Maaf, Pak Guru Berbohong!

Masdar Fahmi 28 Februari 2013

Kira-kira, jika ditanya ingin beli apa ketika punya uang tabungan, mau jawab apa? Dulu, ketika aku kecil, aku ingat betul, jika pertanyaan ini muncul, jawaban yang sudah pasti akan kukatakan adalah membeli mainan.

Beda sekali dengan jawaban anak-anakku di sekolah. Entah karena mereka tak punya referensi lain atau memang semangat belajarnya sungguh luar biasa. Aku bertanya, “Kira-kira manfaat apa yang bisa kita dapat jika rajin menanbung?”

Jawaban polos, tapi seperti biasa selalu membuatku terharu. Jawaban mereka hampir senada, untuk membeli pena, buku, pensil, tas, sepatu, seragam dan segala keperluan sekolah lainnya. Ada juga jawaban, membeli beras, gula biskuit dan kebutuhan harian. Sedikit sekali yang menjawab : membeli mainan.

See? Kira-kira kenapa jawabannya bisa begini? Aku kok yakin, memang mereka ini semangat sekolahnya luar biasa ya...

So, menindaklanjuti keinginan mereka, maka aku tawarkan untuk merutinkan kegiatan menabung. Seminggu sekali di hari Rabu. Mereka pun antusias menyambut aktivitas barunya.

Euforia menabung sungguh terasa. Baru menabung kemarin, hari ini sudah ada banyak pertanyaan, “Pak guru, besok lai menabung?” (Pak guru besok juga menabung?) Dan jawabanku hampir selalu, “Kemarin kan sudah tho, ingat e, kitong menabung hari Ra...bu..” (Kemarin kan sudah, ingat ya kita menabung hari Rabu) Kataku pelan-pelan menjelaskan.

Aku makin terharu ketika anak-anak ada yang melapor beberapa usahanya mendapat uang agar bisa menabung.

“Pak guru, beta sedikit lagi mau cari pala, beta jual biar dapat uang untuk menabung.”(Pak guru, saya sebentar lagi mau cari pala, saya mau jual biar dapat uang untuk menabung) Kata seorang muridku kelas 2, namanya Fahrul namun lebih akrab disapa Panjang.

Ketika sukses mencari beberapa pala jatuh dan menjualnya, dia melaporkan kembali. “Pak guru, beta su dapat uang untuk menabung.” Nice...

Ada lagi yang rela menahan jajan biskuit kesayangannya, “Beta tara beli biskuit lai pak guru, uang habis tara bisa menabung.” (Saya tidak mau beli biskuit lagi pak guru, nanti uang habis tak bisa menabung) Cetus si Herman.

“Pak guru, sa su tahan 30 ribu, besok kasih naik lai menabung.”(Pak guru, saya sudah simpan 30 ribu untuk besok menabung) Kata Arman suatu waktu.

“Pak guru, tiap hari menabung sudah eh, sehari seminggu saja kurang eh!” Keluh Ajanudin, siswa kelas 5 yang lebih sering dipanggil Lumba.

Okey, Panjang, Herman, Arman dan Lumba sudah mewakili betapa antusiasnya anak-anak menabung. Semoga ini menjadi langkah kecil menuju pribadi yang lebih hemat dan pintar merencanakan masa depan. Amin.

Akhirnya, aku memutuskan untuk membuat polling, bagaimana jika menabung kita adakan setiap dua kali dalam seminggu? Semuanya sepakat, sabtu danRabu adalah hari menabung. Okelah kalau begitu, bukannya apa-apa, jika hari menabung terlalu sering, aku sendiri yang akan kerepotan menyimpan uang mereka, hahaee... Jangan salah, sekali menabung mereka ada yang langsung 90 ribu lho... Jumlah yang fantastis untuk ukuran anak-anak di SD-ku ini, ckckck...

Well, untuk menambah kemeriahan dan nuansa menabung lebih terasa, akupun mengaplikasikan sebuah lagu tentang menabung. Sebuah lagu anak-anak yang sangat terkenal di era 90an. Yang liriknya, ‘Bang Bing Bung yuk kita nabung...’ yes, lagunya Saskia Geofani, hahae.

Ohya, ngomong-ngomong tentang menabung, sebenarnya awal mula tercetus ide ini adalah gara-gara anak-anak dapat kiriman writing case (baca : dosgrip, tepak atau tempat pensil). Sungguh ini ide iseng yang mengenalkan barang ini bukan sebagai tempat pensil tapi celengan! Saya tahu ini salah, tapi insya Alloh tujuannya baik kok. Someday mereka akan tahu lah celengan mereka ini sebenarnya adalah tempat untuk pensil. Hahae...

Maaf, pak guru berbohong! Tapi insya Alloh bohong ini untuk kebaikan lho ya... Hahaaee, piss!!!


Cerita Lainnya

Lihat Semua