Cerita di Bulan Kedua

Mirah Mahaswari 21 Oktober 2012

Dua bulan sudah, aku menjadi wali kelas V. Bersama lima belas anak juara, hari-hariku terasa penuh warna. Semangat mereka menyutikkan energi baru padaku setiap harinya. Sejak pukul setengah tujuh pagi, mereka telah riuh berteriak menyapaku sembari berjalan kaki menuju sekolah. Sebelum memulai pelajaran, aku tak pernah luput disebut dalam doa pagi mereka. “Lindungi Ibu Guru yang akan mengajar kami, Ya Tuhan” ucap anak-anak tersebut dengan tulus. Aku pun selalu bersyukur saat mendengarnya.

Sepanjang hari, mereka aktif belajar dan bermain di dalam kelas. Kecerdasan kinestetis mereka memang di atas rata-rata. Mereka paling semangat jika diajak bernyanyi dan menggambar. Maka aku harus pintar-pintar menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat bagi mereka.

Pada awalnya, anak-anakku cenderung malu-malu dan memilih diam jika diberi pertanyaan. “Takut salah, Bu!”, kata mereka. Hal ini menjadi masuk akal karena sebelumnya mereka terbiasa dihukum jika salah dalam menjawab. Perlahan-lahan, aku berusaha mengubah mindset tersebut “Anak kelas lima harus berani salah!” kataku. Kelas ini menghargai anak-anak yang mau mencoba dan mau belajar dari kesalahan. Ditambah lagi, aku tak pernah sekalipun memarahi mereka.

Aku memperbanyak diskusi kelompok dan kegiatan belajar sambil bermain di kelas. Kini, anak-anak makin terbiasa membuat mind map dan presentasi ke depan kelas. Jika aku menawarkan untuk mengerjakan soal di papan, semua akan berebutan maju ke depan. Tak peduli benar atau salah, setiap anak ingin mencoba. Kebiasaan mengangkat tangan sebelum bicara pun menjadi kebiasaan. Kini mereka berlomba-lomba mengangkat tangan paling cepat jika kuberi pertanyaan. Mengharukan ya semangat mereka?

Tidaklah sulit mendekatkan jarak antara guru dan murid. Di luar kelas, mereka adalah teman terbaik. Tiga kali dalam seminggu aku memberi tambahan pelajaran. Kami menamainya dengan “Sore Cerdas”. Belajar di sore hari ini kami isi dengan menu bermain dan bersenang-senang, bisa belajar bahasa Inggris sambil bermain musik, menonton film edukatif, bermain drama dan belajar bahasa Indonesia, berpetualang sambil belajar IPA, dll.

Di luar jam tersebut, mereka bebas mengunjungi rumahku jika ingin belajar. Anak-anak sering kandau (bersilaturahmi ke rumah) untuk membaca buku atau bermain kartu. Terkadang mereka juga menginap bersama. Sesekali aku bergantian menginap di rumah mereka. Kami memasak bersama, naik sampan, mencari sayuran, mereka juga temanku menelpon ke bukit sinyal. Beberapa anak sering datang membawakan hasil kebunnya, seperti pisang, jambu, pepaya, atau sayuran milik mereka. Aku juga pernah dibuatkan beberapa hasil kerajinan tangan, misalnya kalung dari bunga durian dan gelang dari anyaman benang. Those were so lovely!

Anyways, inilah catatanku di bulan kedua penempatan J aku yakin bulan-bulan mendatang tak akan kalah menyenangkan! YAY!


Cerita Lainnya

Lihat Semua