Kami Tidak Punya WC tapi Kami Punya Laboratorium IPA

Meiske Demitria Wahyu 9 Januari 2012

Hari Sabtu hujan deras di desa Kagungan Jaya,Tulang Bawang Barat. Bahkan sejak Jumat malamnya desa kami diguyur hujan tak henti-henti. Padahal hari itu saya berjanji dengan anak-anak kelas 3 dan 4 untuk latihan menghadapi Olimpiade Sains Kuark (OSK). Sejak di sekolah mereka tak henti-henti bertanya: “Bu, jadi kan kita latihan, jadi kan?” Akhirnya kami bersepakat akan latihan di sekolah jam 3 sore nanti. Maka pulanglah mereka dengan bahagia.

Menjelang pukul 3 sore, hujan yang tadinya sempat berhenti malah turun lagi dan cukup deras. Gawat, mau jalan kaki ke sekolah tapi cuaca tidak bersahabat. Mau minta diantar sedang tidak ada yang bisa mengantar. Saya khawatir anak-anak sudah menunggu di sekolah walaupun hujan. Saya mengirimkan SMS kepada salah satu anak dan berusaha menelponnya, tetapi ibunya yang mengangkat mengatakan dia sedang pergi bermain. Belakangan saya ketahui bahwa anak itu sudah berangkat ke sekolah untuk latihan. Untungnya sang hujan cukup pengertian, ketika agak reda dan kebetulan Bapak hostfam saya sudah pulang, saya pun pergi diantar beliau. Sampai dekat sekolah, 5 anak yang akan ikutan OSK sudah menyambut dengan riang. Saya meminta maaf karena sangat terlambat dan menjelaskan bahwa tadi tidak bisa pergi karena tiba-tiba hujan deras. Ternyata, saking terlalu semangatnya, sebelum pukul 3 sore Aliyah yang saya tunjuk menjadi koordinator dan penghubung karena ia adalah satu-satunya yang punya HP sudah mengajak teman-temannya menuju sekolah. Wah maaf yaaa >.<

Kamipun bersama-sama menuju ruang kelas untuk memulai latihan. Saat itu waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore. Tami, Jeni, Aliyah, Aminah dan Dedik dengan semangat empat lima sudah siap dengan buku tulis dan pensil di tangan. Sejujurnya saya gentar juga melatih OSK ini, tapi melihat semangat mereka jadinya ikutan semangat juga. Yang penting murid-murid saya ini mendapat ilmu yang mumpuni. Saya terharu melihat betapa mereka menginginkan belajar. Saya terharu melihat bahwa kesungguhan mereka meminta latihan tadi pagi masih sama kuatnya dengan ketika mereka hadir latihan. Saya terharu melihat murid-murid ini yang haus akan ilmu.

Kemudian saya membuka latihan perdana hari itu dengan meminta mereka menuliskan jadwal latihan, informasi-informasi yang penting serta apa saja yang harus dibawa. Kemudian, saya juga menjelaskan bagaimana mengisi lembar jawaban komputer dan memilih soal-soal yang bernilai besar dahulu. Sedikit tips dari saya untuk teman-teman PM lain yang sedang mempersiapkan OSK: jangan lupa menginformasikan hal-hal kecil yang penting namun luput dari pandangan karena kita sudah panik mempersiapkan materi. Murid-murid saya menyimak dengan taat dan tidak tampak gentar dengan kemungkinan menghadapi 60 soal pilihan berganda sains yang menurut saya syulitttttt (untuk dibayangkan, berikut adalah contoh soal level II kelas 3-4 SD: kromatografi adalah.....; asteroid trojan adalah.....;sumber gerak ombak laut selatan adalah...).

Tiba saatnya saat saya harus menyampaikan materi. Ada berbagai metode yang PM TBB pakai untuk melatih OSK. Ada pembahasan soal, ada yang tukar menukar komik, ada juga yang membahas materi di komik. Karena keterbatasan waktu, tidak memungkinkan untuk membahas secara detil materi per materi yang dilombakan. Hari itu saya memilih membahas Komik Kuark Edisi 01/Tahun VII level II dan menawarkan pada mereka mau belajar tentang tumbuhan atau hewan. Suara mayoritas meminta belajar tentang tumbuhan. Dan saat itulah kami merasa lebih kaya daripada anak-anak SD di kota besar.

