Berbagi Bikin Happy

Meiske Demitria Wahyu 5 Mei 2012

Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2.5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.” (Ir. Soekarno)   

Jumat, 4 Mei 2012 adalah tepat 6 bulan kami Pengajar Muda Angkatan III bertugas di tempat penempatan masing-masing. Sudah setengah jalan kami lewati jelang habisnya kontrak. Wow, waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin saya diturunkan di kantor kecamatan dan melanjutkan perjalanan melewati deretan pohon karet dengan jalan yang jauh dari kata mulus. Rasanya baru kemarin saya melihat senyum malu-malu murid-murid saya yang dengan begitu antusias menyambut kedatangan sang guru baru. Rasanya baru kemarin saya membongkar barang-barang bawaan. Tahu-tahunya sudah 5 kali saya membalik kalender bulanan tahun 2012 ini.

Pada bulan ke-6 ini, kami mendapat kesempatan untuk mengisi kelas perdana Akademi Berbagi Bandar Lampung (Akber BDL). Akademi Berbagi adalah gerakan sosial nirlaba yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang bisa diaplikasikan langsung sehingga para peserta bisa meningkatkan kompetensi di bidang yang telah dipilihnya. Bentuknya adalah kelas-kelas pendek yang diajar oleh para ahli dan praktisi di bidangnya masing-masing. Kelasnya pun berpindah-pindah sesuai dengan ketersediaan ruang kelas yang disediakan oleh para donatur ruangan. Info lebih lanjutnya bisa dilihat di http://akademiberbagi.org, akun twitter @akademiberbagi atau di akademiberbagi@gmail.com. Khusus untuk Akber BDL bisa dihubungi via akun twitter @AkberBDL dan email Akberbandarlampung@gmail.com. 

Nah, kebetulan Akademi Berbagi di Lampung ini baru saja terbentuk. Mengambil momen Hari Pendidikan Nasional serta mensosialisasikan Indonesia Mengajar, kamipun mengisi kelas perdana tersebut. Sayapun ditampuk jadi pembicara mewakili teman-teman Pengajar Muda di Tulang Bawang Barat. Saat berdiskusi dengan 'Kepala Sekolah' dari  Akber BDL ini, saya gentar karena yang mendaftar kelas sangat bervariasi, mulai dari anak SMA sampai dosen. Jeng jeng jeng, mau ngomong apaan nih ntar. Satu, saya bukan orang yang memiliki kemampuan mumpuni dalam public speaking serta bukan seorang ahli di bidang pendidikan, sekedar praktisi pemula lah. Dua, saya kuatir malah menghancurkan kelas perdana Akber BDL sampai-sampai nanti orang malah males ikutan kelas selanjutnya. Tiga, saya juga takut disangka Indonesia Mengajar adalah semacam MLM :p.

Bagaimanapun, semuanya sudah disiapkan. The show must go on. Cafe Babe, sebuah kafe di Bandar Lampung yang biasa digunakan untuk nonton bareng pertandingan sepakbola bersedia menjadi donatur ruangan. Waktu sudah ditetapkan, undangan sudah disebar, pendaftaran sudah dibuka (dan sudah cukup banyak yang mendaftar), dan promosi gila-gilaan via twitter sudah dilakukan dengan menyebutkan akun twitter saya. Sampai pada waktunya saya harus bicara, saya pun masih gentar euy.

Tapi ya sudah, saya pikir namanya saja kelas Akber, bukan berarti saya lebih pintar daripada yang datang, tapi setidaknya saya ingin berbagi apa yang sudah saya alami selama 6 bulan terakhir ini. Saya ingin orang-orang yang datang itu peduli pendidikan dan bergerak. Light up the candles, not only cursing the darkness. Dan ternyata by His Grace saya sudah cuap-cuap hampir 2 jam. Saya menemukan bahwa mengajak orang untuk peduli pada pendidikan itu menyenangkan. Ketika saya melihat para 'siswa' Akber BDL sadar bahwa untuk bergerak mengatasi masalah pendidikan tidak harus jadi orang super kaya, super power, super pintar dan lainnya dulu membuat semangat saya seperti terisi penuh lagi. Senang rasanya melihat banyak orang menjadi tersadarkan untuk mulai bergerak melakukan sesuatu walaupun kecil, atas nama pendidikan. Saya pun menyadari bahwa slogan 'Setahun mengajar seumur hidup menginspirasi' ternyata benar adanya. Bukannya saya sombong dan gagah-gagahan bahwa hidup saya ini sudah berhasil menginspirasi orang, saya sih merasa masih banyak kisah hidup orang lain yang lebih layak jadi inspirasi. Namun saya senang setidaknya saya berhasil membagikan apa yang sudah saya lakukan. Bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Think less, feel more. Kalimat yang saya kutip dari Rene Suhardono tersebut telah berhasil menggerakkan saya untuk jadi Pengajar Muda. Semoga apa yang telah saya sampaikan di kelas Akber BDL kemarin tidak hanya sekedar untuk direnung-renungkan namun juga berhasil menggerakkan semakin banyak orang untuk peduli dan berbuat sesuatu bagi pendidikan. Think less, feel more, worry less, do more. Just do it guys! :) 

Terima kasih untuk teman-teman 7/11 saya yang hebat dan kuat: Arga, Acha, Mita, Awe, Mel dan Daniel. Let us finish our part nicely. Yes, we can!

Terima kasih untuk Mas Adie, Mas Awan dan Mas Leo yang rela mempercayakan kelas perdananya untuk diobrak-abrik Pengajar Muda TBB.


Cerita Lainnya

Lihat Semua