Setiap Anak Begitu Istimewa

Luluk Aulianisa 4 Desember 2011

Selama menjadi guru di SDN Inp. No.19 Limboro, aku diamanatkan sebagai wali kelas 5 yang mengampu semua mata pelajaran kecuali Penjaskes dan Pendidikan Agama Islam. Untuk sebulan awal ini, aku mengakuinya sebagai masa perkenalan dan penyesuaian. Aku mencoba mempelajari karakteristik delapan belas murid kelas 5 yang akan aku temani hingga pertengahan tahun kedepan. Hasil observasi sebulan ini adalah betapa bervariasinya ‘spesies’ anak didikku ini. Namun, ada satu hal yang sama, yaitu mereka ada tipikal anak gunung yang berstamina tinggi, tidak takut jatuh, luka, hujan, jatuh apalagi kotor. Jadi, aku harus pintar-pintar mengimbangi pergerakan mereka yang kadang di luar batas. Dari 18 jumlah siswa yang ada di kelas, terdapat 7 perempuan dan 11 laki-laki. Anak laki-laki di kelasku hampir semua adalah pembuat kegaduhan kecuali ada beberapa yang tidak terlalu gaduh (bukan berarti pendiam juga). Sedangkan untuk perempuannya ada 1 orang yang bisa dibilang premannya kelas, bahkan premannya sekolah. Untuk itulah dia ditempatkan sebagai Seksi Keamanan di kelas, namanya Roswati karena memang dia terkenal pemberani dan seringkali memicu keributan. Namun, Ros, begitu panggilannya, tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena didikan keluarganya lah yang membuat ia seperti itu.

Murid laki-laki di kelasku hampir semuanya menyukai olahraga terutama sepak bola dan bulutangkis. Bahkan mereka seringkali tidak ikut les tambahan karena lebih memilih bermain sepak bola. Ketika pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aku meminta murid-muridku menggambar cita-cita mereka , 8 orang menggambar pemain sepak bola ataupun atribut bola lainnya sedangkan 3 sisanya menggambar kok bulutangkis. Penjaskes adalah pelajaran favorit mereka dibandingkan pelajaran lainnya.

Dalam cerita ini, aku ingin menceritakan tentang seorang murid laki-laki yang menonjol dalam matematika. Namanya Abdul Rafik, sehari-hari dipanggil Rafik. Rafik selalu tangkas dalam menjawab pertanyaanku seputar soal matematika. Rafik juga menyapu bersih ulangan harian yang kuberikan dengan nilai sempurna, 100 tanpa cacat. Rafik adalah anak yang cerdas dan cenderung tidak terlalu sering memancing kegaduhan dalam kelas.

Aku juga ingin memperkenalkan Marliana. Seorang murid perempuan yang ibunya berasal dari Kotabaru, Kalimantan Selatan. Marliana memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Ia selalu menghampiriku sebelum kelas dimulai sambil bertanya “ Hari ini belajar tentang apa, Bu ? “. Marliana merupakan murid yang kemampuan menyimaknya paling baik di kelas. Meskipun sesekali harus diulang, tapi Marliana bisa dikategorikan anak yang cukup tekun.

Ada lagi muridku, namanya Mulkiah, Teman-temannya menjulukinya Tante Kecil karena memang wajah dan perawakannya sungguh imut dan menggemaskan. Tapi ia begitu yakin dengan cita-citanya yang ingin jadi pelukis. Kiah, panggilan sehari-harinya, sangat menyukai kegiatan yang berhubungan dengan menggambar, mewarnai dan tentunya melukis. Imajinasinya membumbung tinggi saat kuberikan dia seperangkat alat gambar dan jari-jemarinya mulai bergerak menggambarkan apa yang ada di pikirannya.

Namun bukan anak-anak namanya jika tidak nakal. Tak dapat aku pungkiri bahwa kelakuan salah satu muridku yang bernama Sihab sangat menguji kesabaran. Sihab selalu tidak bisa diam. Bahkan ia seringkali membuat temannya marah dan menangis. Kesabaranku pernah sampai habis dibuatnya saat ia terus mengganggu temannya dalam kelas. Kalau sudah begitu, aku diam dan wajahku tidak bisa menipu bahwa aku marah. Murid-murid melihat mimik wajahku yang berubah, mereka sadar. Parahnya, mereka malah saling menyalahkan satu sama lain. Banyak cerita tentang muridku lainnya. Setiap anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda. Satu hal yang pasti kuyakini adalah bahwa mereka semua pada dasarnya anak baik. Semuanya akan berjalan dengan cepat. Aku akan banyak belajar dari mereka.

Limboro, awal Desember 2011


Cerita Lainnya

Lihat Semua