Ini Surgaku, Mana Surgamu?
morinta Rosandini 30 Juli 2012HIDUP DI SURGA DUNIA
Surga, siapa yang tidak mau tinggal di surga?. Surga adalah tempat yang indah, yang nyaman, yang menawarkan segalanya. Tapi eits tunggu dulu, itu semua ada di akhirat, kalau mau kesana yah kita harus melewati proses pencabutan nyawa dulu, dan kabarnya itu tidak mudah. Nah, bayangkan kalau di dunia ada surga!. Dimanakah tempat itu kira-kira berada? Apakah di Jepang? Hawai? Korea? Jakarta?. Sebut semua tempat yang banyak dianggap orang sebagai surganya dunia. Apakah itu Jepang karena kemajuan teknologinya, Hawai karena keindahan alamnya, Korea karena kemolekkan budayanya, atau Jakarta karena segala “kemudahan” yang ditawarkan didalamnya.
Setiap orang memiliki sebuah tempat yang dianggapnya istimewa, baginya adalah surga dunia. Namun tahukah kawan saya baru saja menemukan surganya dunia, sebuah tempat dimana pohon-pohon kopi dapat tumbuh lebat serta segar, sebuah tempat dimana gerombolan kuda, sapi dan kambing dapat hidup bebas dan sehat mencari kehidupan di sudut-sudut gubuk kayu, sebuah tempat dimana ikan bandeng, ikan tuna bahkan ikan terbang dapat berkembang biak dengan lestari, sebuah tempat dimana ketinting-ketinting* nelayan beraksi di malam hingga siang hari demi menjaring segenggam kehidupan, sebuah tempat dimana kapal-kapal pesiar berlabuh di pesisir pantai menapakkan jejak pengharapan dan penghargaan, sebuah tempat dimana anak-anak dapat berlari kencang di tanah berpasir hitam membawa roda berputar menuju alam kebebasan , sebuah tempat dimana anak-anak dapat bebas meloncat dan memanjat pohon asam yang menjulang tinggi, sebuah tempat dimana anak-anak dapat tertidur pulas di bawa rindangnya pohon jambu mete yang berjejer manis di perkebunan ayah mereka, sebuah tempat dimana masyarakatnya dapat belajar betapa besarnya keagungan Tuhan yang telah dicurahkan bagi kehidupan mereka hingga ribuan tahun kedepan, tempat itu adalah Labuan Kananga.
Yap, Labuan Kananga, desa di bawah kaki gunung Tambora di pesisir laut Flores, kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Sebuah desa yang menawarkan sejuta keindahan alam, indah seindah namanya, bagiakan bunga Kananga di tepi Labuhan. Desa berpenduduk 300 kepala keluarga ini menawarkan kehangatan tersendiri bagi siapapun yang datang mengunjunginya. Masyarakatnya ramah dan memiliki kebesaran hati, sesuai dengan budaya hidup yang dipegang teguh semenjak zaman dahulu kala, Kalembo Ade yang berarti berbesar hati. Anak-anak disini tak kenal rasa takut, mereka berlarian dan berkejaran di tanah berpasir dan berdebu, mereka memanjat, meloncat, kemudian berputar dengan gaya kaki di atas dan kepala di bawah di antara batang-batang pohon di pinggir pantai, mereka menyelam di bawah teriknya mentari siang , tak heran itulah yang menjadikan kulit mereka coklat gelap dan rambut lurus mereka berwarna kuning dengan mata bulatnya yang membuat mereka semakin manis. Mereka cerdas, mereka pintar, mereka banyak tahu tentang jenis-jenis pohon yang tumbuh subur di gunung, mereka banyak tahu tentang jenis-jenis ikan yang hidup di laut, mereka juga memiliki segudang rasa ingin tahu dan terus bertanya-tanya “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”. Mereka adalah anak-anak Labuan Kananga, anak-anak bangsa yang kelak akan membangun desanya dan negaranya.
Luar biasa bukan?
Desa Labuan Kananga memang surganya dunia. Saya bertemu dengan tempat ini baru sebulan yang lalu, tapi saya sudah jatuh cinta bukan kepalang dengan desa tersebut. Luar biasa! Dahsyat!, dan tahukah kawan, ada hal lain yang lebih luar biasa dari itu. Karena desa Labuan Kananga adalah tempat tinggalku kini selama satu tahun, mengabdi menjadi guru di sebuah SD negeri, SDN 01 Labuan Kananga namanya, tidur di bawah langit Kananga, di tanah Kananga, bertemu dengan masyarakat Kananga dan bermain dengan anak-anak Kananga, adakah lagi yang lebih luar biasa dari hal tersebut?. Bagi saya kini, inilah surganya dunia, tempat saya menimba amal, menuai ilmu menuju surganya akhirat. InsyaAllah. Aamiin.
Inilah Surgaku, Mana Surgamu?
Labuan Kananga, 30 Juli 2012
*ketinting: kapal kecil untuk mencari ikan
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda