Bab I

Melissa Tuanakotta 3 November 2011

Tanggal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, 3 November 2011. Tanggal dimana sebuah cerita baru akan segera dimulai setelah menyelesaikan epilog yang ada.

Mereka semua berada di sana, Bandara Soekarno Hatta terminal 2F. Mereka para Pengajar Muda yang sibuk wara-wiri mengangkat barang bawaan pribadi maupun kelompok untuk segera dimasukkan ke dalam bagasi pesawat. Masih jelas dalam ingatan, bertumpuk-tumpuk tas gendong bermuatan 60 hingga 80 liter, koper, kantong kresek, dus berisi buku-buku dan berbagai macam barang lainnya. Semuanya seperti membawa peralatan tempur yang siap digunakan selama satu tahun di medan perang.

Jam menunjukkan pukul 04.00 WIB saat itu, mereka bergerak cepat karena akan ada upacara pelepasan Pengajar Muda menuju daerah penempatannya masing-masing. Tulang Bawang Barat, Bengkalis, Paser, Majene, dan Halmahera Selatan. Mereka disebar ke lima daerah tersebut untuk menjadi seorang pengajar muda, selama satu tahun mereka akan mengajar, berinteraksi dan berusaha untuk membagi inspirasi.

Mereka berkumpul lalu saling berpelukan, berpegangan tangan, dan saling mengucap kata semangat. Mereka ini layaknya satu keluarga, di mana pada awalnya tidak saling kenal, tapi pada akhirnya kami menjadi satu. Seperti bait-bait dalam sebuah lagu. Mereka mengalunkan do, re, maupun mi, dalam nada mayor dan minor sebuah melodi. Walaupun suaranya terdengar fals, mereka akan terus bernyanyi demi anak-anak yang ada di pelosok negeri.

Mereka berdiri, dengan kepala menunduk, berusaha menyembunyikan tetesan air mata yang kerap turun mengiringi kata-kata yang keluar dari yang mereka anggap orang tua. Orang tua yang telah membimbing dari kecil hingga dewasa, dan orang tua yang telah memberikan pengajaran sehingga mereka siap menjadi Pengajar Muda.

Suasana begitu haru, berjuta pasang mata memandang kepergian dengan pilu. Mereka dilepas seperti sebongkah harapan yang dilepas untuk berjalan secara nyata di bidang pendidikan.

Siapa sangka Aku juga ikut berdiri di sana menjadi bagian dari Pengajar Muda. Dengan wajah menunduk pilu hingga bibir pun bergetar. Aku di sana memandang orang tuaku, hanya ibu dan nenekku. Dari kejauhan Aku melihat mereka pun ikut meneteskan air matanya. Aku mendekat, segera kupeluk dan aku pun memohon doa restunya. Biar pun aku sudah tidak bisa merasakan jiwanya, aku yakin ayahku ikut mengawasi kepergianku dari atas sana.

Waktu keberangkatan telah tiba, saatnya Aku berpisah untuk sementara dengan seluruh keluarga. Aku melangkah bersama tujuh saudaraku menuju Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang berada di propinsi Lampung. Sekarang hanya sisa kami bertujuh yang semoga menjadi satu kesatuan yang utuh.


Cerita Lainnya

Lihat Semua