#12 - Mereka membuktikannya !

Michael Laurent Salim 12 April 2014

Katanya, “Pemenang itu datang dari tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya”. Salah satu quote yang saya dapatkan dari salah satu film olahraga. Saya lupa judulnya, tentang tim football yang tak pernah dibayangkan sebelumnya akan menjadi juara, namun pada akhirnya berhasil merengkuh trofi juara.

Kurang lebih situasi seperti itu juga yang di alami anak-anak di HUT kota Fakfak kemarin. Pada rangkaian perayaan HUT tersebut, anak-anak mengikuti lomba lari marahon 6K. Total ada 14 anak yang turun dari kampung untuk mengikuti kegiatan tersebut, ada Rikardo, Antoni, Yanto, Hebron, Patrik, Yermias, Reno, Ida, Evi, dan Tresia (kelas VI) kemudian Hendri, Semi, dan Maria (kelas V) dan satu orang anak kelas IV yaitu Peros. Dengan persiapan seadanya, kami pun berangkat ke Kota Fakfak.

Setelah tiba di kota, kita tidur satu malam dahulu baru besoknya kita semua menuju titik start. Di sanalah keraguan menghampiri, ketika melihat peserta-peserta lain yang berbadan besar-besar serta dengan gaya dan penampilan yang meyakinkan. Saya lupa menuliskan, bahwa sebenarnya lomba ini awalnya untuk anak SMP saja, tetapi karena mata lomba lain tidak memungkinkan bagi anak gunung yaitu lomba dayung dan berenang, kita sudah jauh dengan anak-anak yang di kampung pesisir untuk dau hal tersebut. Akhirnya saya menghadap kordinator lomba dan melobi Beliau untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak SD berkompetisi juga, syukur Beliau mengijinkan.

Saya melihat anak-anak mulai tidak percaya diri, ketika melihat saingan mereka di lapangan. Tidak sedikit anak laki-laki yang memakai sepatu futsal yang masih tampak baru dan berlari-lari kecil. Dan banyak pula perempuan yang sudah pemanasan dengan berbagai variasai gerakan ditemani serombongan guru mereka, sedangkan kami hanya anak dengan pakaian olahraga seadanya –beberapa terlihat lusuhan karena turunan dari kakaknya-, sepatu pinjaman –beberapa kekecilan atau kebesaran-, dan ditemani hanya seorang guru.

Antusias di pagi hari di kala kami sarapan telah menguap di jam itu. Anak duduk dan semua terdiam dengan pikirannya masing-masing. Di saat peserta lain diperintahkan untuk pemanasan oleh guru yang tampak berpakaian sporty dilengkapi peluitnya, kami hanya bisa duduk terdiam sembari satu dua anak masih berusaha mengakali sepatu mereka yang kekecilan. Jujur saja yang merasa tidak yakin sebenarnya tidak hanya mereka, tetapi saya sendiri merasakan hal itu.

Sampai akhirnya seluruh peserta diminta untuk berkumpul di lapangan. Maka saya pun layaknya seorang coach maka saya mengumpulkan mereka dan memberi kalimat motivasi, tidak banyak yang saya katakan saat itu, “Bapak minta kalian lari saja, jangan takut dengan yang lain dong  pu badan saja yang besar dan sok bergaya tapi tara mampu lari itu. Yang penting ko lari sudah, baru jangan ada yang sakit atau pingsan. Kalau ada yang rasa tara sehat ko berhenti istirahat sudah. Buat laki-laki jangan ada yang pingsan, ko pingsan Bapak tara mau angkat kamong. Jadi intinya ko lari sudah macam di kampung sampai garis akhir. Mengerti? Mari berdoa.” Begitulah kata-kata motivasi dari seorang coach gadungan ini.

Maka lomba lari pun segera di mulai, ternyata lelaki dan perempuan dipisah waktu startnya, laki-laki mulai lebih dahulu baru 15 menit kemudian perempuan. Jadi saya kembali bicara kepada anak laki-laki kalau bapak akan menemani anak perempuan paling belakang, jadi saya minta mereka jangan ada yang sakit dan tunggu bapak di garis finish. Dan beberapa saat sebelum start panitia mengumumkan bahwa peserta boleh berlomba dengan kaki kosong. Hal itu tidak disia-siakan oleh anak-anakku, mereka semua tanpa ragu dan dengan senyum riang melepas sepatu yang membebani mereka. Dan itu artinya sang guru pendampinglah yang harus membawa ke-14 pasang sepatu itu, oke. Puji Tuhan ada panitia yang melihat saya kerepotan dengan ke-14 pasang sepatu itu segera berusaha membantu dan mau membonceng sambil membawakan plastik yang berisi beberapa pasang  sepatu. Dalam hati saya hanya berdoa, supaya mereka semua tidak ada yang pingsan ataupun sakit di tengah jalan.

Beberapa waktu kemudian start laki-laki pun dimulai, saya tidak bisa mengawasi mereka, hanya dapat berpesan untuk lari santai saja, simpan tenaga sampai sudah mau dekat garis akhir. 15 menit kemudian peluit start perempuan pun berbunyi, maka seluruh anak-anakku sudah berlari. Semoga tidak ada yang pingsan atau sakit, hal itu yang terus menggema berulang-ulang di benakku.

Ketika saya menemani anak-anak berlari, segala keraguan saya mulai pupus dan bahkan menjadi harapan kami akan pulang minimal membawa piala. Karena melihat perempuan-perempuan SMP yang berbadan besar itu, yang bergaya wah itu, serta melakukan melakukan pemanasan dengan berbagai variasi satu demi satu sudah mulai terengah-engah dan tidak sedikit yang sudah mulai berjalan ketika sampai di pertengahan jalan menanjak. Di saat bersamaan Maria, Tresia, dan Evi ada di jajaran lima terdepan, masih terus berlari dengan napas yang masih stabil. Tresia dan Evi bahkan belum banyak mengeluarkan keringaat, takjub.

Sampai akhirnya mendekati garis finish, Tresia menjadi perempuan pertama yang melewati garis itu dan mensahkan ia menjadi juara pertama. Dan kabar gembira saya dapatkan ketika saya mencari-cari anak laki-laki di kerumunan orang yang ada, puji Tuhan Rikardo juga menjadi juara kedua di nomor pria. Sampai kemudian saya telah mendapatkan ke-14 anak, maka saya bersyukur mereka semua dalam kondisi yang baik serta tidak ada yang bermasalah, termasuk kaki yang berlari tanpa alas menempuh 6 km. Secara keseluruhan kami membawa pulang empat titel juara, Tresia (Juara I – Perempuan), Maria (Juara III – Perempuan), Evi (Juara IV – Perempuan), dan Rikardo (Juara II – Pria).

Sebuah hasil membanggakan dari awal yang penuh keraguan. Mereka mampu membuktikan bahwa apa yang terlihat diluar belum tentu menggambarkan potensi di dalamnya. Penampilan serta gaya yang maksimal bukan berarti hasil maksimal pula yang akan didapatkan, kondisi lebih baik tidak serta merta membawa hasil lebih baik. Anak-anak telah membuktikan dengan penampilan yang sangat sederhana namun mereka mampu memperoleh hasil yang maksimal.

Teruslah berupaya nak, kalian mampu melakukan lebih banyak lagi di masa mendatang. Jangan ragu oleh keadaan yang ada, jangan sakit dengan kenyataan, apalagi jatuh pingsan oleh kondisi saat ini. Tetapi berlarilah dengan setiap bulir keringat kerja keras dan capailah garis akhirmu dimana kalian akan mendapatkan kemenangan dan piala dari kerja keras kalian. Jangan ragu kalian bisa, kalian mampu seperti yang telah kalian buktikan saat ini :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua