Kemarin (27 Juni 2015), satu hari yang bersejarah (lagi) bagi Indonesia Mengajar. Sebagian besar pengajar muda Indonesia Mengajar Angkatan VIII kembali berkumpul setelah lebih dari satu tahun belajar dan mengajar di penempatan masing-masing. Satu tahun sudah (12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8760 jam) mereka mewarnai hidup mereka dan sesama di penempatan dengan warna-warninya yang beraneka ragam. Suka dan duka sudah pasti satu paket yang tidak mungkin terpisahkan dalam perjalanan ini. Namun bagaimana mereka memilih menjalaninya itu yang kami Pengajar Muda Angkatan X  pelajari dari mereka.

Jika hanya satu kata yang boleh kami sampaikan atas yang mereka ( Pengajar Muda angkatan VIII, Khususnya Kab. Musi Banyuasin ; Bagas, Aik, Anna, Rasyid, Dita, Alin) perbuat, yakni “Ketulusan.”

Bagaimana selama masa transisi ini mereka menyiapkan kami, dari cerita kegagalan hingga keberhasilan mereka. Mengantar kami dari tangan ke tangan untuk mengenalkan dan menitipkan kami. Hingga bagaimana permintaan warga dan beberapa pemangku kepentingan yang ingin mereka menetap di desa.

Dua minggu masa transisi, cukup untuk kami menilai dan mengamati, bagaimana mereka menjalani setahun ini. Meskipun mungkin masih banyak hal yang ingin kami pelajari. Siang itu (27 Juni 2015) kami Pengajar Muda Angkatan X mengantar mereka, sebatas pintu masuk dimana burung besi itu akan membawa mereka meninggalkan kami semua. Kami tidak sendiri, ada banyak orang menemani. Mulai penggerak kabupaten, penggerak provinsi, sahabat-sabahat ikut bersama-sama dengan kami mengantar mereka. Tatapan wajah lega, sedih, bahagia, hingga tetes air mata mungkin tergambar secara nyata. Bidikan kamera dari satu ke yang lain menggambarkan bahwa inilah moment yang tidak akan terulang, yang akan selalu dikenang, sekarang, nanti, hingga di masa yang akan datang dan apapun itu, “biarkan foto yang bicara”.

Selamat berkarya kawan.. Selamat menginspirasi.. Terimakasih atas ketulusan yang kau berikan..