"Sabar mi kita nah?"

Melly Syandi 10 April 2017

Di awal-awal penugasan, 10 bulan yang lalu, setiap melakukan perjalanan dari/ke desa, saya selalu merenung. Yang saya bayangkan banyak, diantaranya ini :

Bagaimana cara orang bertahan hidup? Dengan kondisi jalan menuju desa seperti ini? Dengan akses transportasi yang susah?

Bagaimana cara orang menikmati hidup? Dengan keterbatasan segala akses informasi. Tidak ada listrik apalagi sinyal telfon.

Bagaimana cara orang 'percaya' terhadap hidup? Saat memasuki musim hujan, Bapak penjual ikan tidak akan sampai jualan ke desa. Maka, harus rela makan 'seadanya' tapi tetap merasakan berkah-Nya.

Dari sekian banyak alasan, ada satu hal yang saya yakini, Jawaban dari semua itu adalah bersyukur! Iya, bersyukur diberi pemahaman, bahwa meski hidup dalam kondisi terbatas segala-galanya, tetap ada keyakinan bahwa kita juga bisa hidup bahagia.

"Ini masih mendingan, Bu Guru. Dulu kita bisa sampai menginap hae di jalan kalau sudah masuk musim hujan. Mobil tertanam terus di jalan. Akhirnya kita harus bermalam di jalan, entah satu malam atau dua malam. Kita siapkan bekal memang dari rumah."

Sesederhana itu, cara bersyukur itu! Tetap melihat apapun dengan hal-hal yang lebih baik. Meskipun banyak suara sumbang lantaran jengkelnya bukan main karena harus melewati jalanan ini terus menerus, tetapi dalam keluhan itu, tetap ada rasa syukur.

Selain itu, pelajaran kedua adalah belajar sabar. Pertama kali saya menginjakkan kaki di tempat ini, Tak lain tak bukan, kalimat yang sering disampaikan kepada saya dan teman-teman adalah ini, "Sabar, nah?" Atau "Sabar mi kita yoh?" Atau "Asal kamu orang sabar-sabar yoh?" Bahkan ketika mau makan pun, yang menurut saya sudah sangat istimewa menu yang dihidangkan, tapi Ibuk Bapak tetap akan berkata, "Sabar mi yoh Mell?".

Lagi-lagi saya menemukan, bukan perkara mudah menyuruh orang untuk bersabar dengan keadaannya. Tapi di sini saya belajar, bahwa kita hidup untuk saling mengingatkan. Mengingatkan orang lain sekaligus mengingatkan diri sendiri. Walau mungkin terdengar klise, tapi kata-kata yang disampaikan dengan ketulusan hati, selalu melesap ke dalam hati.

Apalagi yang diharapkan selain mampu bersabar dan mudah bersyukur?


Cerita Lainnya

Lihat Semua