Mengerti dan Memahami (Part I : Bersepeda Itu Baik)
Marlita Putri Ekasari 23 Desember 2011
Sebuah kenyataan yang benar-benar membuatku mengerti bahwa kita diciptakan di dunia ini dengan perbedaan yang tidak akan pernah sama...hanya irisan konsep kemanusiaan akan arti kebaikan bersifat universal yang mengantarkan kita pada tataran ‘MENGERTI dan MEMAHAMI’
Mengerti dan memahami jika tidak semua orang menganggap bersepeda itu baik adalah pelajaran pertamaku..
Di Jogja, aku terbiasa bersepeda. Bahkan aku ke kampus selalu bersepeda walaupun jauh. Ketika di Parado, ‘Ama(bapak-dalam bahasa Bima)’ ternyata punya sepeda, aku sangat senang bisa menyalurkan hobiku. Tetapi disini berbeda. Bagi siwe (perempuan -dalam bahasa Bima) tidak sopan mengendarai sepeda, apalagi bagi seorang guru. Guru, rata-rata disini menggunakan ojek walaupun tidak seberapa jauhnya dengan ongkos Rp. 2.000, sekali naik. Beberapa anak muda ada yang mempunyai sepeda, tetapi karena tuntutan kultur yang menganggap sepeda hanya untuk anak kecil (usia sekolah) dan orang tua yang berprofesi sebagai petani atau peternak, banyak diantara mereka tidak mempergunakan lagi bahkan ada yang dijual. Aku ingin mengubah paradigma bersepeda di kalangan masyarakat. Bahwa tidak ada yang salah dengan bersepeda. Beberapa kali, ketika aku ingin pergi. Aku pamit untuk berjalan kaki ke rumah salah satu guru lain. Tetapi lama-kelamaan, aku mengatakan kalau lebih cepat sepertinya kalau memakai sepeda ke Ama maupun ke Ina (ibu-dalam bahasa Bima). Awalnya, ibuku tidak setuju, karena malu dengan tetangga. Tetapi aku meyakinkan hanya sebentar saja. Pandangan aneh yang diberikan masyarakat kepadaku saat menyapa mereka saat lewat adalah pengalaman tak terlupakan. Aku sempat was-was bagaimana dengan penerimaan masyarakat selanjutnya ketika hobiku ini kulanjutkan. Dalam hati aku bertekad, untuk memberikan pandangan baru mengenai bersepeda. Prosesnya memang tidak mudah, setelah aku menjelaskan ke beberapa orang, dalam setiap waktu dan kesempatan, kadang saat belanja, kadang saat duduk-duduk di sarangge (tempat duduk dari bambu—dalam bahasa Bima) akhirnya sedikit demi sedikit mereka mengerti dan memahami mengapa aku bersepeda. ‘Aku menjelaskan bahwa di Jogja itu, bersepeda adalah hal biasa. Malah di Jogja, jarang menggunakan ojek, karena ada bus umum. Bersepeda ke kampus adalah hal yang juga biasa. Walapun ada motor sendiri, jarang-jarang digunakan.’
Kini, masyarakat mengerti dan memahami bahwa bersepeda di Jawa merupakan hal yang wajar. Walaupun belum sampai tataran, mengerti dan memahami bahwa bersepeda baik untuk kesehatan, kini aku tidak dianggap aneh lagi bersepeda keliling desa. Seorang guru yang memiliki hobi bersepeda..
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda