info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Fact Of The Day : Si "Alpukat"

Astri Lestari 6 Desember 2011

"Hari ini ditemukan sebuah fakta terbaru tentang keberadaan pohon alpukat di kawasan Dusun Lombang. Ternyata warga disini belum mengetahui secara betul, apa itu buah alpukat, kenapa? Karena baru-baru ini, pohon alpukat baru tumbuh di dusun Lombang. Warga menganggap kalau buah alpukat ini adalah buah yang aneh."

                Di dusun ini memang kaya akan berbagai pepohonan dan buah-buahan, ada pohon durian, langsat (dukuh), cokelat, rambutan, pohon kelapa dan lain sebagainya. Namun untuk pohon yang satu ini yaitu alpukat, masyarakat masih belum familiar. Asal muasal, mengapa ada pohon alpukat, setelah ditelik lebih lanjut ternyata ditanam oleh seorang laki-laki yang berasal dari daerah Jawa, tepatnya dari  Jawa timur yang menanam pohon alpukat di kebunnya. Laki-laki yang berasal dari Jawa tersebut, mari kita sebut saja “Mas”, selalu membagikan buah alpukat pada warga. Namun warga enggan menerimanya karena tidak tahu harus berbuat apa pada si “alpukat”.

                Keberadaan PM di rumah Kepala Dusun membukakan pengetahuan warga tentang manfaat alpukat. Saat itu PM 1 telah memperkenalkan alpukat sebagai minuman yang sangat enak (padahal di daerah Jawa, hal ini sangat biasa). Inilah Juice Alpukat... Tring Tring...

                Perkenalan juice alpukat ini diawali dari Keluarga Kepala dusun, karena PM tinggal selama satu tahun dengan mereka. Setelah diracik menjadi minuman ternyata mereka sangat menyukai olahan berbahan dasar alpukat ini. Sehingga suatu hari saat saya, PM 3 sedang bercengkerama di rumah. Istri Mas mengajak saya kerumah dan mengambil alpukat yang sudah matang. Saya pun pergi kesana bersama ibu dan adik-adik saya. Setelah memperoleh alpukat itu, saya langsung menyimpannya dalam wadah berisi beras agar cepat matang.

               Beberapa hari kemudian, si “alpukat” sudah berubah warna menjadi gelap. Kami pun mulai mengolahnya menjadi juice alpukat tanpa blender. Ya.. tanpa blender, kenapa? Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, di dusun kami, blender adalah sebuah alat yang sangat mewah dan istimewa. Jika ada satu rumah yang menggunakan blender, maka warga akan berkumpul untuk melihat proses “pemblenderan” (Ini terjadi saat ada pernikahan dan saya diminta untuk memblender bahan makanan). Alasan yang kedua, karena di dusun saya tidak ada listrik. Jadi kami tidak membutuhkan berbagai alat-alat yang harus menggunakan listrik, seperti setrikaan (baju tidak pernah saya sertrika), termasuk blender.

               Baik, kita kembali ke topik pengolahan alpukat menjadi juice. Hal pertama yang dilakukan adalah, mengorek bagian dalam alpukat dengan sendok, lalu ditambahkan gula putih dan susu cokelat. Ini lah racikan kami. Sebenarnya, saat saya berada di rumah pertama (rumah tempat saya lahir) saya sering juga melakukan hal ini,, aah saya juga sudah bilang, hal ini biasa dilakukan di daerah Jawa, namun disini tidak.

               Sesaat kemudian, karena beberapa jam sebelum membuat juice alpukat  kami telah membuat cendol. Ibu pun mengusulkan untuk memasukan santan kedalam juice andalan kami. Karena masih ragu rasanya akan seperti apa, maka awalnya kami campur santan dengan sedikit alpukat, dan ternyata rasanya..Gonjreeeeng,,  Luaaaar Biassaaa.. Maknyooos.... tanpa ragu lagi, kami pun langsung memasukan sebanyak mungkin santan. Bombastis, rasanya menantang kami untuk terus makan.

                Setelah merasa kenyang, kami pun kembali menjalani aktivitas lain yaitu nongkrong depan rumah sambil melihat anak-anak kecil bermain. Tiba-tiba saja, saya teringat manfaat alpukat yang sering digunakan untuk kecantikan, yeyeye... “Masker alpukat”.  Ya.. Ini juga biasa terjadi di rumah pertama saya. Namun disini, di Sulawesi dan di dusun Lombang tepatnya, warga tidak tahu. Akhirnya saya pun memaparkan cara penggunaan dan manfaat dari masker alpukat ini. Dan esok harinya, di pagi hari, tanpa berbasa-basi, ibu sudah menggunakan masker alpukat pada wajahnya. Wow, aku pun merasa tergoda untuk segera menghijaukan wajahku. Dan akhirnya kami pun menjadi si “Wajah Hijau”.  Anak sulung Ibu, berkata pada kami (rasanya wajah ia meledek saat itu) “Malolo” artinya “Cantik”. Cantik dengan wajah hijau kami yang seperti monster. J

                Hal yang paling penting dan patut disyukuri dalam kejadian ini adalah pertama, adanya Mas yang telah memperkenalkan buah alpukat pada warga. Walaupun mereka belum tahu kegunaannya namun suatu hari nanti pasti dapat menjadi kekayaan tambahan daerah ini. Kedua, semakin lama warga tahu tentang manfaat alpukat yang dapat dijadikan sebagai juice lezat dan bergizi serta manfaat alpukat sebagai alat kecantikan berupa masker wajah. Itulah fakta sederhana yang dapat saya temukan di sini, Dusun Lombang, Kec. Malunda, Kab. Majene, Sulawesi Barat.

Sampai jumpa di fakta lain selanjutnya.

(18 November 2011)


Cerita Lainnya

Lihat Semua