info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Lagu kita masih sama “ Indonesia Raya”

Angga Oktra Pria Fambudi 29 Juni 2015

Ujian Nasional telah datang, artinya kami harus pergi ke Distrik(kecamatan) untuk mengikuti ujian disana. Bukan hanya sekolahku, namun seluruh sekolah di Distrik Karas harus kesana untuk mengikuti Ujian Nasional di SD yang jumlah siswanya bisa dikatakan terbanyak di Distrik. Hal ini maklum adanya karena distrik kami memang berada dikepulauan dan siswa per masing – masing SD nya rata – rata hanya puluhan saja atau bahkan kurang dari itu. Disana aku bertemu dengan guru dari masing – masing sekolah di Distrik Karas yang terdiri dari enam kampung dan juga enam sekolah. Banyak cerita perjuangan dalam mengajar yang kugali dari mereka sampai tiba – tiba aku mendengar sebuah percakapan menarik sedang terjadi di antara para pengawas.

                “Tahun ini jumlah panitia berkurang lagi e”

                “ Iyo pak, tak seramai tahun kemarin”

                “ kemana itu guru – guru yang di SD pak guru kok tidak ada yang datang?”

                “ Beberapa su(sudah) pindah tugas terus ada juga yang tidak datang bertugas lagi hampir satu tahun ini”

                “ Mamae, saya kira dorang(mereka) masih tugas!”

                “ iyo, dorang tugas nya dikota dengan de pu urusan(urusannya) masing – masing,  padahal SK tugasnya dikampung.”

                “ Memang ooo, susah kalau sudah lawan yang begini, padahal status su(sudah) PNS tapi masih saja tara (tidak) mau datang tugas”

                “ Baru di tempat pak bagaimana?”

                “Sama saja oooo” hahahaheee

Merekapun saling tertawa mentertawakan kesusahan mereka masing masing disusul pengawas lain yang saat itu kebetulan mendengarkan juga.

                Mendengarkan percakapan tersebut akupun ikut tertawa dengan mereka. Lucu sekaligus miris mendengar nya. Sepertinya masalah guru yang tidak datang bertugas sudah menjadi hal yang biasa disini. Ketika aku bertanya kepada mereka apakah sudah dilaporkan ke Dinas terkait jawaban mereka kebanyakan sama yakni “ Sudah” namun ketika kutanya hasilnya jawabannya pasti kebanyakan sama juga” sudah diproses Dinas tapi mereka masih saja belum mau bertugas kembali dan belum ada penggantinya”.  

                Melihat realita ini aku mulai membandingkannya dengan keadaan dikota asalku. Sejak kecil aku selalu mendapatkan guru kelas yang selalu ada dikelas dan juga guru mata pelajaran lain yang selalu ada setiap harinya. Ditambah lagi fasilitas belajar seperti buku dan media lain juga tersedia meskipun tak begitu lengkap. Sangat membantuku dan teman – teman dalam belajar. Kembali lagi disini, di tempatku bertugas satu tahun ini. Guru sangat kurang, bahkan di SD tempatku bertugas hanya ada satu guru definitif (PNS) yang ada yakni kepala sekolah. Disekolah lain di Distrik juga begitu, tak jauh beda kondisinya sehingga kelas rangkap 2 atau bahkan 6 rombongan belajar sudah menjadi tugas harian. Belum lagi masalah ruangan kelas yang terkadang masih tak lengkap di setiap SD nya. Ini masih di satu Distrik di satu kabupaten terkaya di negeri ini. Belum di Distrik lain di kabupaten ini atau bahkan di kabupaten lain yang aku tahu persis kondisinya juga sama seperti ini.  jika keadaan ini terus bergulir kapan mereka akan pintar, kapan daerah pelosok yang menyimpan banyak potensi yang maha dashyat tersebut akan terkuak rahasianya jika sumber daya manusianya saja masih belum bisa mengembangkan dirinya dengan maksimal.

                Apa yang membedakan mereka di daerah pelosok dengan kita yang ada dikota. Dalam hal fasilitas dan hiburan masih mungkin terjadi sedikit kesenjangan. Namun dalam hal paling dasar seperti pendidikan bukankah harusnya semuanya sudah sama. Guru ada, sekolah ada namun kenapa kesenjangan pendidikan bisa muncul sejauh ini. Mungkinkah sistem yang mengatur hal itu semua bermasalah. Banyak sekali pertanyaan dan dugaan yang akan muncul jika kita menelusurinya lebih dalam mengenai hal ini “ Kabar Pendidikan di Pelosok Negeri”.

                  Meskipun begitu tak seharusnya juga kita hanya saling menyalahkan. Lakukanlah sebuah langkah untuk menciptakan perubahan tersebut. Langkah kecil tak menjadi masalah karena jika dilakukan bersama – sama hal itu akan menjadi sebuah langkah yang besar. Ketika beberapa orang dengan penuh keberanian telah berani terjun langsung ke pelosok untuk bergelut dengan hal itu semua kita juga bisa melakukan hal yang serupa. Mungkin tak harus dengan ke pelosok langsung, cukup kita melakukan apa yang kita bisa sesuai kapasitas kita tanpa memaksakan hal tersebut. Yang paling penting adalah melakukan semua usaha itu dengan berlandaskan ketulusan karena ketulusan akan menumbuhkan keberlanjutan yang  hasilnya lebih baik daripada euphoria sesaat. Ketulusan akan membawa orang lain ikut bersama kita daripada sebuah keterpaksaan. Marilah kita singsingkan lengan baju dan bersama mengupayakan pendidikan yang lebih baik dan merata disetiap daerah karena kita semua sama dan lagu kebangsaan kita juga sama “ Indonesia Raya”.

                


Cerita Lainnya

Lihat Semua