Kami tidak punya WC di sekolah, tapi kami punya laboratorium IPA pribadi. Begitu melangkahkan kaki keluar kelas, disitulah letak laboratorium IPA kami. Ketika saya menerangkan tentang bagaimana tumbuhan bernapas, saya membawa kelima karya terbaik Tuhan ini menuju ke kebun di samping kelas. Mereka melihat, mengamati, meraba, menghirup dan merasakan (bahkan ada yang berusaha mendengar apakah ada desah napas dari pohon :p) bagaimana tumbuhan bernapas melalui batang, melalui daun dan melalui akar. Ketika saya menjelaskan mengenai rangsangan sentuhan dengan contoh putri malu, Tami dengan ceria mengatakan, “Itu ada bu di belakang, kita liat yuk!” dan kembali bersama-sama kami menuju kebun belakang, melihat dan menyentuh sendiri bagaimana daun-daun putri malu menguncup kena sentuhan kami lalu menunggu dengan harap-harap cemas bagaimana daun-daun itu lama kelamaan membuka kembali. Juga ketika saya menyebutkan bunga pukul empat sebagai contoh rangsangan cahaya, mereka dengan penasaran berlarian ke depan kelas melihat bunga kecil berwarna merah jingga kekuningan yang sedang mekar, tidak lupa menyentuh dan menciumnya serta menyodorkannya pada saya. Pada hari Senin pagi, Aminah melapor kepada saya dan mengajak teman-temannya melihat, “Wah benar bu, kalo pagi belum mekar ya ternyata.” (dan minggu depannya saat latihan di siang hari dia minta izin keluar kelas untuk mengecek apakah si bunga pukul empat sudah mekar belum) Sampai materi selesai, tidak nampak kelelahan di wajah mereka. Akhirnya latihan saya akhiri karena hari sudah agak gelap dan saya harus pulang dengan berjalan kaki yang agak lumayan jaraknya. Tentunya mereka pulang dengan permintaan: ”Kapan lagi bu kita latihannya?”

Hari itu saya melihat bagaimana mereka begitu menikmati belajar. Bahkan saya sendiripun begitu menikmati momen itu. Saya belajar bahwa Tuhan itu adil. Pada pelajaran IPA di kelasnya masing-masing, kelima murid saya ini tidak punya buku pelajaran. Tapi walaupun mereka tidak punya buku, mereka punya laboratorium yang sangat besar. Tidak hanya di halaman sekitar sekolah, sekitar rumah mereka adalah hutan karet dan hutan sawit, ladang, bendungan serta kali. Jadi ada banyak hal yang bisa mereka pelajari dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan, tanpa diajari guru terkadang orang tua mereka sudah mengajari pengetahuan-pengetahuan dasar IPA mengenai tumbuhan dan hewan dengan bahasa mereka sendiri.

Ketakutan saya tentang OSK kini berkurang. Saya pikir, kalaupun mereka tidak sampai final, mereka telah memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan. Yang saya tanamkan adalah betapa mereka seharusnya bersyukur dengan laboratorium yang mereka miliki dan tidak berfokus pada keterbatasan yang ada. Saya juga menyadari, yang terpenting dari OSK ini adalah bagaimana menumbuhkan kepercayaan diri murid-murid saya bahwa mereka ini tidak beda kasta dengan anak-anak kota. Saya bilang mereka ini beruntung. Belajar bisa langsung praktek saat itu juga sehingga lebih melekat pada ingatan. Saya yakin, murid-murid saya ini bisa diadu pemahamannya mengenai pernapasan tumbuhan dibandingkan murid-murid dari kota yang menghafalkan sekian banyak materi yang bagus-bagus namun jarang melihat tumbuhan segar. Murid-murid saya mengalami sendiri, bukan sekedar menghafal pelajaran dan kemudian lupa setelah ulangan selesai. Doa saya semoga mereka selalu menikmati belajar sampai kapanpun walaupun orang-orang bilang mereka ini anak desa.

Ngomong-ngomong, coba tanyakan pada murid-murid SD di kota apakah mereka tahu apa itu bunga pukul empat? Tanpa melihat ke internet dulu tentunya. Sejujurnya sebelum ini, saya tidak pernah lihat yang namanya bunga pukul empat :p Nah, bunga yang kuning-kuning itulah namanya bunga pukul empat.

P.S: Dari keempatbelas murid saya, 4 anak dari level 1 dan level 2 berhasil menuju semifinal OSK 2012 dan mereka berjuang sungguh-sungguh, namun mungkin belum waktunya mereka bertanding di babak final :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua