Aku Pengen Mandi, Tuhan!
Masdar Fahmi 26 Januari 2013Maaf, apabila cerita berikut ini bukan malah memberikan inspirasi bagi Anda semua:) Ini adalah salah satu kisah sedih di hari minggu. Hehehe, berlebihan, cekidot aja deh :D
“PDAM Fakfak ini keterlaluan sudah!” Celoteh salah seorang temanku.
Sudah lewat beberapa hari dari jadwal pengaliran air bersih mampat! Kami terpaksa tidak mandi dan cuci. Boro-boro mandi atau cuci, untuk menyiram buang air saja rasanya setengah mati. Baru kali ini kami merasakan susahnya tinggal di kota, biasanya kami berlomba-lomba mengumumkan kesusahannya tinggal di kampung.
Alhasil, beberapa orang kenalan terpaksa jadi list kami menumpang mandi. Untung, kami kenal beberapa orang-orang baik di Fakfak. Jadi, biarlah malu meminta, yang penting badan ini tetap segar terbasuh air.
Tantenya Wanya menjadi list nomer wahid. Setelah ,mengantar kepulangan Ade—delegasi dari PPMD (Pengelolaan Pengajar Muda dan Daerah) IM, kami capcus tanpa debas-debus ke rumah tante Rita—tantenya Wanya.
Gerombolan cewek sudah menyiapkan sabun dan shamponya. Bahkan ada yang niat sekali bawa pakaian kotor. Ya, mau numpang cuci sekalian. Ckckck, ampun dah!
Ohya, aku kenalkan orang baik satu ini. Jadi, tante Rita ini adalah istri dari om-nya Wanya, Namanya pak Mahmud Labiru. Pak Mahmud adalah asisten 3 Bupati Kabupaten Fakfak. Orangnya tinggi besar, keturunan Buton Arguni. Wajahnya tegas, bijak penuh wibawa. Sedikit seram (maaf ya om :D) namun sangat kebapakan. Kami semua menyukai pasangan harmonis ini. Ditambah lagi anaknya yang lucu pintar, masih kelas 2 SD tapi perawakannya seperti sudah SMP.
Kami lebih dekat dengan tante Rita dari pada suaminya. Maklum, seringkali kita main ke rumah beliau, ditemani oleh tante. Tante adalah ibu rumah tangga, jadi sangat available untuk kita serbu terus-terusan. Kadangkala beliau sengaja mengundang kami untuk makan. Masakan beliau mantab, beberapa masakan luar biasa pernah disajikan. Ikan, ayam, bubur Manado, aneka gorengan, karedok dan masih banyak lagi. Ikan asinnya itu paling kusuka.
Tante juga orang yang sangat enak diajak ngobrol. Beliau ini orang Karawang, Jawa Barat, pas banget, sebagian besar dari kami berdelapan pernah tinggal dan hidup di Jawa Barat. Jadi, serasa seperti ketemu keluarga sendiri.
Hahae *prok*, dari air mati kenapa bisa ngelantur sampai ngomongin kebaikannya orang sih? Oke, kembali ke air mati tadi! Behh, yang pasti, teman-teman tak pernah mengeluhkan air mati sampai separah ini. Air mati datang di saat yang tidak tepat! Badan su lengket-lengket tak karuan, bau dan gatal-gatal kepala, sepertinya banyak ketombe mangkrak.
Di saat sedang santai, kami melempar beberapa celetukan gak penting. “Aku su tara mandi 2 hari mo!” Ada lagi yang lain berceloteh, “Itu muka kau hitam karena kena panas kah atau daki semua? Hahae!” Aku sendiri salah seorang yang malas mandi pun mengakui betapa sukarnya ketika harus tidak mandi beberapa hari.
Ohya, ngomong-ngomong tentang rekor tidak mandi, aku pernah seminggu lebih tidak mandi. Behh, bahkan beberapa hari tak bersentuhan barang secuilpun dengan air—kecuali air minum. Sumpah, sampai sholat pun aku tayamum! Ini karena dulu kena malaria. Konon orang yang kena malaria tara boleh mandi. Ya sudah, aku manut aja sih.
Kalo di Fakfak—utamanya daerah kost kami di Brawijaya atas—sedang kekurangan air, beda lagi yang terjadi di Jakarta sana. Aku mendengar kabar bahwa Jakarta kebanjiran. Sangat kontras, Fakfak minim air sedangkan Jakarta maksimal airnya. Ckckck....
Air jika kurang menjadi petaka, jika lebih pun menjadi bahaya. Sungguh, mengajarkan betapa hidup berkecukupan dan seimbang sangatah penting. Mungkinkah hikmah ini yang sedang DIA sampaikan kepada kami? Hehe, jika semua hal bisa dilihat dari segi positif, indah dan nikmat sekali hidup sekali di dunia ini.
Ah, terlepas dari semua itu, tetap saja, badanku lengket tak karuan. Aku butuh air, aku pengen mandi, Tuhan!!!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda