Binar Mata Milik Arumi

Melly Syandi 28 April 2017

Sewaktu pertama kali mengajar di sekolah ini, binar mata yang paling mengesankan bagi saya adalah milik Arumi. Ia duduk di kelas 6. Satu dari 5 siswa yang sama-sama sedang berjuang untuk lulus ujian. Arumi memiliki senyum yang ceria, hati yang lembut, dan penyayang. Karenanya, ia terlihat istimewa.

Arumi bercita-cita ingin menjadi Bidan, tapi seminggu yang lalu, Ia berubah pikiran.

"Bu Guru, saya jadi dokter saja pale Bu Guru. Biar bisa mi saya rawat saya punya orangtua nanti toh Bu Guru?".

Pertama kali kenal Arumi, ia mendekati saya, mulai bertanya tentang bagaimana saya bisa ada di sini. Ia tidak pemalu, hanya saya bisa merasakan sebenarnya ia sedang grogi. Yang mengesankan adalah ia tetap tenang. Mengajukan pertanyaan demi pertanyaan untuk menjawab keingintahuannya itu.

“Bu Guru, waktu saya tahu kita mau datang, saya kok ya rasanya ndak sabar sekali. Ternyata dugaan saya benar, Bu Guru.” Ucapnya kepada saya suatu hari.

“Dugaan apa itu Umi?”

“Hmm, ternyata benar. Momahe pale Bu Guru Melly.”

Saya hanya tersenyum, menyembunyikan betapa melambungnya saya dipuji anak setulus Arumi.

Selain ketulusannya, saya juga terkesan dengan sikap berbagi Arumi.

Di dalam kelas, atau dimana pun dan dalam kesempatan apapun, saya selalu mengajak anak-anak untuk belajar hidup berbagi. Belajar membantu temannya tanpa mengeluh, apalagi menyebut-nyebutnya.

Meski perlahan, tapi saya melihat kesungguhan mereka untuk menerapkan 'konsep berbagi' itu mulai tertanam. Sebenarnya, bukan karena kehadiran saya yang membuat mereka belajar berbagi apa yang mereka punya, bukan!

Hanya, konsep tentang berbagi yang selama ini mereka pahami sudah semakin luas. Meski pun sesederhana menawarkan beberapa bungkus permen kepada Ibu Gurunya. Bagi saya, itu kemajuan !

Dan Arumi, sudah memulainya sejak pertama kali bertemu saya.

Dari Arumi pula saya belajar untuk tidak banyak mengeluh.

Biasanya, meski bukan jadwal penyapuannya, namun jika ada temannya yang membutuhkan bantuan untuk membersihkan kelas, maka Arumi dengan cekatan membantunya. Tanpa basa basi dan tanpa mikir panjang.

Arumi juga kakak yang baik. Adik Arumi bernama Afgan. Baru duduk di kelas 1 saat ini. Afgan sangat manja kepada kakaknya, tapi meski demikian, ia sangat menyayangi kakaknya.

Jika ia memiliki makanan (jajanan ringan), maka ia selalu membaginya dengan Arumi. Saya yakin, sikap berbagi ini pasti Arumi yang mengajarkannya. 

Suatu hari, di depan teras sekolah saat jam istirahat, ia duduk di sebelah saya, lalu berkata, 

"Bu Guru, boleh saya minta kita punya foto?"

"Boleh, untuk apa Umi?"

"Hmm. Bu Guru, nanti kalau kita rindu dengan kita orang disini, kita lihat-lihat saja mi fotonya kita orang semua ya Bu Guru?" nasehat Arumi kepada saya.

Saya diam, hanya bisa tersenyum. Lalu berucap dalam hati,

"Siap, Nak ! Bahkan mungkin Bu Guru akan melakukan itu setiap malam. Saat dimana Bu Guru merindukan kamu orang semua."

Terimakasih Arumi.

You're beatiful !


Cerita Lainnya

Lihat Semua