Angan Berbalut Gurauan

Dwi Anggrainy Astivan 12 November 2014

Angan Berbalut Gurauan

Kata orang, buku adalah jendela dunia.

Namun, apa jadinya jika jendela-jendela tersebut dibiarkan tertumpuk dan berdebu. Pernahkan Anda melihat tumpukan buku usang berdebu di lemari sekolah? Atau pernahkan Anda menemukan buku-buku pelajaran basi tersimpan di perpustakaan? Pernahkah Anda merasa bingung untuk menyusun buku-buku diperpustakaan karna tampaknya tak lagi ada tempat? Ya, “jendela-jendela” tersebut dibiarkan berdebu dan tak pernah dibuka.

Sekolah pada umumnya menyesuaikan buku-buku pelajaran mereka dengan kurikulum yang sedang diterapkan. Setidaknya itulah salah satu usaha yang dilakukan sekolahku untuk ikut mendorong prestasi sekolah. Agar selalu mengikuti perkembangan katanya.

Ku jelajahi tiap kelas, perpustakaan, dan kantor guru. Ternyata sekolah kecil ini memiliki buku yang lumayan banyak. Namun, sayangnya sebagian besar buku tersebut tersimpan di dalam lemari yang berdebu bahkan mulai dimakan rayap. Kurikulum yang tertera dibuku pun beragam dari kurikulum 1994, KBK sampai KTSP. Setelah ku baca, walau berbeda kurikulum tetapi materi yang terkandung didalamnya tidaklah jauh berbeda. Setelah kuhitung terdapat hampir 300 buah buku yang artinya 300 jendela.

Diskusi pun dimulai, apa yang dapat diperbuat untuk memaksimalkan manfaat buku-buku tersebut?  “Semua buku itu berguna, apalagi buku pelajaran” setidaknya itulah yang menjadi pertimbangan kepala sekolahku untuk mengambil semua keputusan. Dibiarkan? Dibakar? Diberikan kepada anak-anak agar bisa dibaca di rumah? Ya, beragam pendapat dan saran mengalir, hingga suatu ide kecil muncul. Ide untuk mengadakan Bazar Buku Maruat. Buku-buku dijual dengan harga seribu, dua ribu tergantung kondisinya. Pendapatannya dibelikan atlas atau buku baru untuk bacaan di perpustakaan. Kepala sekolah dengan antusias menyetujui ide tersebut. Tujuannya bukan sekedar mendapat uang, tetapi juga menimbulkan rasa memiliki buku-buku yang telah dibeli dalam diri siswa sendiri.

Bazar kecil tersebut berhasil menghasilkan uang sebesar Rp 139.000. Jumlah yang cukup untuk membeli beberapa buku dan atlas baru. Seusai bazar, di dalam ruang perpustakaan darurat berukuran sederhana, di salah satu gurauan-gurauan sederhana para guru, munculah sebuah kalimat sederhana “Panas ya, uangnya kita belikan kipas angin aja yuk!hahaha...”. ya, sebuah angan kecil berbalut gurauan terucap. Angan sederhana untuk membeli sebuah kipas untuk perpustakaan. Gagasan tersebut bukanlah tanpa alasan, diruangan berukuran 5 x 3 meter dengan jendela dan alas seadanya terkadang memang membuat kami gerah. Namun, gurauan tersebut disambut dengan pesimistis “Hahaha..mana ada..uangnya nda cukup bu!hahaha...”.

Bila dicermati, hal tersebut sering kita jumpai. Ya, biasanya dikala mimpi kecil lahir, munculah pula penghambat yang merupakan tantangan. Dengan demikian pilihan untuk menghiraukan atau menjawab tantangan berada ditangan kita para pelaku. Hal unik lainnya, biasanya kita mengetahui cara menjawab tantangan tersebut, namun seringkali berpura tak mengetahui atau tak menyadari.

“Wah, berarti kita harus cari uang lagi ya bu biar cukup! Gimana caranya ya?”. Dengan satu kalimat tanya, kami terdiam dan berpikir mencari solusi. Ya, proses itulah yang pada akhirnya menghasilkan ide untuk membuat sebuah kantin sekolah. Selain dapat mempermudah siswa membeli peralatan sekolah juga dapat menjadi penyokong dana perpus dan dapat membeli kipas angin tentunya J.

Dengan persetujuan kepala sekolah, pendapatan bazar buku kami gunakan untuk modal kantin sederhana. Kantin ini menyediakan alat tulis dan buku. Para petugas perpustakaan bertugas untuk menjaga kantin yang kami namakan “Kantin Jujur”. Setiap harinya mereka melaporkan data penjualan dan pendapatan. Kantin pun berkembang menjual jajan-jajan dan kaus kaki. Bahkan beberapa guru dengan sukarela menyumbangkan dana untuk memperbesar modal kantin.

Kini, perpustakaan SDN 019 Longkali memiliki dana pemasukan untuk memperbarui koleksi buku dan membeli kipas angin tentunya :). Jendela-jendela yang tadinya tertutup pun kembali terbuka dan menyuguhkan alam pengetahuan.

Ide, saran, pendapat terkadang muncul dalam gurauan-gurauan sederhana. Ya, gurauan-gurauan sederhana dikala istirahat atau sekedar ngobrol-ngobrol santai bila dicermati dapat menghasilkan ide-ide bahkan mimpi. Diawali mimpi membeli kipas angin itulah kini kami memiliki kantin sekolah.

“Semua buku ada manfaatnya, apalagi buku pelajaran”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua