info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

KILI KALELI (Memungut Kemiri)

Marlita Putri Ekasari 28 Februari 2012

Budaya Pemungutan Kemiri

Bulan Desember sampai Januari adalah surganya warga Parado. Allah menurunkan berjuta-juta kaleli (kaleli adalah buah kemiri) dari pohon di hutan Parado yang rimbun secara gratis. Masyarakat berlomba-lomba pergi ke gunung untuk memungut buah kemiri yang berjatuhan. Ada yang memilih untuk menginap di gunung, bahkan membuat pondokan kecil, ada yang rela mengambil malam hari menjelang subuh untuk mendahului kelompok lain, ada yang secara individu mengambil secara untung-untungan, dapat ya alhamdulillah, tidak dapat yang sudah.

Budaya masyarakat dalam menyambut bulan Desember dan Januari sungguhlah unik. Tidak ada yang melewatkan kesempatan mengumpulkan kemiri. Dari anak kecil hingga orang tua berbondong-bondong di sela kegiatan mereka untuk mencari kemiri di gunung. Berjalan jauh dengan membawa karung kosong dengan harapan akan mendapat banyak kemiri. Baju panjang dan celana mereka gunakan untuk melindungi mereka dari musuh utama, kutu monyet. Kutu kecil dan hitam ini banyak ditemui di gunung. Bagi orang yang badannya tertempeli kutu itu, kulitnya akan ‘habis’..Habis karena kutu ini suka menghisap darah, berpindah-pindah, dan meninggalkan rasa gatal dan bekas luka bagi inangnya.Hiiii..

Tidak ada kata kompetisi dalam budaya ini...semua masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan kemiri. Hutan ini pun menjadi area hutan lindung yang dijaga masyarakat setempat dibantu polisi hutan walaupun kurang memadai jumlahnya. Terdapat kelompok masyarakat di Parado juga yang menamakan dirinya ‘Masyarakat Peduli Hutan’ ikut membantu menjaga kawasan hutan ini dari para peladang berpindah, individu atau kelompok yang menebang pohon tanpa ijin. Semua masyarakat bersatu...

Berkah ini menjadi bencana bagi guru..

 Anak-anak entah karena tuntutan ekonomi atau memang keinginan mereka menjauh dari sekolah menjadi bolos untuk mengambil kemiri. ‘Mengambil kemiri’ menjadi alasan mereka untuk tidak masuk sekolah. Hal yang menggiurkan bagi anak-anak ini, karena dalam sehari mereka bisa mendapatkan 1000 bahkan lebih dengan setiap biji kemiri dihargai Rp.50,00. Bayangkan uang Rp.50.000,00 dalam sehari!!! Bagi anak SD uang itu memiliki jumlah yang besar.

Aku sendiri mengalaminya. Beberapa anak didikku (terutama anak laki-laki) bolos sekolah karena kili kaleli (cari kemiri dalam bahasa bima). Anak-anak ini ada yang diminta orang tuanya untuk membantu, ada yang bersama teman, ada yang sendirian. Guru-guru yang lain juga memaklumi hal ini. Karena sudah budaya...Aku menasehati mereka untuk berburu kemiri setelah pulang sekolah saja..dan beberapa anak-anak menerima saran itu dengan baik (terutama anak perempuan). Anak laki-laki nya memberi alasan, keburu habis lah, ada yang bilang keburu capek karena biasanya mereka turun di saat dhuzur makan siang dulu kemudian kembali lagi memungut kemiri di hutan itu.

Untungnya bulan ini, musim kemiri hampir berakhir...walaupun berkah bagi masyarakat berkurang...tapi bagi guru ini adalah saat yang ditunggu-tunggu..Tidak ada yang bolos lagi karena alasan ‘kili kaleli’..


Cerita Lainnya

Lihat Semua