info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Gudang Pun Bisa Jadi Gudang Ilmu

Muh Asnoer Laagu 4 Desember 2011

Dua minggu sudah saya mengajar di SDN 38 Sekodi, tugas mengajar yang saya dapatkan yaitu mata pelajaran IPA dan Matematika untuk kelas 4, 5, dan 6, namun karena tenaga pendidik yang kurang membuat saya sering mengisi beberapa kelas yang kosong dengan menggunakan teknik mengajar 6 kelas sekaligus. Awalnya tidak ada perpustakaan disekolah kami, yang ada hanya 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan beberapa gudang penyimpanan barang barang bekas.

Untuk bisa memanfaatkan gudang – gudang penyimpanan tersebut akhirnya kami membersihkan gudang dan membuat sebuah ruangan perpustakaan yang sederhana. Perpustakaan kami berlantai semen yang sangat kotor, sehingga awalnya kami menggunakan kursi dan meja untuk kegiatan membaca didalam perpustakaan namun berkat dukungan kepala sekolah, akhirnya pada minggu ketiga tikar karpet pun bisa ada di perpustakaan kami sehingga bisa menampung lebih banyak siswa dibandingkan pada saat perpustakaan kami menggunakan kursi dan meja.

Dari ruangan yang minimalis tersebut terciptalah beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang sudah saya rencanakan seperti mading, klub sains, dan les sore. Selain itu didalamnya pun kami bisa gunakan sebagai unit kesehatan sekolah (UKS). Dengan adanya perpustakaan tersebut kami pun bisa membuat beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang awalnya tidak ada disekolah kami. Antusiasme anak – anak pun sangat tinggi setiap sore kurang lebih 50 anak yang selalu datang, salah satunya adalah yetri atau biasa dipanggil entik, walaupun jarak antara rumahnya dengan sekolah sekitar 5 km dia selalu hadir 2 jam lebih awal dibanding teman – temannya.

Sekolah kami berakhir pada pukul 12.10 pada hari biasa dan pukul 12.45 pada hari senin, pada saat perpustakaan kami ada saya memberitahukan pada anak – anak bahwa kegiatan belajar sore diperpustakaan bisa dimulai pada puku 15.00 karena ada beberapa anak yang masih mengikuti sekolah madrasah pada sore hari sampai pukul 15.00, namun anak – anak tersebut malah datang selalu lebih awal dari jadwal yang telah saya tentukan salah satunya adalah si entik ini yang rumahnya paling jauh dari sekolah.

Dan ternyata penyebab mereka selalu datang lebih awal adalah dirumah anak – anak tersebut tidak ada yang mempunyai jam dinding ataupun jam – jam lainnya, yang mereka ketahui adalah ketika sekolah berakhir, mereka pulang kerumah masing – masing, makan siang dan siap siap untuk belajar sore kesekolah, sangat luar biasa bukan..!!!

Dari beberapa hari pantauan saya, tercipta beberapa kelompok – kelompok kecil yang paling cepat datang belajar sore ke perpustakaan, kelompok ini saya sebut “gang” entah itu disebabkan karena mereka berdekatan tempat tinggal ataupun mereka itu memang sering jalan bersama.

Gang yang pertama saya namakan chinesse gang karena kelompok ini beranggotakan 6 anak keturunan china yang selalu datang antara pukul 13.00 – 13.30, gang ini sangat mahir dalam berhitung sebut saja kayan siswa kelas 2, yuliana, riana, elisa, siswa kelas 3, haini, supianto siswa kelas 4, mereka selalu datang lebih awal bersamaan dengan gang yang saya sebut gang pantai karena kelompok ini bermukim disekitar pantai tanjung sekodi sekitar 5 km ke sekolah dan perlu diingat bahwa gang ini tidak mengenal sepeda, tranportasi utama mereka adalah jalan kaki tanpa alas kaki alias nyeker kata orang jawa, karena untuk bisa kesekolah mereka harus melalui hutan karet dan hutan sagu yang lembab, sehingga nyeker pun orang masih berfikir untuk melalui jalan tersebut apalagi naik kendaraan atau bersepeda.

Jangan heran ketika mereka sampai disekolah separuh dari celana mereka pasti basah dan kaki mereka juga akan berwarna merah karena pengaruh tanah gambut yang mereka lalui.  Gang pantai ini beranggotakan 3 anak suku asli yakni yetri alias entik murid kelas 5, kamisah murid kelas 4 dan juliana murid kelas 2. Kelompok lain yang tidak kalah cepat datang adalah kelompok yang saya sebut gang darat karena mereka tinggal didarat, perlu diketahui bahwa desa sekodi terbagi atas 2 wilayah yakni wilayah laut yang tinggal di sekitar laut dan wilayah darat yang tinggal sekitar 5 km dari pinggir laut.

Gang ini juga tidak kalah cepatnya dengan chinesse gang dan gang pantai walaupun jarak rumah mereka kesekolah hanya sekitar 2 km, namun jalan yang harus mereka lalui untuk mencapai sekolah luar biasa memprihatinkan, karena jalannya akan menjadi danau ketika musim hujan tiba dan menjadi tetap menjadi danau ketika musim kemarau tiba, kelompok dari gang ini adalah sandra devi alias wo murid kelas 5, fais murid kelas 4, kausar alias ipul murid kelas 2, gang ini semuanya merupakan anak – anak penoreh getah karet.

Walaupun jarak, kondisi jalan yang mereka lalui sangat parah, hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan niat mereka untuk belajar sore, malah yang terjadi adalah karena ketiga gang tersebut datang selalu 2 jam lebih awal akhirnya belajar sore pun saya mulai pada pukul 14.00 padahal ketiga gang tersebut datang sebelum pukul 14.00.

Semangat dari anak – anak itulah yang selalu menginspirasi saya dalam kegiatan yang saya lakukan seperti kegiatan belajar sore. Semangat mereka tidak pernah luntur dalam menuntut ilmu tanpa peduli jalan yang harus mereka lalui ke sekolah, tanpa peduli entah di sekolah nanti ada guru atau tidak, tanpa peduli kondisi ekonomi yang menghimpit keluarga mereka, yang pasti mereka datang ke sekolah untuk belajar.


Cerita Lainnya

Lihat Semua