info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

#7 - PM = Pengajar Mules ?

Michael Laurent Salim 22 Maret 2014

Sebagai seorang Pengajar Muda, di lokasi penempatan kita akan mendapatkan banyak sekali pengalaman serta tantangan. Pengalaman dan pembelajaran yang mungkin tak akan didapatkan di waktu lain. Pengalaman tersebut ada yang menyenangkan, ada pula yang kurang menyenangkan. Namun, yang tidak menyenangkan sekalipun bukan berarti tidak memberikan pembelajaran.

Beberapa minggu yang lalu, ketika sudah mantap memulai hari. Saya melangkahkan kaki dengan ringan menuju sekolah. Tidak ada perasaan yang berbeda di pagi hari itu, kondisi badanpun terasa baik-baik saja. Sampai di sekolah, masih sama dengan hari-hari sebelumnya, dimana saya hampir selalu menjadi guru pertama yang tiba. Tetapi bukan berarti saya adalah orang pertama yang tiba di sekolah, karena seringkali anak-anak sudah terlebih dahulu menanti di sekolah yang tanpa pagar ini. Duduk atau berlarian dengan riang di pinggir jalan menanti sang guru.

Hari itupun saya mulai dengan mengumpulkan semua murid ke satu kelas, karena memang belum ada guru yang hadir. Jadi kita berkumpul dan bernyanyi serta tanya jawab singkat. Ada murid yang antusias dengan kegiatan ini, namun tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai beban untuk menyanyi dan sedikit bergerak di pagi hari. Namun semuanya berjalan baik -untuk saat itu-. Setelah selesai bernyanyi beberapa lagu, kita berdoa dan segera bagi kelas, saya pun lanjut ke kelas III.

Segeralah tantangan di hari itu dimulai. Tanpa permisi dan basa basi, tiba-tiba perut menjadi sangat mules. Saya menyadari dalam sekejap, bahwa kondisi ini tidak sama dengan hari-hari sebelum. Saya terus mencoba untuk bertahan, karena saya baru memulai penjelasan sebuah materi. Ternyata gencaran hari itu, lebih dari yang saya bayangkan. Butir-butir keringat dingin seukuran biji cabai segera keluar menghiasai telapak tangan dan dahi saya. Keputusan paling mudah memang segera meninggalkan kelas dan bergegas ke mck sekolah, tetapi menariknya, sekolah kami belum memiliki mck yang bisa digunakan. Jadi jika mau buang air, saya harus berjalan ke mck warga yang berjarak kurang lebih seratus meter. Namun seratus meter itu jarak yang sangat mengintimidasi untuk kondisi saat itu.

Tidak ada pilihan lain, saya segera banting kemudi dan memberi tugas ke anak-anak, meninggalkan mereka dan bergegas ke mck. Tidak peduli, apakah di sekolah ada guru lain atau tidak, ada yang mengajar atau tidak, karena masalah ini jauh lebih penting. Sesampainya di mck, maka saya segera menuntaskan urusan yang menjadi persoalan tersebut.

Singkat cerita hari itu banyak saya habiskan untuk membina chemistry antara saya dan mck. Ketika harus menghadapi kondisi air yang sangat terbatas, ketika harus mengantri karena jumlah mck yang terbatas, ketika dipaksa kreatif untuk memanfaatkan batok kepala karena tak ada timba-timba, sampai ketika malam datang dan listrik kampung tidak menyala sehingga segala sesuatunya harus dilaksanakan dengan penyinaran head lamp. Selepas hari melelahkan itu, saya sungguh bersyukur dengan adanya Norit di kotak obat, sungguh ampuh. Dan hari itu pun saya tutup dengan tersenyum sendiri di kamar, sambil mengingat kembali pengalaman bolak-balik mck di hari itu.

Memang sesungguhnya bukan pengalaman yang membanggakan untuk diceritakan, tetapi saya rasa ini cukup menyenangkan untuk dibagikan. Dari penggalan pengalaman ini saya ingin berbagi, bahwa sesungguhnya akan selalu ada hal yang dapat kita syukuri dalam setiap peristiwa bahkan yang terkonyol atau terburuk sekalipun. Dan mungkin ketika menjadi PM akan banyak sekali pengalaman berharga yang kita dapatkan, namun untuk mendapatkan pengalaman berharga itu tak selalu tentang menjadi PM dan melakukan hal besar atau istimewa. Hal-hal sederhana yang kecil pun bisa. Cobalah untuk pergi keluar dan berbagi sebungkus nasi atau duduk di persimpangan jalan besar sambil bercengkrama singkat, yakinlah ada berbab-bab pelajaran kehidupan yang akan kita dapatkan di sana. Sedikit kerendahan hati, sedikit kepekaan, dan selera humor untuk menertawakan diri sendiri akan menjadi bekal yang baik :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua