Kisah Seekor Keledai

Melissa Tuanakotta 5 Mei 2012

Pada suatu hari ada seorang Pak Tani yang hendak pergi ke kota untuk menjual hasil kebunnya. Pak tani bingung bagaimana caranya membawa hasil tani yang begitu banyak menuju kota, sedangkan badannya yang ringkih sudah tidak kuat lagi untuk menarik gerobak. Pak tani keliling desa untuk mencari pinjaman kuda, tidak ada satu pun kuda yang bisa ia pinjam. Hingga pada akhirnya Pak tani melihat ada seekor keledai yang sedang tidur dan bermalas-malasan. Pak tani pun segera mendekati keledai itu.

“Hai keledai, siapa tuanmu?” tanya Pak tani

“hmmm aku tak tahu,” jawab kedelai dengan malas-malasan

“Jika kau adalah keledai tak bertuan, maukah kau mengantarku pergi ke kota untuk menjual hasil taniku di sana? Nanti kau akan kuberi makan dan kupelihara.”

Tanpa menjawab sang keledai pun mengangguk menandakan bahwa ia setuju dengan ajakan pak tani. Dia mengangkat badannya yang lusuh dan berat, lalu berjalan dengan sangat lambat.

Setibanya di rumah Pak tani, sesuai dengan janji yang telah terucap sang keledai pun diberi makan secukupnya agar bisa mengantar Pak tani ke kota. Selain itu Pak tani pun memandikannya di sungai agar tidak terlihat lusuh. Walaupun keledai, Pak tani ingin membuatnya seperti seekor kuda yang gagah.

Setelah semuanya siap akhirnya mereka pun berangkat di tengah kota. Sang keledai jalan tak menentu seolah-olah tak mengenal arah. Pak tani pun tidak ingin menggunakan pecut, mencoba untuk memercayai sang keledai. Tapi apa yang terjadi? Sang keledai membawa mereka jatuh ke dalam lubang.

“ Aduuuuuh,” teriak Pak tani kesakitan.

“Maaf, petani aku pikir tadi lubangnya tidak dalam. Sehingga aku tidak bergerak untuk menghindarinya,” ujar keledai.

“Iya, tidak apa-apa, asalkan kau tidak mengulanginya lagi ya keledai!”

Akhirnya Pak Tani pun menlanjutkan perjalanan menuju kota bersama si keledai. Beberapa kali gerobak mereka hampir terguling kembali. Pak Tani mulai was-was, dan berpikir apakah ada yang salah dengan si keledai ini? Mengapa ia tidak pernah belajar dari kesalahan dan hampir mengulangi kesalahannya masuk ke dalam lubang. Tidak lama kemudian, GUBRAKKKK!! Keledai kembali jatuh ke dalam lubang.

Pak Tani yang pun mulai gerah dengan kelakuan keledai yang tidak belajar dari pengalamannya, sehingga membuat mereka kembali terjatuh ke dalam lubang. Ia pun segera bangkit dan menarik gerobaknya, lalu meninggalkan si keledai.

______________________________________________________________

Cerita Pak Tani dan si Keledai berkumandang di kelas lima siang itu. Siang di mana aku menemukan beberapa muridku yang tidak mengerjakan PR dan selalu mengulangi kesalahan yang sama ketika menyelesaikan sebuah soal matematika.

Beberapa waktu yang lalu aku membawa muridku ke bawah tiang bendera dengan bendera merah putih yang berkibar di atasnya. Aku menyuruh mereka berjanji di bawah bendera negara Indonesia agar tidak lagi lupa mengerjakan pekerjaan rumah. Beberapa saat manjur, dengan rasa nasionalisme yang sedang bangkit mereka menjadi lebih rajin mengerjakan PR.

Akan tetapi nampaknya harum nasionalisme sudah lewat. Lagi-lagi mereka tidak mengerjakan PR. Aku baru paham sekarang bagaimana perasaan seorang guru ketika muridnya tidak mengerjakan PR. Rasanya kaya patah hati!

Akhirnya treatment tidak mengerjakan PR pun aku ubah, mereka perlu suatu yang lebih. Hari itu pelajaran IPS, dimana begitu banyak rangkaian sejarah yang harus diketahui oleh murid-murid. Aku jarang memberikan mereka soal ketika kegiatan belajar mengajar. Kayaknya mengurangi JP dan memutus keasikan berpetualang ke dalam dunia sejarah. Akhirnya soal-soal pun menjadi oleh-oleh para murid untuk di rumah.

Betapa malaaaaaaaang, ketika satu minggu kemudian ada empat orang dari 12 muridku tidak mengerjakan PR :( . Alasan mereka cuma satu, mereka lupa. Kalau aku membiarkan mereka tanpa memberi hukuman nampaknya tidak adil untuk teman-teman yang sudah mengerjakan PR. Akhirnya aku pun membuat peraturan, siapa pun yang tidak mengerjakan PR harus ikut belajar dari luar kelas dan mengerjakan PR-nya terlebih dahulu. Ketika sudah selesai, mereka beru boleh kembali masuk ke kelas.

Tapi nampaknya hukuman itu masih belum membuat jera. Aku pun hampir putus asa dengan kelakuan murid-muridku, yang tidak mengindahkan PR. Aku juga pernah menjadi mereka, aku tahu bagaimana rasanya mendapat PR yang jumlahnya bertubi-tubi seperti rentetan peluru yang keluar dari machine gun. Rasanya malas, tapi aku tetap merasa memilliki kewajiban untuk mengerjakan PR yang sudah diberikan oleh guruku pada waktu itu. Dulu kayaknya kalau tidak mengerjakan PR gengsi tuh gede banget, malu sama temen-temen yang laen. Padahal aku setiap memberikan PR hanya 5 soal saja.

Tiba lah pada mata pelajaran kesukaanku Matematika. Kali ini tiga orang anak yang tidak mengerjakan PR. (ihik... ihik... ihik.. :( ) Bahkan three musketeers cilik ini selalu jadi bintang utama ketika adegan mengumpulkan PR dikumpulkan. Aku memutar otak, bagaimana caranya menyadarkan mereka, harus ada bayangan dalam bernak mereka untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama berulang kali. Tiba-tiba terlintas lah cerita tentang seekor keledai.

“Yang perlu kalian ingat, hanya keledai yang melakukan kesalahan yang sama dua kali berturut-turut. Hanya keledai,” ujarku saat itu.

“Coba pegang kepala kalian, Tuhan memberikan benda di dalam kalian yang namanya otak. Otak itu luar biasa, hanya manusia yang dikaruniai Tuhan sebuah otak yang mampu berpikir. Otak manusia itu memiliki kapasitas yang sangat banyak, setiap kenangan, setiap pengetahuan, dan setiap apa yang direkam oleh mata tersimpan dengan baik di dalam otak,”

“Sekarang, kalau kalian tidak makan kalian laper ga?”

“laper buk!”

“Nah, hal yang terjadi dengan otak kalian sama dengan kalian. Kalau tidak diberi makan, otak akan lapar, kurus, bisa-bisa malah mati kelaparan.”

 “Emangnya bisa bu otak di kasih makan?”

“Ya bisa lah, makanan otak itu ilmu. Ketika otak diberi makan ilmu lewat kalian membaca buku, maka otak menjadi sehat, berkembang, dan semakin banyak pengetahuan yang tersimpan dalam otak kalian. Banyak orang yang pengetahuannya luas karena mereka membaca buku. Ibu sama sekali tidak tahu Korea itu seperti apa, ibu belum punya cukup uang untuk pergi ke sana. Padahal Korea salah satu tempat yang ingin ibu datangi. Akan tetapi, agar bisa membayar keingintahuan ibu, ibu senang membaca buku tentang Korea. Sekarang kalian tahu fungsi PR itu apa?”

“....”

“Jangan anggap PR itu adalah sesuatu hal yang memberatkan. PR itu adalah salah satu cara memberi makan otak. Kalian kalau makan kenyang ga kalau cuma satu sendok saja?”

“Engga lah buk, satu piring baru kenyang. Eh engga deng kalau aku biasanya dua piring,” jawab seorang anak menuai tawa

“Betul banget, begitu juga dengan otak. Kalau dikasih makan ilmu satu kali saja tanpa diulang kembali, otak pun akan lupa. Jika berkali-kali otak baru akan ingat. PR itu untuk mengulang kembali apa yang kalian dapatkan di sekolah. Mulai hari ini kita harus bersyukur dengan apa yang Tuhan kasih di dalam kepala kita ini. Kalian harus sayang kepada otak kalian, jangan sampai kalian menyia-nyiakan apa yang sudah Tuhan kasih untuk kalian. Jangan samakan diri kalian dengan seekor keledai, karena kalian mempunyai otak yang luar biasa yang tidak bisa disamakan dengan otak seekor keledai. Karena yang membedakan manusia dengan hewan adalah, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir dan hewan tidak.”

Nampaknya cerita tentang keledai ini telah menyentuh hati mereka. Hal itu aku ketahui dari hasil jurnal harian mereka. Hampir setiap anak mengatakan:

“Aku tidak boleh seperti seekor keledai yang selalu jatuh ke lubang, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak seperti keledai. Aku akan sering memberi makan otakku. Aku juga akan berusaha untuk selalu mengerjakan PR-ku”

Itu bukan hanya sekedar kata-kata. Setelah hari itu, murid-muridku selalu berusaha untuk mengerjakan PR. Aku sangat menghargai itu, sangat amat menghargai itu. Begitu pula dengan three musketeers, mereka selalu berusaha mengerjakan PR-nya.

                                                          ***

Suatu pagi,

“Wayan, kamu lagi apa?”

Aku bertanya kepadanya, padahal aku tahu dia sedang membaca buku seri tokoh dunia tentang Benjamin Franklin si pencipta penangkal petir.

“hehehehe, Aku lagi kasih sarapan untuk otak aku Buk.”

:)


Cerita Lainnya

Lihat Semua