Kejutan di Hari Pembagian Rapor

Amalia Fitri Ghaniem 8 April 2014

Ada yang beda di SD Inpres Oeoko ketika hari pembagian rapor semester lalu. Sekelompok murid tampak rapih mengenakan seragam merah putih dan rompi. Nona-nona terlihat cantik dengan pita warna-warni sebagai hiasan di rambutnya. Nyong-nyong juga tidak kalah kece dengan dasi pita warna warni yang menghiasi seragamnya. Ada apa sih kira-kira?

Setelah pengumuman juara di masing-masing kelas, ibu kepala sekolah lalu memberi pengumuman bahwa ada yang akan tampil sesaat lagi. Oooh ternyata, sekelompok murid ini akan tampil di depan orang tua mereka. Mereka mau tampil apa ya?

Pembawa acara pun memanggil mereka untuk segera tampil. Dengan berbaris rapih, terlihat cantik dan gagah mereka pun masuk ke sebuah ruangan yang dijadikan tempat berkumpulnya para orang tua murid dan guru-guru. Lalu ketua mereka memberikan hormat dan mereka pun menyanyikan sebuah lagu. Oooh ternyata mereka hendak tampil sebagai paduan suara. Tapi dalam rangka apa ya?

Dengan gerakan sederhana dan agak sedikit malu-malu, mereka menyanyikan lagu “Kasih Ibu” dengan syahdu. Sebentar-sebentar, bagi rapor ini tanggal berapa ya? Tanggal 21 Desember kan? Oooh ternyata mereka bernyanyi dalam rangka “Hari Ibu” tanggal 22 Desember lalu.

Di tengah-tengah lagu, majulah seorang Nona, membacakan puisi bertemakan Ibu. Berani dan lantang di awal, namun lama-lama kenapa suaranya terdengar goyah ya? Ternyata nona ini, yang bernama Faleri menitikkan air mata, terhanyut dalam bait-bait puisi tentang Ibu. Tidak hanya Faleri saja, beberapa Ibu di ruangan termasuk guru dan kepala sekolah juga menitiikan air mata. Ada yang menundukkan kepalanya. Ada yang kaget dengan kejutan anak-anak ini. Ada juga yang terpukau karena anaknya ada di depan. Murid-murid lain ikut mengintip dari pintu dan jendela.

Semua mata tertuju pada kelompok paduan suara ini. Semua orang terlihat memiliki ekspresi yang berbeda. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat itu. Yang jelas saat itu semua orang terharu dengan penampilan mereka. Sederhana namun dalam.

Lagu kedua dinyanyikan. Sebuah lagu rohani bertemakan natal untuk ayah dan ibu. Ternyata selain untuk menyambut Hari Ibu, mereka juga menyanyi untuk menyambut Natal namun tetap untuk Orang tua mereka. Suara mereka yang sudah goyang akibat sempat menangis di awal, bukannya membuat lagu menjadi berantakan, namun menambah suasana haru di kelas. Penampilan mereka ditutup dengan sama-sama mengucapkan selamat hari Ibu kepada seluruh Ibu di ruangan itu. Lalu ketua memberi hormat kembali dan dengan rapih mereka keluar kelas. Kenapa tepuk tangannya hanya sedikit ya? Apa penampilan mereka tidak bagus?

Ternyata para orang tua terutama para Ibu masih terlihat terkejut dengan penampilan mereka. Sebelumnya di sini belum pernah merayakan Hari Ibu. Mungkin sebagian dari mereka bahkan tidak tahu atau tidak menyadari tentang Hari Ibu. Hari itu adalah penampilan pertama untuk menyambut hari Ibu. Oooh pantas saja banyak yang terkejut, bukan karena penampilan mereka yang tidak bagus.

Di luar, saya langsung menyambut anak-anak didik saya yang luar biasa ini. Butuh waktu beberapa menit bagi beberapa diantara mereka yang masih menitiikan air mata. Saya bertanya kepada Nona Faleri, apakah ia  menitikkan air mata karena tegang atau karena ingat Mamak? Dengan suara kecil ia bilang “Ingat Mamak, Ibu”. Saat itu, mamaknya Faleri pasti sangat bangga kepada anaknya yang berani membaca puisi di depan dan membuat orang menitiikan air mata. Saat itu semua orang tua dari kelompok paduan suara luar biasa ini pasti bangga dengan anaknya, yang dengan suaranya bisa membuat semua orang terharu. Saat itu saya pun sangat bangga dengan mereka.

Saat itu pula, saya sangat rindu dengan Ibu saya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua