Rumah Mepokondau dan Bacaan anak-anak

Mohammad Aqim Askhabi 15 April 2017

"Mas, anak-anak disini itu ya kerjaannya maaiiiin terus" ujar ibu Farida (salah satu guru GTT ditempatku), "pulang sekolah lepas baju, sebentar udah mi, keluar sembarang saja. Magribnya baru pulang" lanjutnya dengan nada agak jengkel. Yah itulah dahulu dialog pertama kali yg kudengar tentang anak-anak dihari pertama datang didesa ini. Benarlah kiranya karena selesai mengajar kulihat sendiri anak-anak berlarian ada yang menuju kebun sawit, ada yang ke sungai, dan pergi kehutan untuk bermain, bebrenang, memancing ikan dan apa saja yang membuat mereka bahagia sampai menjelang malam.

Namun seiring berjalannya waktu, semua itu dikit demi sedikit mulai berubah. Kurasakan betul setiap kali aku pulang  mengajar dan berganti baju, kini selalu terdengar suara anak-anak memanggil "Assalamualaikum,  pak guuurhu" "pak guyu" "pak guuyuu" dengan nada khas huruf 'R' yg masih sumbang dan lucu untuk didengar. Betullah kiranya karena yg mengucapkan adalah si unding, faris, atau nelsi (anak muridku kelas 1 dan 2) yang sering sekali datang ketempat ini (sangat-sangat) lebih awal dari teman lainnya, lalu selang satu jam kemudian disusul oleh anak lainnya. Yah tak jarang pula sih mereka sering membuat jengkel ibu saya dirumah, sebab mereka selalu datang terlalu cepat tidak sesuai jam yg ditentukan (jam 2 siang), karena merasa kasihan dg saya yang baru pulang mengajar dan harus ngurus anak-anak lagi dirumah. Haha, Ah walau bagaimanapun ketika melihat senyuman mereka serta semangatnya untuk datang disini selalu mengalahkan capek, kantuk maupun lemas sepulang mengajar.

Yah disinilah sekarang mereka kini, pelan-pelan mulai tak nampak lagi anak-anak  terhambur (keluyuran) tak karuan, justru kini kenyakan langsung kabur datang kesini, menghabiskan 2 sampai 3 jam sorenya untuk belajar dan bermain.

Kadang mereka datang untuk mengerjakan PR, lalu membaca, membaca dan terus mebaca serta mengaduk-aduk semua buku yang ada. Yg belum bisa bacapun tak mau kalah, mereka mencari buku dg gambar-gambar yang paling manarik untuk dilihat dan dipamerkan. Tak jarang pula ada yg datang hanya sekedar untuk mengajak bercanda pak gurunya yg nampak kecapean.

Nah setelah bersepakat dg anak-anak, akhirnya kita menamai tempat ini "Rumah Mepokondau". tidaklah luas memang, karena sementara kami memakai ruang tamu tempat saya tinggal, mungkin kelak ada rumah kosong yang bisa kami gunakan. Awalnya hanya ada sedikti sekali buku yang kebetulan ku beli dari kota. Namun kini syukurlah berkat bantuan teman-teman di surabaya beberapa bulan lalu, rumah mepokondau ini punya 1 rak buku-buku koleksi bacaan dan buku pelajaran yang tak pernah bosan mereka baca meski berulang-ulang. Bahkan masing-masih dari mereka jika menemukan buku favoritnya selalu berpesan pada saya, "pak guru ini saya punya buku, jangan ada yg pakai iyek,? saya simpan disini mi! " sambil menyelipkan buku di rak bagian paaaling dalam, dg tujuan agar tak ada yg tahu dimana buku itu disimpan. Haha kadang ini yang bikin geli, mau disimpan dibagian tumpukan buku manapun pasti mudah diketemukan, karena tidaklah terlalu banyak tumpukan bukunya.

Oh iya, Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat indonesia itu sangat rendah, bisa jadi memang betul, karena  mungkin apa yang dibaca saja (misal buku-buku) belum sampai seluruh pelosok negeri, atau mungkin sebenarnya sudah sampai, tapi tersimpan dan terkunci rapi disebuah ruangan yang tak banyak orang tahu bak barang antik yang tak boleh dipegang dg berbagai alasan.

Nyatanya disini meski hanya satu rak buku saja, anak-anak ini tak pernah bosan untuk terus mengaduk-aduk semua bagian rak untuk menemukan buku kesayangan, bahkan beberpa orang tua muridpun mulai ada yang selalu datang untuk meminjam novel-novel atau resep masakan yang ada. Yah teruslah seperti itu nak jangan bosan untuk membaca apa saja yg kalian temukan, dg begitu beberapa tahun kedepan negeri ini yang katanya terpuruk minat bacanya, bisa kalian selamatkan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua