Si Etal, Calon Gubernur Sultra

Melly Syandi 23 April 2017

*Di dalam kelas, sambil menemani anak-anak menulis, saya iseng bertanya*

"Di sini ada tidak yang mau jadi Gubernur?"

*hening, masih fokus nulis*

"Abto? Aldi? Etal?" tanya saya kembali.

"Hmm, saya mau jadi Tentara saja Bu Guru. Saya malas beh terlibat di politik." Jawab Abto singkat, padat !

"Saya juga jadi Tentara saja Bu Guru. Tapi nanti sebentar setelah pensiun saya mau mencalonkan jadi Bupati saja paeng. Saya mau kasih perbaiki satu-satu dulu Bu Guru." Aldi menimpali.

"Maaah, saya saja pale yang jadi Gubernur Bu Guru." Akhirnya, Etal menjawab.

"Loh, bukannya kamu juga punya cita-cita mau jadi Tentara Etal?" balas saya.

"Oho' Bu Guru. Tapi seperti Aldi mi. Nanti kalo saya sudah pensiun, saya mencalonkan juga jadi Gubernur. Biar mi Aldi jadi Bupati."

"Oh, begitu. Kalau kamu jadi Gubernur betulan, apa yang mau kamu orang bikin disini Etal?"

"Banyak Bu Guru. Maaah, saya perbaiki ini kita punya kampung Bu Guru. Saya perbaiki jalannya, supaya kalau musim hujan, tidak tertanam mi mobil ta di jalan toh? Saya kasih masuk juga listrik supaya diorang tidak setengah mati nyari bensin kalau mau nonton Fildan, Bu Guru."

"Trus, apa lagi Etal?" Tanya saya antusias.

"Kalau untuk sekolah, saya mau kasih pindah saja itu SD Pinole supaya rame mi kita punya anak murid di sekolah Bu Guru. Nanti saya buatkan damuorang (re: mereka) lapangan olahraga. Biar rajin mi damuorang datang ke sekolah."

"Cocokmi, supaya kalau nanti kapan-kapan saya datang kembali mengajar disini sudah rame toh ini sekolah?"

"Iye' Bu Guru. ada ji satu lagi Bu Guru?'

"Apa itu?"

"Saya kasih naik mi harga minyak nilam. Supaya sejahtera kita punya orangtua yang lagi ada menanam nilam Bu Guru."

"Haaa, itu mi. Kamu orang tetap harus perhatikan juga toh kesejahteraan masyarakatnya."

"Ya tawwa Bu Guru. Kita doakan saja mi saya nah?"

 

***

Etal Aprianto, salah satu siswa saya yang sedang duduk di kelas 6. Sekali rajin menulis, Etal akan menulis terus. Tapi jika datang penyakit malasnya, maka sepanjang ia menulis, ia mengeluh terus.

Etal punya hobby menyanyi. Etal senang menyanyikan lagu-lagu ber-genre dangdut dan malaysia. Lagu kesukaannya Bunga Dahlia. Hampir setiap hari ia menyanyikannya di kelas.

Kalau sudah masuk ke pelajaran mengarang (menulis cerita, bercerita, dsb), Etal akan sibuk sendiri. Ia sibuk bukan untuk merangkai kata-kata, tapi ia sibuk menyanyi, hingga kadang-kadang temannya marah, karena Etal berhasil mengganggu konsentrasi mereka. Haha. Alhasil, Etal sudah menyerah duluan sebelum berperang.

Selain menyanyi, Etal juga senang menggambar. Ia punya seni yang khas dalam memberikan warna pada setiap gambar yang ia buat. 

Etal juga termasuk salah satu siswa saya yang pintar. Suatu hari, Etal terlambat masuk ke kelas setelah jam istirahat. Waktu itu kita lagi belajar Matematika. Saat akan mengerjakan soal latihan, Etal hanya bertanya kepada saya sekilas. Lalu mencoba menganalisa sendiri dan menjawab dengan yakin setiap soal latihan yang saya berikan. Ternyata, ia mampu menjawabnya dengan baik dan benar.

Begitu juga pada pelajaran IPA. Kalau sudah masuk ke materi Tata Surya, ia punya antusias yang tinggi saat saya bercerita tentang planet Mars dan teman-temannya. 

Lain lagi saat pembagian petugas pelaksana upacara. Saya sengaja membagi porsi sebagai pertugasnya 60% dari kelas besar dan  40% dari kelas kecil. Artinya, anak-anak di kelas 5 dan 6 selalu menjadi prioritas untuk jadi petugas upacara. Meskipun demikian, anak-anak kelas kecil juga tetap harus dilibatkan menjadi petugas upacara. Nah, Etal selalu kebagian jadi petugas yang primadona. Seperti pemimpin upacara, atau pembawa bendera.

Waktu upacara yang kedua, Etal kebagian tugas sebagai Pemimpin Upacara. Etal gugup. Bagaimana tidak? Saat itu, Bapak Ibunya ikut menyaksikan Etal jadi pemimpin upacara.

Upacara pun berjalan lancar meski satu dua kali ia terlambat memberikan instruksi karena menahan gugupnya. Namun, setelah selesai upacara, Etal menghampiri saya.

"Bu Guru, maafkan saya tadi nah agak lupa-lupa yoh?" Ucapnya dengan wajah memelas.

"Tidak apa-apa ji Etal. Sudah bagus mi itu kamu orang jadi pemimpin upacara hae. Namanya juga semuanya lagi belajar. Tidak apa-apa toh kalo salah-salah sedikit. Yang penting kamu orang tetap berlatih yoh?" Jawab saya meyakinkan.

"Iye' Bu Guru. Nanti kapan-kapan kasih mi saya lagi jadi pemimpin upacara ye Bu Guru?"

"Oho' Etal. Aman ji tu hae."

Etal, si Calon Gubernur Sultra.

Semoga cita-cita mulia untuk mengabdi di tanah kelahiranmu ini tercapai, Nak !

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua