SMALL CITY PROJECT : Kota Kecil Impian Murid-Muridku

Marlita Putri Ekasari 21 April 2012

Proyek sekolah kali ini bertemakan ‘small city project’. Berbeda dengan iklan minuman ringan yang mengadakan ‘city project’, Project ini bertujuan untuk membangun imajinasi dan visualisasi anak-anak mengenai materi bahasa Inggris. Anak didikku diharapkan dapat merancang dan membuat kota impian mereka. Kota mereka boleh sederhana, tetapi yang menjadi berbeda adalah anak-anak wajib menuliskan nama-nama tempat umum dan benda-benda yang ditemui di kota buatan mereka dengan Bahasa Inggris. Anak-anak dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing kelompok berkompetisi untuk mendapatkan nilai yang baik.

Antusiasme anak-anak meninggi dan rasa ingin tahu mereka terpancing.

‘Miss Lita, bahasa Inggrisnya jalan apa?’

‘Road.’

‘Kalau rumah?

‘House.’

‘Tulisannya gimana?’

‘H-O-U-S-E.’

‘Kami mau buat kota yang bagus.’

Project ini berawal dari pemikiran perlunya materi Bahasa Inggris mengenai public places dan transportation untuk divisualisasikan. Sebagian besar murid sudah pernah ke Kota Bima, tapi beberapa dari mereka belum pernah ke kota. Kota adalah hal yang asing. Lagipula, Kota Bima belum selengkap buku paket yang bisa menyuguhkan fasilitas umum dengan variasi yang cukup tinggi seperti bioskop dan stasiun kereta api. Sehingga secara detail, materi ini mengharuskanku memberikan pengertian mendalam mengenai kedua tempat itu juga pentingnya sebuah kota memiliki fasilitas.

Kardus bekas, kardus rokok disulap anak-anak menjadi sesuatu yang unik. Pemahaman akan tata kota mereka belum memadai, tetapi hasil yang mereka buat luar biasa.

‘Kardus itu hanya sampah’

Pendapat awal seorang guru, tetapi aku yakin project kali ini dapat membuat anak-anak lebih mencintai bahasa Inggris. Sebagai guru, aku sangat puas dan terharu melihat anak-anak antusias mengumpulkan tugas ‘Small city project’ kreasi mereka. Nama-nama kota impian mereka unik-unik, ada Yufidin City, Anifa City, Mufida city, Celly Loly City, etc. Pada akhirnya guru-guru mengakui tingginya daya imajinasi anak-anak yang dapat dilihat langsung dari hasil karya mereka.

Penilaian small city project ada 2 kategori, (1) keindahan dan kerapian serta (2) benar tidaknya tulisan bahasa Inggris yang mereka tulis. Beberapa dari mereka sibuk mengingatkan teman sekelompoknya untuk menuliskan nama tempat dengan baik (tanpa salah). Berlaku peraturan bagi anak-anak yang tidak ikut bekerja sama dalam kelompok tidak berhak ditulis namanya di hasil karya mereka. 

Outputnya sangat membanggakan. Materiku terserap tanpa harus kuminta hafal. Kesalahan kecil seperti salah pengucapan dan tertukarnya huruf dalam kata, hal yang perlu dimaklumi dengan kentalnya bahasa Bima sebagai Bahasa Ibu mereka. Bahkan tidak kusangka, ada anak kelompok kota ‘Yufidin’ mengirimkan surat khusus, yang isinya :‘Thank you Miss Lita telah mengajarkan kami membuat sesuatu..’ Ada anak kelompok Kota ’Mufida’ mengumpulkan karyanya beserta kartu ucapan ‘I hope Miss Lita teacher like.’ Walaupun secara tata bahasa salah, usaha mereka membuatku sekali lagi terharu..

Aku membayangkan semua kota kecil yang masing-masing kelompok buat digabungkan menjadi satu menjadi semacam negara. Negara Impian atas karya bersama.

Anak-anakku kalian berhasil...

 

 

 

  


Cerita Lainnya

Lihat Semua