#11 - Hidup Ini Signifikan Kawan.

Michael Laurent Salim 10 April 2014

Siang ini, sepulang sekolah perut saya sudah menuntut untuk segera diisi, maka saya pun segera bergegas pulang dan melihat apa menu makan siang saya hari ini. Menu makan selalu menjadi hal yang menarik untuk ditemui di sini, karena bisa sangat bervariasi, mulai dari yang sangat lengkap sampai kepada yang sangat sederhana. Dengan lauk dari yang sudah biasa kita temui sampai kepada lauk hewani belum pernah saya makan sebelumnya, sangat menarik.

Dan siang itu, saya sangat bersyukur ketika saya membuka tudung saji. Saya mendapati ikan lema kuah kuning dan ikan lema goreng. Sebuah menu makan siang yang sangat mengundang selera makan, terlebih bagi saya saat itu, karena sebelumnya pun perut ini sudah bergemuruh untuk segera di isi. Fakta bahwa ada dua ekor ikan lema goreng  dan tiga ekor lema kuah (seperti kembung dengan ukuran lebih kecil) di meja, sungguh sangat memanjakan lidah. Karena setelah bebarapa waktu saya di sini, saya paham bahwa jam makan siang saya adalah yang paling akhir, sehingga apa yang tersedia di meja bisa saya habiskan karena anggota rumah yang lain pasti sudah terlebih dahulu makan. Sungguh makan siang yang nikmat dan lezat. Dan siang itu sepertinya napsu makan saya sedang baik, sehingga ke enam potong ikan tersebut hilang tak bersisa dari meja makan.

Siang itu pun perut saya terisi penuh sehingga membungkam setiap suara tuntutan yang terdengar beberapa waktu sebelumnya. Mendapati menu makan siang seperti itu, maka saya cukup yakin dengan menu makan malam nanti. Namun hal yang berbeda saya dapati malam itu. Setelah di siang hari dimanjakan dengan 6 ekor ikan lema, maka  menu makan malam itu sangat signifikan perbedaannya. Malam itu yang tersedia di meja adalah nasi putih hangat yang masih mengempul dengan semangkuk kaldu kuah ikan lema tadi siang. Sebelum saya mulai makan, saya masih curi-curi pandang ke tungku mungkin masih ada yang disiapkan, ternyata nihil. Dan saya juga sudah melihat anggota keluarga yang lain sudah memulai makan dengan lahap, maka saya yakin itu adalah menu kita malam itu.

Malamnya ketika saya di kamar, saya kembali mengingatkan menu makan siang tadi dan menu makan malam yang ada. Maka saya tersenyum sendiri, mengingat bagaimana di siang tadi saya sangat yakin dengan menu makan malam, ternyata yang ada signifikan perbedaannya. Tulisan ini bukan bermaksud untuk mengeluh, karena jauh sebelumnya saya sudah mendengar akan hal ini dan sudah siap pula untuk menghadapi nya. Namun dari pengalaman ini saya ini berbagi dan mengingatkan saya dan kita semua bahwa sesungguhnya hidup ini bisa menjadi signifikan dalam hitungan waktu yang sangat singkat.

Ada masa dimana mungkin kita merasakan kondisi berkecukupan, yang semuanya tampak baik dan berjalan mulus serta lancar, tetapi ingatlah selalu bahwa itu takkan selamanya. Akan datang waktu di mana kita menghadapi tantangan, persoalan serta permasalahan. Sehingga semuanya tampak menjadi kekurangan dan itu semua bisa terjadi dalam sekejab mata saja, dalam sekejab mata juga semuanya dapat berputar dan berbalik arah. Seperti kalimat yang seringkali kita dengar, Hidup Bagaikan Sebuah Roda. Ada saat kita di atas dan ada saat kita di bawah. ketika di atas bersiaplah selalu untuk meluncur ke bawah, jangan terlena. Dan ketika di bawah, yakinlah selalu ada tangga yang akan mengantarkan kita kembali di atas. Jangan mengutuki keadaan, karena yang terjadi tak pernah terulang, tetapi nikmatilah maka kita akan menemukan jalan tikus ataupun jalan setapak untuk kembali ke atas. Sama seperti menikmati nasi hangat dan semangkok kuah kaldu ikan kuning, ternyata nikmat.  O ya coba bayangkan kalau Hallilintar di Dufan hanya rata saja, tanpa ada tanjakan dan turunan tajam, membosankan. Mari menikmati hidup yang signifikan kawan :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua