info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tentang Printilan dan Hal-Hal yang Kamu Seharusnya Tahu

Meiliani Fauziah 19 Juli 2015

Banyak hal yang membuat saya termangu begitu merasakan hidup di desa. Dari satu sisi saja, kamar mandi misalnya, terdapat perbedaan mencolok antara saya dan keluarga hostfam. Untuk sekali ritual mandi, saya setidaknya menyiapkan beberapa item, sebut saja sabun mandi, conditioner dan shampoo. Dan kalau ‘ganjen’ saya kambuh, item pun bertambah dengan body scrub dan beautifying oil.

Coba tengok sebentar perlengkapan perang hostfam untuk tiga orang di rumah; satu sabun batang dan satu botol sampo berkondisioner.

Setelah mandi, saya masih selalu menggunakan body talk dan deodorant. Kadang masih ditambah parfume, body lotion dan pelembab rambut.

Sedangkan keluarga angkat, sehabis mandi saya lihat langsung mengeringkan tubuh dengan handuk, berpakaian dan berangkat menuju medan perang masing-masing.

Ibu angkat saya memang sesekali mengenakan pupur dingin (semacam lulur) untuk wajahnya. Di kamar mandi, saya juga melihat beberapa botol lulur dengan merk populer. Tapi saya meragukan botol-botol itu tersentuh, mengingat setelah enam bulan di tempat ini, posisinya tidak pernah berubah. Mungkin itu hanya hiasan atau ada seseorang yang sempat khilaf lalu bertobat melepaskan diri dari segala produk jaman modern. Tak tahulah. 

Ketika mereka berangkat, seringnya saya masih berkutat dengan aneka peralatan lenong. Pelembab muka, bedak, mascara dan pemerah pipi. Bagaimanapun saya suka tampil kece di depan murid. Toh saya tidak memakai semuanya tebal-tebal, hanya untuk membuat lebih percaya diri.

Pernah juga sih saya lihat Ibu angkat saya memakai bedak. Beliau bekerja di sawah, yaa, menghadapi padi tak butuh bedak bukan?

Oiya, di kamar saya juga menyediakan satu kotak tissue untuk digunakan setelah berbilas usai buang air kecil. Gunanya tentu saja untuk menjaga organ intim tetap kering sehingga terhindar dari keputihan atau penyakit perempuan lainnya.

Ibu angkat saya bagaimana? Tidak ada. Mungkin keputihan hanya masalah gadis kota.

Melihat kenyataan ini saya jadi merasa blablabla. Di satu sisi, rasa ketergantungan terhadap deretan produk tersebut nyata adanya. Di sisi lain, jika mengadopsi gaya hidup di sini, tentulah saya akan menjadi cepat kaya. Belanja printilan bulanan bisa untuk bertahan hidup beberapa hari.

Herannya, hostfam saya tidak bau badan. Apakah bau badan juga hanya masalah gadis kota? Hmmph.

Ah, sudahlah.

Yang pasti ketergantungan ini perlu diatasi. Saya tidak bisa menyingkirkan begitu saja seluruh peralatan perang saya. Bisa jadi mendadak minder.

Tapi karena gaji saya kadang-kadang tak genap seratus juta, saya harus pintar-pintar memilih produk. Sebisa mungkin saya memakai produk yang dipakai hostfam. Harganya sudah pasti paling murah dan cocok dengan kondisi sekitar. Kalau harus pakai produk lain, saya akan memilih produk buatan minimarket tersebut.

Hasilnya lumayan. Pengeluaran printilan berkurang. Hati menjadi senang. Tabungan *kawin* menjadi berkembang.

 

 

Tana Paser, (digarap) 24 Juni 2015

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua