info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

PESAN SEMANGAT: “dari Muba untuk Aceh"

Milastri Muzakkar 16 April 2012
Malam sudah mulai larut. Tiba-tiba saja tetangga sebelah memanggil-manggil nama saya. Seperti ada hal penting yang ingin disampaikannya saat itu. “Barusan keluargaku sms, katanya di Aceh tsunami. Hancur galeh (semua),” kata tetanggaku dengan nada ngos-ngosan. “Saya langsung ingat anak-anak Mila yang masih biasa sms dan nelpon itu. Coba hubungi kesana!,” sambungnya lagi. Tetanggaku pun berlalu setelah hajatnya tersampaikan-tampaknya memang ia hanya ingin menyampaikan kabar itu. Ia mengaku tak ingin menyimpan informasi ini hingga esok. Saya yang saat itu sedang makan, tersentak mendengarnya. Sekujur tubuhku merinding seketika. Segera terbayang bagaimana kondisi Aceh 2004 silam. Saat itu juga saya berhenti makan dan langsung mengaktifkan handphone yang sudah tiga hari non-aktif. Saya pun menghubungi bunda, tetangga, kepala sekolah, dan guru –waktu tinggal di Aceh dulu-untuk memastikan kabar tsunami itu. Mereka membenarkan bahwa tadi siang Aceh diserang gempa selama dua kali dengan 8,5 SR. Daerah Meulaboh dan dan Banda Aceh menjadi tempat yang paling berantakan. Alhamdulillah, warga yang ada di desa baik-baik saja. Hanya saja, tanggul dekat sekolah-tempat saya belajar-mengajar dulu-hampir roboh. Dan, itu artinya, besar kemungkinan sekolah akan tertimbun oleh tanggul itu. Keesokan harinya, saya menyampaikan hal ini ke anak-anak. Dan, ternyata mereka lebih tahu berita di Aceh melalui televisi. Berbeda dengan saya yang tidak bisa melihat berita karena kebetulan genset di rumah, beberapa malam ini tak bisa beroperasi. “Bagaimana perasaan kalian melihat berita gempa di Aceh?,” tanyaku ke anak-anak di kelas. “Coba kalian bayangkan, bagaimana perasaan teman-teman kalian disana! Mungkin mereka ketakutan, dan bisa jadi tidak bisa sekolah,” sambungku sembari memancing respon anak-anak. Dengan wajah muram, sebagian lagi terdiam, adapula yang mangap, mereka menjawab, “sedih bu...,” jawabnya serempak. “kasihan bu ye..., ndak biso (tidak bisa) sekolah lagi,” jawab sebagian anak-anak. “Kalau begitu, gimana kalau kita menulis pesan-pesan untuk anak-anak Aceh supaya mereka tidak bersedih dan tetap semangat. Nanti ibu kirim ke Aceh. Pasti mereka senang banget dapat pesan dari kalian. Gimana?,” usulku ke anak-anak. “Cak mano (bagaimana) bu pesan semangat itu?,” tanya beberapa anak. Saya pun membagikan kertas HPS warna putih dan pink, lalu digunting berbentuk ‘love’. “Nah, kalian akan menulis pesan semangat untuk anak-anak Aceh di dalam kertas berbentuk love ini. Tahu nggak kenapa bentuknya love?,” tanyaku. Semua terdiam. ”Karena ini melambangkan bahwa kita menyanyangi mereka dan kita juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Jadi, temanya adalah ‘pesan semangat dari Muba (Musi Banyuasin) untuk Aceh,” jelasku. Mereka pun terlihat antuasias menuliskan pesan semangatnya. Setelah di kelas lima, saya juga mengusulkan agar kelas enam membuat pesan yang sama. Dan, alhamdulillah sebanyak empat puluh sembilan pesan semangat terkumpul dan siap untuk diterbangkan ke Aceh. Berikut beberapa pesan semangat anak-anak : “Hai teman-teman semangat ya...! Jangan putus asa ya...! Saya sedih karena mendengar berita di TV semalam katanya ada gempa di Aceh. Paginya, waktu sekolah, ibu Mila juga mengumumkannya. Semangat ya. Saya doakan semoga kalian baik-baik saja di sana.” (Nurlaila, kelas 5) “Untuk temanku di Aceh, meski pun kalian semua kena musibah, aku doakan semoga kalian tetap semangat. Karena kalau kalian tetap semangat pasti Allah akan memberi jalan keluarnya. Tapi kalian tetap semangat, tidak boleh sedih, ragu, atau menyerah. Karena kalau kalian sabar dan ikhlas atas musibah yang terjadi pada kalian, pasti Allah akan memberi yang terbaik. Amin (kamal, kelas 6) Pesan singkat ini tentu membawa pengaruh yang tidak singkat. Saya bisa membayangkan betapa anak-anak saya di Aceh senang, bahkan kegirangan membaca pesan semangat ini. Beberapa di antara mereka akan berkata dalam hati, ”iya ya, saya tidak sendiri. Teman-teman saya yang jauh di sana pun mendoakan yang terbaik bagi saya. Berarti saya tidak boleh bersedih tapi harus tetap semangat.”

Cerita Lainnya

Lihat Semua