Supermarket Nanga Lungu

Mirah Mahaswari 15 November 2012

Pelajaran IPA pagi itu memang cukup seru. Anak-anak sama excited-nya denganku. Setelah minggu lalu kami belajar bagaimana fotosintesis pada tumbuhan hijau terjadi, materi berikutnya adalah mengetahui apa manfaat tumbuhan hijau bagi kehidupan kita.

Sedikit review, tumbuhan menyimpan cadangan makanannya pada bagian-bagian tertentu di tubuhnya. Ada wortel yang menyimpan cadangan makanan di akarnya, ada sawi yang menyimpan cadangan makanan di daunnya, mangga pada buahnya, tebu pada batangnya, atau beras sebagai contoh tumbuhan yang bijinya kita manfaatkan. Bagian-bagian inilah yang umumnya dikonsumsi oleh manusia.

Pagi itu, aku putar otak untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang kiranya kreatif dan menyenangkan bagi kelasku. Kami telah membuat mindmap tentang cadangan makanan pada tumbuhan hijau di papan tulis. Anak-anak juga telah terbagi dalam kelompok (akar, batang, daun, biji) serta menggambar tumbuhan apa saja yang termasuk dalam kelompok mereka.

Aku mengajak anak-anak, bermain di Supermarket Nanga Lungu! Aku terinspirasi dari tayangan kuis di TV jaman purba, dimana beberapa orang dibagi dalam tim dan berlomba-lomba memenuhi keranjang belanjaan mereka dengan total harga barang termahal. Terkadang ada juga bonus, saat tim tersebut mampu mencari barang tersembunyi diantara rak-rak supermarket. Sayangnya, aku lupa judul kuis gila tersebut!

Aku melakukan sedikit modifikasi quiz pada kelas IPA hari ini. Anak-anak telah terbagi dalam 4 tim. Setiap bulan, kami memang mengacak kelas menjadi 4 tim besar, bulan Oktober ini tema kelas adalah planet. Maka keempat tim tersebut bernama: Mars, Venus, Bumi, Jupiter. Seperti biasa, pembagian tugas pada anggota tim telah dilakukan. Setiap juru perlengkapan, mendapatkan modal 25.000 uang mainan untuk berbelanja di Supermarket. Juru tulis bertugas membuat tabel belanjaan, isinya: nama tumbuhan, cadangan makanan, harga, dan nama penjual. Juru bicara bertugas melakukan proses tawar-menawar pada penjual, yang notabene adalah masyarakat desa pemilik tumbuhan, yang pura-puranya tumbuhan tersebut akan mereka beli. Ketua memastikan semua pekerjaan kelompok berjalan lancar dan tepat waktu, masing-masing kelompok diberi stopwatch yang siap berdering jika 20 menit telah berlalu.

Pemenangnya adalah tim yang memanfaatkan uang secara maksimal dengan total belanjaan terbanyak, serta tabel belanja yang benar. Artinya, setiap mereka membeli tumbuhan, maka sebaiknya melakukan proses tawar menawar, serta menuliskan dengan tepat letak cadangan makanan pada tumbuhan tersebut. Anak-anak tumpah ruah berlarian keluar kelas saat aku meneriakkan  “waktu belanja dimulai dari sekaraaang!”

Aku mengikuti anak-anak berlari kecil dari belakang. Setiap tim berpencar, beberapa penduduk desa menatap kami dengan heran. Saat kujelaskan apa yang sedang kami lakukan, mereka termangu-mangu tanda paham. Bahagia sekali melihat mereka aktif bermain dan belajar di alam terbuka seperti ini.

Aku pun belajar banyak dari anak-anak dan alam sekitarku. Ternyata banyak nama tumbuhan yang baru kuketahui keberadaannya. Nama-nama tersebut tak pernah kutemui di buku IPA SD manapun, misalnya ada buah entelang, buah ubai, daun kedadai, dan sebagainya. Saat sebuah tim membeli pohon pepaya, tak kusangka mereka juga menyebutkan bahwa daunnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan, tidak hanya buahnya seperti pada umumnya.

Alam desa ini mungkin menawarkan pembelajaran yang lebih kaya dari lab IPA saat SD-ku dulu. Jika saja guru menyadari potensi yang bisa dimanfaatkan dari alam sekelilingnya untuk melakukan pembelajaran kreatif, pasti anak SD tak perlu bawa setumpuk buku paket yang beratnya bikin sakit punggung. Agree?


Cerita Lainnya

Lihat Semua