Tekun, Butuh Pembiasaan
Mohamad Arif Luthfi 11 September 2011
Namanya Ayub Anshar. Salah satu dari empat orang yang paling ahli membuat perahu Pam-Boat dari pulau Lipang. Ia lahir di Lipang pada 15 Oktober 1957. Ketelitian dan ketekunannya sudah tidak diragukan lagi. Setiap lekuk bagian Pam-Boat ia telusuri dengan sangat hati-hati. Detail. Karena keahliannya yang sudah tidak diragukan lagi, untuk membuat Pam-Boat ia bisa memprediksi keseimbangan segala jenis ukuran Pam-Boat sebelum dibuatnya tanpa adanya alat bantu ukur keseimbangan Pam-Boat.
Skil kepiawaiannya dalam merancang kerangka serta menciptakan Pam-Boat, ia pelajari secara otodidak saat usianya masih sangat belia, lima belas tahun. Sudah ada lebih dari seratus delapan puluh tiga Pam-Boat dengan berbagai ukuran dan model ia ciptakan. Ada tiga jenis model Pam-Boat yang dikenal; model Pam-Boat, model Pusu (model Filipina), dan model Katinting (mesin berada diatas perahu). Tentu masing-masing model mempunyai keunikan dan daya cipta tersendiri. Naluri reflek Ayub Anshar ini sudah sangat terbentuk. Karenanya, untuk mencari kelebihan atau kekurangan dari setiap Pam-Boat bisa ia temukan hanya dengan melihat atau merabanya dengan tangan.
Setiap sudut bahkan masuk pada bagian yang paling sempit dan rumit bisa ia kerjakan dengan sangat ringan dan maksimal. Peralatan yang ia punya di pulau kecil semacam ini terhitung sangat sederhana dan tidak ada yang memakai mesin. Semua ia kerjakan hanya dengan ketrampilan tangan dan olah pikir serta naluri yang sangat matang dan teruji.
Pam-Boat pada kepulauan Sangihe seperti salah satunya di pulau Lipang ini menjadi alat transportasi utama bagi para penduduknya. Perahu kecil berukuran sekitar empat hingga sembilan meter ini dapat melintasi dan menundudukkan ganasnya gelombang ombak dan badai laut yang kencang. Pam-Boat mampu berlayar melintasi luasnya samudera Pasifik bahkan sebrang lintas negara. Tidak disangka-sangka memang, perahu berukuran kecil dan sederhana ini mampu berlayar melampaui batas-batas perairan suatu wilayah. Uniknya lagi, perahu itu dirancang dan diciptakan dengan hanya mengandalkan alat-alat sederhana tanpa mengandalkan mesin satupun.
***
Tekun memang harus diciptakan. Ia butuh pembiasaan yang tidak biasa. Merajut kesabaran dalam meraih ketekunan sangatlah dibutuhkan. Siapa sangka perancang dan pencipta ahli Pam-Boat asal pulau Lipang itu hanya seorang yang tidak tamat sekolah dasar. Tetapi daya ciptanya dan karya agungnya mampu melintas batas menyebrangi ganas samudera.
Sanggup saja tidak cukup untuk merajut benang-benang ketekunan. Kemauan dan tekad yang utuh adalah menjadi kunci dasar landasan untuk membangun pondasi ketekunan agar tegak tak tergeletak. Kesemuanya butuh untuk diperjuangkan. Sesederhana apapun itu sebuah hal, tanpa dihadirkan kemauan dan tekad yang utuh untuk terus belajar akan menjadi kendala pada sebuah proses.
Semangat, daya cipta, dan ketekunan menjadi satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan karya. Ketiganya ibarat dua sisi mata uang yang saling bersisian satu sama lain. Saling melengkapi. Belajar semangat ketekunan dari seorang Ayub Anshar memberikan satu pemaknaan bahwa, tekun itu perlu pembiasaan. Ayub Anshar sejak masa belianya sudah memulai memintal benang-benang semangat yang terserak untuk dijadikannya kain-kain tenun ketekunan yang anggun dan rupawan.
Modalitas dasarnya hanya berbekal kemauan dan tekad yang utuh. Hari demi hari, semenjak belianya, ia mencoba menyerap apa yang ia pelajari dan telah ia pahami dari para leluhurnya. Pembiasaan itu tidak satu atau dua bulan, apalagi satu atau dua hari. Pembiasaan itu melebihi batas semnagatnya hingga tercipta flow experience, keadaan nyaman dan senang tatkala seseorang tengah melakukan sesuatu hal. Dan disitulah pembiasaan. Hingga menjadi sebuah budaya keseharian yang pada akhirnya menjadi karakter yang kuat pada diri seseorang.
Semoga pada diri ini senantiasa terbit adanya kemauan dan tekad yang utuh untuk memulai memintal benang-benang ketekunan yang berakhir pada penciptaan karya monumental, semoga. []
Lipang, Senin 8 Agustus 2011
07:12:09 wita
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda