Wunlah Juara!

Maridha Normawati 13 Januari 2015

Bagaikan kembang api yang menghiasi langit tahun baru, begitulah suasana hati saya menyaksikan perjuangan anak-anak akhirnya berbuah manis.

Sabtu siang tanggal 8 November 2014, saya dikejutkan oleh panggilan telpon Ibu Bat, guru Kelas III SDK Wunlah. Ibu Bat mengabarkan bahwa anak-anak sudah masuk babak final Lomba Cerdas Cermat Hari Kesehatan Nasional di Saumlaki. Saya sama sekali tidak menyangka mereka sudah berlomba, padahal kedatangan mereka sudah saya nantikan dari beberapa hari sebelumnya. Anak-anak baru saja tiba tetapi ternyata mereka sudah masuk final, sungguh kabar menyenangkan. Kabar yang saya terima sebelum rombongan berangkat adalah sabtu itu mereka masih hadir untuk technical meeting di Dinas Kesehatan. Akhirnya saya pun segera menemui jagoan-jagoan kecil saya dan memberikan semangat untuk pertandingan babak final. Kepala Sekolah dan Ibu Bat bercerita bahwa anak-anak baru tiba dan langsung mengikuti lomba, padahal mereka masih mabuk laut karena perjalanan yang sangat jauh dari Wunlah. Saya terdiam dan membayangkan bahwa perjalanan belasan jam yang anak-anak tempuh menuju Saumlaki lewat laut ternyata tidak menghentikan anak-anak untuk membuktikan kemampuan terbaiknya.

Muka Max, Norce, dan Inggrid masih pucat ketika saya tersenyum menghampiri. Raut kelelahan akibat perjalanan panjang masih tersisa di wajah-wajah polos mereka. Sungguh Ibu berbangga dengan kalian nak. Kalian membuktikan pada semua orang bahwa tempat yang jauh dan tanpa listrik bukan alasan bagi kalian untuk minder dalam berprestasi. Kalian mampu bersaing dengan anak-anak lainnya. Padahal kalian berasal dari Kecamatan Wuar Labobar yang terkenal dengan tantangan geografisnya dan sering dianggap sebagai tempat pembuangan sehingga tak sedikit guru yang enggan bertugas di sana. Namun, ternyata dari kecamatan terpencil inilah hadir anak-anak berprestasi.

Selain Max, Norce, dan Inggrid, masih ada Jeklin yang bersiap untuk mengikuti lomba pidato tentang perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah. Jeklin masih berlatih dengan mamanya saat saya datang untuk memberikan dukungan. Jeklin mendapat kesempatan berpidato pada giliran terakhir. Setelah selesai lomba, raut ketegangan di wajah manisnya segera lenyap berganti keceriaan. Pengumuman pemenang dilaksanakan di malam perayaan HUT Kesehatan Nasional, sehingga Jeklin harus menunggu hasilnya. Setelah selesai perlombaan pidato, kemudian dilanjutkan dengan babak final Lomba Cepat Tepat Dokter Kecil. Saatnya Max, Norce, dan Inggrid kembali bertanding.

Max, Norce, dan Inggrid memang merasakan lelah tapi mereka tidak menyerah, meskipun performa mereka di babak final tak mengizinkan mereka menjadi juara pertama, tetapi mereka terus berjuang hingga menjadi Juara ketiga. Persiapan belajar yang relatif singkat dan waktu istirahat yang sangat terbatas sebelum lomba memang memengaruhi kemampuan anak-anak saat bertanding. Akan tetapi, Saya senang karena anak-anak bisa belajar memahami bagaimana beratnya menerima kekalahan. Tangisan anak-anak saat selesai pertandingan, semoga bisa menjadi pengalaman berharga dalam hidup mereka untuk hari-hari ke depannya. Semoga Max, Norce, dan Inggrid terus belajar untuk selalu mengerahkan kemampuan terbaik dan pantang menyerah dalam menghadapi situasi apa pun. Pengalaman tersebut yang diharapkan bisa membantu anak-anak untuk dapat meningkatkan prestasi dan bersemangat dalam berkompetisi.

Saya memang tak bisa membantu banyak terhadap persiapan tim SDK Wunlah dalam mengikuti perlombaan. Akan tetapi, saya sangat berbangga dan mengucapkan terima kasih kepada dr. Wempi (Dokter PTT di Desa Wunlah) dan Bapak Soni (Mantri di Desa Wunlah) yang telah memberikan pelatihan serta persiapan materi sebelum lomba dilaksanakan. Peran Pak Dokter dan Pak Mantri sesungguhnya membuktikan bahwa tanpa kehadiran Pengajar Muda, anak-anak juga dapat meraih juara. Anak-anak hanya membutuhkan pelatih atau guru yang mau mengajari mereka dengan baik, memberikan pengarahan, dan memotivasi mereka untuk terus berusaha tanpa memusingkan hasil akhir. Orang tua, sekolah, petugas puskesmas, dan masyarakat Wunlah juga sangat berperan dalam memberikan dukungan baik secara moril dan materil kepada anak-anak. Kemenangan kali ini memang menjadi momentum keberhasilan semua pihak tidak hanya untuk anak-anak, tetapi untuk semua masyarakat Wunlah.

Sabtu sore yang mengharukan akhirnya menentukan bahwa anak-anak SDK Wunlah harus berpuas di posisi ketiga. Namun, perjuangan tim Wunlah belum sepenuhnya usai, perlombaan di hari senin dan selasa kemudian dilanjutkan untuk siswa-siswi SMP dan SMA. Masih ada waktu untuk mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin bagi tim SMP dan SMA. Saya bersama Ina dan Ayu, siswa kelas VIII SMP berlatih hingga larut di malam minggu. Mereka dengan cepat memahami materi yang saya berikan tentang NAPZA, Rokok, dan HIV AIDS. Besok siangnya, saya bersama tim SMP dan SMA berlatih kembali dengan memberikan soal-soal latihan seputar perilaku hidup bersih sehat (PHBS), NAPZA, Rokok, HIV AIDS, penyakit menular dan tidak menular, makanan sehat, sistem pencernaan, sistem indera, sistem ekskresi, dan sistem pernapasan. Meskipun materi sangat banyak mereka masih semangat belajar. Di sela-sela latihan saya memberikan sedikit ice breaking agar mereka tidak jenuh. Saya pun berpesan agar mereka berusaha maksimal saat lomba, tidak perlu mengkhawatirkan hasil akhir pertandingan. Minggu malam saya bersama Yessi dan Mei berlatih membaca pidato. Yessi mewakili siswa SMP, sedangkan Mei mewakili siswa SMA. Mereka saya nilai sudah cukup siap unjuk gigi dalam perlombaan hanya tinggal sedikit perbaikan agar penampilan mereka lebih sempurna.

Senin pagi merupakan hari yang menegangkan, kami berkumpul dan berdoa dahulu di rumah Bapak Sileti, tempat dimana rombongan tim lomba menginap. Anak-anak pun terlihat sudah siap meskipun mereka masih membawa catatan materi yang masih akan dihapalkan. Rombongan tim dari kecamatan lain sudah datang lebih awal. Rombongan kami yang datang terakhir terpaksa tidak dapat tempat, kami akhirnya duduk di tepi kantor Dinas Kesehatan. Pertandingan dimulai dengan lomba pidato tingkat SMP dan SMA. Setiap peserta menunjukkan kemampuan terbaiknya. Yessi dan Mei pun akhirnya mendapat giliran tampil. Mereka berpidato dengan percaya diri dan suara yang cukup lantang. Senyum puas dan perasaan lega segera menghiasi wajah cantik dua muridku tersebut. Tugas mereka pun selesai dan kini saatnya mendukung tim lomba cerdas cermat.

