sendiri, ketika sinyal seluler pun enggan untuk menghampiri kita maka buatlah sesuatu yang bisa menggoda sinyal tersebut untuk selalu ada di sekitar kita. Berbicara masalah sinyal, para pembaca sekalian disini saya membuat suatu alat yang mampu menggoda sinyal untuk tidak sekedar mondar mandir saja tapi bisa menetap di daerah kita, alat ini saat ini saya beri nama Noel 1.0 beta version
Maka dari itu para pembaca, semua tempat yang ada di indonesia memiliki keunikan tersendiri, tinggal mengolah sisi kreatifitas kita untuk bisa mengolah keunikan tersebut menjadi suatu kekuatan. Ketulusan dan kreatifitas merupakan 2 kata yang selalu membuat hidup saya lebih berwarna dalam menjalankan segala aktifitas. Seseorang yang berfikir kreatif pasti akan lebih memilih kalimat “hal ini sangat sulit untuk dilakukan tapi ini bisa untuk dilakukan” sedangkan yang tidak kreatif pasti akan lebih memilih “hal ini bisa dilakukan tapi sangat sulit”, sekarang tinggal memilih saja apa kita ingin menjadi orang yang kreatif (kere tapi aktif :)) atau mungkin orang yang pasif.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda