info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Terima Kasih Buk!

Melissa Tuanakotta 5 Agustus 2012

Pernah tau lagu ini?

Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa?

Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa?

Kita jadi bisa dibimbing bu guru

Kita jadi tahu dibimbing pak guru

Guru bak pelita penerang dalam gulita, jasamu tiada tara

Aku mengingat lagu ini setelah bertemu dengan Ryan. Ryan sekarang kelas 5, di kelas yang aku ajar. Kenapa anak ini begitu spesial? Karena Ryan belum bisa membaca. Ryan sebetulnya diputuskan untuk tetap tinggal di kelas 4, tapi orang tuanya mendesak untuk menaikkan dia ke kelas 5.

Pertama aku mulai mengajar, aku belum tahu ternyata Ryan belum bisa membaca. Akan tetapi di awal tahun ajaran baru ini aku mengusahakan agar seluruh murid dapat membaca, menulis, dan menghitung denga baik. Suatu hari aku menerapkan sistem baca berantai, begitu tiba giliran Ryan dia terlihat panik dan tidak ada suara yang keluar sama sekali. Aku setia menanti tapi satu kata pun tak pernah terucap. Aku melirik Ropek yang duduk disebelahnya. Ropek memberi kode dengan tangan dan ucapan tanpa suara yang menyebutkan bahwa Ryan belum bisa membaca.

Aku heran, ketika mereka semua masih di kelas 4 dan aku mengajar Bahasa Inggris, Ryan selalu berhasil menyelesaikan tugasnya. Tapi setelah aku ingat-ingat kembali ternyata seluruh pekerjaannya selalu sama dengan Ropek. Akhirnya aku membuat suatu kesimpulan Ryan belum bisa membaca, tetapi dia sudah mampu mencontoh suatu tulisan.

Keesokkan harinya, aku mengajak Ryan untuk duduk bersama denganku. Ketika teman-temannya belajar Matematika, aku mengajari Ryan untuk membaca. Seharian penuh Ryan hanya bisa membaca satu kalimat, itu pun karena dia sudah hapal dengan isi kalimatnya. Karena ketika aku coba mengacak susunan katanya dia kembali diam seribu bahasa. Bahkan dia belum hapal bentuk-bentuk huruf. Sehari setelah hari pertama Ryan intensif belajar membaca, dia tidak sekolah. Salah seorang muridku, Toyo, melapor bahwa Ryan tidak sekolah karena takut disuruh membaca. Hari kedua Ryan kembali masuk, akibat laporan Toyo aku takut membuat Ryan tidak masuk sekolah lagi. Sehingga aku membiarkannya duduk bersama teman-temannya dan sekedar mencontoh tulisan yang dia lihat.

Selama ini aku mengajar, aku hanya memegang kelas tinggi yang notabene sudah bisa membaca. Ketika aku dihadapkan oleh murid yang belum bisa membaca aku jadi bingung sendiri. Mengajar baca tulis ternyata tidak semudah mengajarkan matematika. Ini adalah yang paling sulit, tanggung jawabnya pun sangat besar, karena bisa atau tidaknya seorang murid membaca itu tergantung dari seorang guru yang mengajarinya. Betapa hebatnya jasa seorang guru.Presiden Obama sekalipun kalau dia tidak diajari baca tulis oleh seorang guru, belum tentu dia bisa menjadi seorang presiden seperti sekarang ini.

Seketika aku teringat guru masa kecilku, namanya Bu Edah. Beliau ini adalah guru yang memperkenalkan aku dengan huruf, membuat aku jadi bisa membaca dan menulis seperti sekarang ini. Di banding Bu Edah dan guru-guru yang telah berpengalaman perpuluh-puluh tahun, aku ini bisa dibilang bukan apa-apa. Belum tentu, aku bisa menjadikan seorang Ryan bisa membaca dan mengenal huruf.

Guru dengan segala kelebihan dan kekurangannya tetaplah guru, sebenarnya mereka inilah yang mengabdi, sebenarnya mereka inilah sumber inspirasi.

Terima Kasih Buk.


Cerita Lainnya

Lihat Semua