info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Apa Masih Boleh Percaya Kepada Manusia?

Monika Yeshika Harahap 23 April 2014

Belakangan ini saya sedang sering bertanya kepada diri saya sendiri ‘Apakah saya masih boleh percaya kepada orang lain?’. Ketika orang lain menjanjikan tentang sesuatu, saya akan berpegang pada janji itu tanpa curiga apakah mereka akan melakukan maupun mengingkarinya. Seringnya memang saya menemukan manusia tidak melakukan sesuai dengan yang mereka janjikan.

Permakluman sebagai manusia yang memiliki kekurangan menjadi satu-satunya obat untuk menyembuhkan diri karena merasa dibohongi. Tapi, kalau ketika mengingkari mereka meminta dimaklumi karena manusia yang banyak lemahnya, mengapa mereka tetap berjanji?

Bukankah manusia yang sama yang banyak lemahnya itu jugalah yang sedang berjanji itu?

Oleh karena pengalaman ini dan itu, saya tidak tahu apakah saya juga harus memegang dan menaruh harapan kepada orang-orang yang telah berjanji untuk melakukan ini dan itu. Masihkah saya boleh percaya kepada mereka?

Saya pernah mendengar pernyataan yang mengatakan ‘we used to believe in people.’ Sebenarnya pernyataan ini muncul karena sudah terlalu banyak manusia yang telah mengecewakan manusia yang lain. Hal ini membuat sulit sekali mempercayai orang lain dewasa ini.

Daripada menanggung kecewa sendiri karena berharap, lebih baik tidak usah menaruh harapan kepada orang lain. Apalagi kepada mereka yang senang mengumbar janji. Janji yang mungkin kalau mereka sadar, mereka pun tidak akan mungkin bisa melakukan semua yang mereka katakan kepada orang lain.

Karena manusia yang memberi janji itu tetaplah manusia yang lemah yang tidak bisa memenuhi janji juga. Jadi, untuk apa berjanji? Untuk apa memberikan harapan palsu kepada orang lain? (atau mungkin mereka juga tidak berniat melakukannya? Akh, saya juga tidak tahu)

Tapi, apakah keadaan ini juga baik adanya? Apakah keadaan dimana manusia sudah sulit mempercayai manusia lainnya juga adalah keadaan yang diharapkan?

Ketika sulit mempercayai orang lain, apakah juga berarti kita tidak boleh memiliki harapan bahwa akan ada manusia lain yang sedang berusaha untuk diberi kepercayaan?

Tapi mungkin harapan itulah yang tidak pernah habis dan mati. Buktinya, manusia masih juga memilih. Walaupun sudah dikecewakan, mereka masih memiliki harapan bahwa manusia yang mereka pilih akan berubah. Mereka masih menyimpan harapan sederhana bahwa mereka pun memiliki kesempatan untuk berubah.

Lagi-lagi kita pasti akan disodori dengan keraguan dan prasangka. Benarkah mereka akan memenuhi janji-janji itu?

Mungkin hanya kita saja lah yang memahami itu. Kita manusia.

 

06.04.2014


Cerita Lainnya

Lihat Semua