Yang Muda Yang Berdaya

Meiliani Fauziah 8 Oktober 2015

Saya masih ingat saat pertama kali bertemu sosok Fuad Rahmadani di SDN 006 Pasir Belengkong, Kabupaten Paser.

“Kenalkan Mbak, saya Fuad. Kata Pak Arman (Pengajar Muda/PM sebelumnya –red), Mbak lahir duluan dari saya, jadi saya panggil Mbak. Biasanya saya datang paling pagi ke sekolah.”

“Wah, penggerak nih kayaknya. Keren banget hari pertama sudah ketemu penggerak,” ucap saya dalam hati.

Fuad adalah guru olahraga kebanggaan sekolah ini. Dialah yang melatih raga anak-anak agar selalu sehat dan bugar. Olahraga dikemas dengan beragam permainan yang seru. Peralatan olahraganya tak ada yang canggih, saya melihat beberapa alat yang dibuat dari bahan-bahan sederhana. Maka ketika UPTD Pasir Belengkong menginisiasi pembiasaan media ajar, Fuad yang terlihat tampil tanpa beban.

Suatu hari sekolah kami ingin berpartisipasi dalam ajang Festival Lomba Seni dan Siswa Nasional (FLS2N). Acara ini menurut saya penting karena semua anak kelas 6 akan lulus SD kurang dari tiga bulan. Partisipasi mereka dalam acara ini bisa menjadi kenangan terakhir sekaligus memumpuk rasa percaya diri. Kelak ketika mereka mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ada rasa bangga pernah berjuang mencetak prestasi untuk sekolah.

Berkat ketangkasan Fuad, kami adalah sekolah pertama yang mendaftar sebagai peserta dalam ajang ini. Kami pun termasuk sekolah yang mengirimkan kandidat peserta terbanyak. Total enam ajang perlombaan kami ikuti. Hasilnya, kami berhasil merebut juara kedua, dalam dua ajang perlombaan yaitu menyanyi dan menggambar cerita rakyat. Sepanjang perlombaan, Fuad hadir dan memberikan suntikan semangat untuk para murid. Fuad juga yang mengantar murid-murid kembali ke sekolah setelah acara berakhir.

Di kali lain, sekolah kami akan mengadakan Perkemahan Sehari (Persari) untuk pertama kali. Semua guru turun tangan mempersiapkan agar acara tersebut berlangsung meriah. Fuad dan para guru lelaki membantu pelatih Pramuka menyiapkan arena permainan outbond. Para guru perempuan merancang perlombaan agar anak-anak makin bersemangat. Sayangnya saat itu saya sedang memenuhi undangan PM di Tanjung Harapan untuk melatih dalam Kelompok Kerja Guru (KKG). Saya pun absen dalam persiapan acara ini, meskipun sempat hadir saat acara berlangsung.

Hasil kolaborasi semua guru berbuah baik. Saat Persari berakhir, tampak binar kesenangan terpancar di wajah semua anak. Padahal bentuk mereka sudah tidak keruan- sepatu dan celana penuh lumpur, lecet disana-sini, dan basah kuyup karena kehujanan. Tepuk salut saya persembahkan untuk semua guru yang mau bersusah payah membuat Persari pertama ini sukses.

Fuad juga didaulat menjadi bendahara untuk mengurus keuangan sekolah- setelah posisi ini dipegang selama lebih dari 7 tahun oleh Bu Een (klik link “Profesionalitas Bu Marlina). Kehadiran Fuad selalu ditunggu semua guru terutama jelang hari pembagian insentif. Setahu saya, Fuad belum pernah terlambat menjalankan misi mulia ini.

Begitu banyak hal yang membuat saya bersyukur ditempatkan di sekolah ini bersama Fuad. Bapak satu anak inilah yang saya andalkan untuk menumpang ke Tana Grogot, saat saya belum bisa naik motor. Setiap tidak ada jadwal mengajar, kami, PM yang tinggalnya berdekatan dengan pusat kabupaten  bertugas membina relasi dengan para pemangku kebijakan. Selain untuk melaporkan perkembangan program kabupaten, kami menjadi narasumber bagi para stakeholder untuk memahami realita yang terjadi di desa-desa, terutama tempat kami bertugas.Jadi jangan heran kalau kami sering juga berkeliaran antara lain ke Dinas Pertamanan, Pusat Komando Distrik Militer dan Polres.Ternyata benar kata para alumni, urusan PM bukan hanya soal pendidikan. Bayu, koordinator kami di Sungai Tuak bahkan juga mengurus kehadiran jin yang beberapa kali menumpang di tubuh anak muridnya alias kesurupan. Ternyata Kak Ijma Sujiwo, PM pertama, juga pernah dimintai tolong menyembuhkan kesurupan empat tahun yang lalu.

Setiap hari Sabtu, Fuad melatih calon petugas upacara agar tampil baik di hari Senin nanti. Meskipun ya, kadang-kadang saya yang memang tidak ada jadwal mengajar yang ditarik anak-anak untuk melatih. Dan ketika upacara selesai, Fuad sering memberi komando agar seluruh anak memungut sampah-sampah yang berserakan di sekitar sekolah. Anak-anak yang lupa membawa topi pun menerima kehormatan harus mengumpulkan sedikitnya 50 sampah per orang. Kapok deh.

Kehadiran Fuad membuat saya semakin yakin bahwa sekolah ini cukup mandiri dan siap lepas landas terbang ke langit luas. Dalam satu tahun terakhir saja, banyak kegiatan dan prestasi yang tercetak tanpa banyak campur tangan saya, si Pengajar Muda yang mendapat kehormatan mengabdi di tempat ini. Pastinya sangat banyak pula perubahan positif yang terjadi dalam kurun lima tahun. Saya selalu berdoa semoga segala yang baik di sekolah ini terus bertambah dan segala yang buruk berkurang terus kadarnya.

Terima kasih Fuad (dan semua guru lain tentunya) !


Cerita Lainnya

Lihat Semua