Babak penyisihan sungguh menegangkan, nilai susul menyusul hingga akhir pertandingan. Akhirnya Tim SMP Kristen 3 Tanimbar Utara dinyatakan masuk final dengan selisih skor hanya 25 poin dari tim Adaut. Kami pun mengucap syukur. Tim SMP mendapatkan arahan dari dr. Wempi bahwa mereka harus lebih bekerja keras karena lawan di babak final lebih sulit dibandingkan babak penyisihan. Lawan mereka terbukti cukup kuat dari pertandingan penyisihan grup sebelumnya. Susul-menyusul angka pun terjadi, teriakan dari pada pendukung pun riuh ramai terdengar, membuat suasana semakin panas. Tak jarang selisih paham antara pendukung dengan tim juri membuat pertandingan sempat dihentikan selama beberapa saat. Meskipun demikian, pertandingan tetap dilanjutkan hingga menetapkan bahwa tim SMP Kristen 3 Tanimbar Utara berhasil membawa pulang piala juara ke-II Lomba Cerdas Cermat. Kami pun bersorak riang. Dua piala sudah pasti kami bawa pulang, piala juara ke-III untuk SD dan juara ke-II untuk SMP. Meskipun dapat juara lomba, Ina dan Ayu masih tampak bersedih. Hanya KC yang tempak senang mendapatkan Juara II. Hal tersebut karena Ina dan Ayu pernah mendapatkan juara ke-I Lomba Cepat Tepat Dokter Kecil saat mereka masih kelas VI SD di bawah bimbingan Mbak Uun, Pengajar Muda angkatan IV. Saya menjelaskan pada Ina dan Ayu bahwa mereka sudah berusaha maksimal, semuanya bersyukur atas kemenangan tersebut, tetapi memang harus diakui bahwa tim dari SMP Larat memang lebih unggul dan dapat menjawab dengan baik saat babak final. Saya mencoba membesarkan hati mereka agar di kesempatan lomba berikutnya, mereka harus lebih mempersiapkan diri dengan baik. Senyuman pun mulai terkembang di wajah mereka. Tinggal tim SMA yang akan berlaga esok harinya.

Senin malam saya bersama tim SMA, Aksel, Naomi, dan Emi berlatih menjawab soal. Saya memberikan materi mengenai parasit penyebab penyakit, penyakit menular, dan tidak menular serta mengulang kembali materi yang sudah diberikan. Kami juga membahas soal-soal yang dikeluarkan saat pertandingan Lomba Cerdas Cermat SD dan SMP yang sudah dilaksanakan. Kami berlatih hingga pukul 21.00 WIT kemudian anak-anak istirahat agar kondisi badan mereka tetap fit dan prima saat berlomba.

Keesokan paginya, anak-anak sudah mengambil tempat di salah satu tenda. Duduk di sebelah mereka, dr. Wempi yang sedang mengarahkan anak-anak. Pertandingan babak penyisihan sudah dimulai, namun nama mereka belum dipanggil maju. Mereka dengan seksama mendengarkan soal yang diberikan tim juri dan mencoba mencari jawaban. Apabila mereka belum mempelajari materi yang terdapat dalam soal, mereka mencatat di kertas dan menghafalkan materi tersebut.

Akhirnya giliran mereka unjuk kebolehan. Soal demi soal dibacakan oleh juri dari mulai pertanyaan untuk setiap kelompok sampai pertanyaan rebutan yang menegangkan. Susul-menyusul nilai mulai terjadi sehingga setiap perbedaan angka menjadi faktor ketegangan para mentor dari setiap sekolah. Mentor dari setiap sekolah adalah dokter-dokter PTT yang bertugas di setiap kecamatan. Terdapat 7 Kecamatan yang mengikuti lomba dari seluruh Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dari hari pertama penyelenggaraan acara terlihat bahwa setiap mentor membimbing dan mendampingi peserta lomba dengan baik.

Tim SMA Wuar Labobar menjadi perwakilan kedua saat babak penyisihan terkahir. Kami bersyukur meskipun jadi peringkat kedua tetapi Tim SMA masuk ke babak final. Tim SMA diberikan arahan oleh dr. Wempi untuk dapat lebih berusaha menjawab soal. Aksel, Naomi, dan Emi pun terlihat lebih bersemangat memasuki babak final. Beruntungnya beberapa soal yang diajukan juri merupakan materi yang telah kami pelajari bersama saat malam. Tanpa berpikir panjang, Aksel juru bicara tim langsung memencet bel dan menjawab dengan sangat baik. Nilai pun bergulir hingga susul-menyusul angka pun terjadi. Saya ikut larut dalam ketegangan lomba. Saya berteriak sambil memberikan tepuk tangan setiap kali tim SMA Wuar Labobar berhasil menjawab soal dengan tepat. Dari kejauhan terlihat Bapak Wuarbanaran, Kepala Sekolah SMA juga ikut menyemangati anak didiknya.

Keberuntungan pun berpihak pada tim SMA Wuar labobar, tidak disangka mereka berhasil membawa pulang Juara I Lomba Cepat Tepat tingkat SMA se-Kabupaten MTB. Saya pun ikut bergembira dengan meloncat sambil bertepuk tangan. Setengah berlari saya menghampiri Aksel, Naomi, dan Emi untuk mengucapkan selamat. Juara kali ini akhirnya menjadi gerbang awal prestasi SMA Wuar Labobar di tingkat Kabupaten.

Sungguh pengalaman yang tak saya lupakan. Kerja keras dari setiap anak, dukungan dari pihak sekolah, puskesmas, orang tua, dan masyarakat Wunlah menghasilkan buah yang manis. Kami bersuka cita, anak-anak sekarang lebih percaya diri bahwa mereka mampu berkompetisi. Orang tua dan masyarakat pun menjadi yakin bahwa anak-anak Wunlah mampu bersaing dengan anak-anak dari kecamatan lain. Kemenangan kali ini menjadi bukti bahwa anggapan anak-anak Wunlah tidak berprestasi nyatanya salah.

Malam perayaan HUT Kesehatan ke-50 pun tiba. Rabu, 12 November 2014, menjadi tanggal bersejarah bagi prestasi anak-anak Wunlah. Saya sudah berada di dalam Gedung Kesenian Saumlaki sejak pukul 20.30 WIT. Acara dimulai dengan sambutan dari dr. Yul sebagai Kepala Dinas Kesehatan serta Bapak Sekda. Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan tarian khas Tanimbar oleh anggota Forum Anak MTB. Pengumuman pemenang akhirnya tiba, kami kembali mendapatkan kejutan membahagiakan karena ternyata piala kami bertambah satu lagi. Mei mendapatkan juara ke-III Lomba Pidato tingkat SMA se-Kabupaten MTB. Kami bersuka cita melihat anak-anak menerima piala beserta hadiah. Total empat piala berhasil tim Wunlah dapatkan. Euforia kebahagiaan jelas terlihat dari wajah-wajah anak-anak dan seluruh warga Wunlah yang hadir di malam perayaan itu.

Sesungguhnya empat piala yang berhasil didapatkan adalah hasil keberhasilan semua pihak. Keberhasilan dr. Wempi dan Mantri Soni yang telah memberikan pelatihan pada anak-anak. Keberhasilan pihak sekolah yang mendukung penuh anak-anak untuk dapat berkompetisi. Keberhasilan orang tua, masyarakat Wunlah, dan petugas-petugas Puskesmas yang ikut menyemangati dan mendukung anak-anak sehingga dapat memberikan kemampuan terbaiknya. Alasan-alasan tersebut yang membuat saya yakin bahwa masyarakat semakin peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka sudah bahu-membahu bekerja sama mempersiapkan yang terbaik. Saya sangat berbangga hati atas kerja sama yang harmonis dari seluruh lapisan masyarakat. Alhamdulillah, saya pun semakin percaya dengan ungkapan “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua