Kembali Ke Sekolah
Marintha Eky Wulansari 4 Februari 2012Senang, riang hari yang kunantikan
Jumpa lagi kawanku semua...
Selamat pagi guruku tersayang
Ku siap mengejar cita-cita
Lagu yang berjudul Kembali Ke Sekolah yang dinyanyikan oleh Sherina, mengalun dari laptopku mengiringi kesibukanku mempersiapkan diri pergi ke sekolah hari ini. Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur yang cukup panjang, aku menyambut hari ini dengan amunisi penuh, bukan hanya semangat yang kupersiapkan, tapi juga strategi kalau-kalau hari ini aku kembali harus mengajar seluruh siswa karena belum ada guru yang masuk sekolah .
Kondisi itu sangat mungkin terjadi, apalagi beberapa Guru memang ada yang belum sampai di kampung karena masih memperpanjang masa liburnya. Tapi yang aku tahu anak-anak muridku akan tetap datang ke sekolah, karena mereka sangat mempercayai guru-gurunya. Yang sebelum libur mengatakan kepada mereka, “Anak-anak nanti masuk kembali ke sekolah tanggal 5 Januari.” Aku tidak mau merusak kepercayaan mereka pada kami guru-guru mereka, karena dari kamilah mereka seharusnya belajar apa-apa yang benar dan apa-apa yang salah, termasuk mengajarkan bahwa kita harus menjadi orang yang bertanggungjawab dandapat dipercaya.
Meski pagi ini hujan masih juga turun, aku berjalan ke sekolah dengan menggendong ranselku yang berukuran cukup besar. Ransel inilah yang membuat orang-orang di sekitarku seringkali berkomentar, “Ibu Guru, tasnya besar sekali isinya bomkah apa?”. He..he...aku lebih sering menanggapinya dengan cengar-cengir sambil berlalu, tas ranselku ini kuisi dengan buku-buku bacaan, dan beberapa permainan edukatif, seperti: puzzle, lego, ular tangga anak baik, balok susun. Dsb
Dan sesampainya aku di sekolah.....
Sing.....krik...krik...Sepi...
Asli sepi......
Tidak satu batang hidungpun yang tampak, bahkan kantor guru yang menjadi markasku ketika berada di sekolah masih juga terkunci. Sebenarnya bisa saja aku datang ke rumah penjaga sekolahku yang ada di samping sekolah untuk meminjam kunci kantor, tapi itu sama saja seperti membunyikan genderang perang, karena istri penjaga sekolahku sangat pencemburu, dan aku sudah pernah kena tegur satu kali karena kebetulan berada dalam kantor hanya berdua dengan penjaga sekolah. Meskipun saat itu aku tidak melakukan apa-apa, bahkan mengobrol dengan pak penjaga sekolahpun tidak. Yah..anggap saja nasib sedang sial, masyarakatpun sudah memperingatkan harus hati-hati bersikap di depan Mace itu, karena beliau sangat pencemburu. Terutama terhadap orang-orang baru.
Jadi kali ini aku memilih jalan aman, daripada sepagi ini sudah membuat keributan, kan kurang enak dengan masyarakat. Yah..disinilah saya...persis seperti di salah satu adegan sinetron yang biasa diputar tiap malam, berdiri sendiri di halaman sekolah, dengan dihiasi hujan rintik-rintik sebagai latarnya.
Tiba-tiba ada suara yang memecah kesunyian, yang berasal dari seorang Pace (Bapak-Bapak) yang kebetulan melintasi sekolah, Beliau berteriak padaku “
Ibu...pulang sudah, tarada Guru, tarada murid, baru mau bikin apa? Sekolah libur dulu sudah...”
Wow..di saat aku berharap ada pasukan cheer leader yang lewat di depan sekolah sambil meneriakkan kata Semangat!Semangat! yang melintas di depanku justru Bapak-Bapak yang sekali berkata, langsung menghancurkan semangatku. Jujur kawan..saat itu yang ada dalam imajinasiku adalah berlari mengejarnya sambil membawa sepotong kayu di tangan, sebenarnya agak berlebihan sih, tapi bagaimana lagi kan kesel, lewat tidak memberi semangat malah teriak-teriak suruh pulang.
Tapi tiba-tiba kata-kata ajaib yang selalu ditanamkan oleh Guru-Guru kita selama di pelatihan sebelum penempatan, lewat begitu saja menghancurkan imajinasi liarku “Jadilah lilin yang memberi terang dalam kegelapan, berhentilah merutuki kegelapan, dan tebarkanlah semangat positif kepada siapapun di sekitarmu.” Alih-alih marah, sambil tersenyum aku malah berkata lantang, hingga tukang ojek yang tidak sengaja lewatpun bisa mendengar kata-kataku. “Tarada Pace, Beta tara mau pulang o.., karena Beta lai yakin, sebentar Beta pu anak-anak murid pasti naik ke Sekolah, mungkin hujan kah apa, jadi dong sedikit terlambat ke sekolah.” Oh..Wow..aku sendiri terkejut mendengar kata-kata yang kuucapkan, darimana keyakinan itu datang. Hujan masih juga turun, jalanan becek, udara dingin, dan guru-guru yang masih belum usai berlibur akan menjadi alasan yang cukup kuat bagi anak-anak muridku untuk memperpanjang masa liburnya. Tapi seperti kata orang-orang bijak, kata-kata adalah do`a, dan benar saja setelah aku mengucapkan kata-kata itu satu orang muridku datang sambil berlari-lari. Dia bernama Yati, muridku yang duduk di kelas dua SD, dia sudah mandi terlihat dari bedak putih yang ditaburkan secara berlebihan di wajahnya, dan dia sudah memakai seragam lengkap. Dengan nafas masih terengah-engah dia bertanya padaku ,”Ibu..hari ini katong masih liburkah?”
Hah gosip darimana lagi ini, “Tarada..sekolah masuk tanggal 5, dan hari ini tanggal 5. Hari ini katong su mulai masuk sekolah Yati..”
Yati masih kurang percaya “Kah?Baru dong tadi su mau naik, tapi kata Milham sekolah masih libur, Milham bilang Ibu Eky bawa tas besar-besar tara naik ke sekolah, tapi mau pi ke Kota.”
Ho..Ho... jadi disinilah letak kesalahpahamannya, ternyata anak-anak muridku mengira aku akan pergi ke kota karena membawa tas besar, bukan pergi ke sekolah.
“Heh..tarada,dalam Ibu pu tas ini ada dong pu buku-buku cerita, ayo sudah ko panggil ko pu teman-teman, bilang Ibu Eky su tunggu di sekolah.”
Dan akhirnya satu-persatu muridkupun datang, hingga ada sekitar 27 siswa yang hadir di sekolah. Karena hari itu aku hanya seorang diri, kusatukan mereka dalam 1 kelas. Kubacakan sebuah cerita tentang proses sebuah biji dapat tumbuh menjadi tanaman. Mereka sangat senang, dan pada akhir jam sekolah, kami bersepakat akan membuat sebuah kebun sekolah pada keesokan harinya. Mereka pulang menuju ke rumah masing-masing, akupun berjalan pulang sambil tersenyum. Saat aku berjalan pulang, aku bertemu kembali dengan Pace yang sempat meyuruhku pulang, dan dia berkata “Ibu tara jadi liburkah?”
Akupun mengatakan padanya, “ Tarada Bapak, meski ada satu atau dua murid saja, dan masih ada satu Guru yang mau mengajar dorang harus tetap belajar.”
“Wah betul Ibu, semoga saja Guru-Guru yang lain besok su masuk juga Ibu ya..”
“Itu lagi...”
Yah..aku hanya berharap, esok muridku yang hadir di sekolah akan lebih banyak dan Guru-Guru yang lain akan mulai berdatangan. Dan esok akan kusambut dengan penuh semangat, karena aku punya janji dengan murid-muridku, kami akan membuat kebun sekolah bersama-sama. Mungkin aku tak lama lagi akan pergi, namun aku ingin kebun ini akan menjadi salah satu pojok kenangan mereka saat bersamaku, bahwa dulu ada Ibu Guru Jawa yang mengajar mereka yang sering juga mengaku-mengaku sebagai orang Papua, he..he..he...
5 Januari 2012
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda