Sehari Class Meeting di SD ku

Mansyur Ridho 27 Desember 2010
Anak-anak di SD ku merindukan class meeting yang isinya perlombaan yang mengembangkan minat dan bakat mereka. “Dulu pernah pak ada lomba-lomba, tapi lama sudah”, inilah jawaban salah satu anak kelas 6 ketika kutanya kapan terakhir kali ada perlombaan di sekolah. Class meeting biasanya diadakan selama satu pekan setelah masa ulangan umum dan menjelang penerimaan laporan hasil berlajar siswa (rapor). Namun, berbeda di sekolahku. Class meeting hanya diadakan selama sehari. Maklum, para guru ini sudah rindu istri dan anak mereka yang tinggal di kota. Jadi mereka berusaha keras menyelesaikan rapor anak-anak mereka dalam tempo sesingkat-singkatnya. Semangat yang bagus. Tapi jadi tak ada istilah remedial disini ^_^. Waktu sehari. Langsung saja saya usulkan diadakan perlombaan sholat bagi anak-anak. Alhamdulillah semua guru menyetujui. Karena ‘konon’ katanya, kelas 1 sampai dengan kelas 6 belum bisa bacaan sholat. Guru agama mengakui hal itu. Dan beliau mengaku tak tahu lagi bagaimana caranya mengajarkan bacaan sholat. Tapi ‘diam-diam’ perlahan saya mencoba mengajarkan bacaan sholat itu pada anak-anak. Meski belum menyeluruh, paling tidak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ada perwakilannya. Kalau yang saya ajarkan penuh hanya kelas 4. Kecuali guru agama, semua sudah tahu kalau hari senin ini akan diadakan lomba sholat. Maklum rumah guru agama harus menyeberangi sungai. Jadi cukup susah jika memberikan informasi kepada beliau. Hari H Pagi ini anak-anak sepanjang perjalanan menuju sekolah sudah mulai menghafalkan kembali bacaan sholat. Anak-anak sudah membawa perlengkapan sholat, baju muslim, mukena bagi yang perempuan dan juga sajadah. Alhamdulillah, guru agama hadir. Langsung saja saya beritahukan tentang lomba sholat ini. Jadi mereka harus membuat kelompok. Satu kelompok terdiri dari 8 orang: 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Jumlah ini didasarkan pada komposisi banyaknya murid laki-laki dibandingkan murid perempuan. Sholat yang dipraktikkan yaitu sholat isyak. Langsung saja sekalian kuminta Guru Agama sebagai juri dalam lomba ini. Saya hanya mengatur jalannya perlombaan. Guru-guru lain langsung menawarkan bantuan untuk membungkuskan hadiah bagi para pemenang yang sudah saya bawa dari rumah. Salah satu ruang kelas sudah didesain khusus lomba sholat ini. Anak-anak sangat antusias. Kelas sudah penuh dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Beberapa masih bermain di luar kelas. Urutan sudah ditentukan berdasarkan hompimpah. Lomba dimulai. Selain saya dan Guru Agama, semua guru masih di ruang guru. Saat perlombaan berlangsung, satu per satu guru masuk pula ke dalam kelas. Saya melihat senyum yang mengembang dari mereka. Salah seorang guru langsung menginstruksikan kepada anak-anak yang masih bermain di luar kelas untuk masuk semua. “Ayo semua masuk, lihat nih dan belajar sana”. Ada rasa senang dan haru melihat guru-guru turut antusias. Semua kelompok sudah tampil. Semua murid saya persilahkan keluar terlebih dahulu menunggu hasilnya. Bacaan dan gerakan anak-anak belum sempurna. Saya agak khawatir, Guru Agama kurang menghargai usaha mereka. Oleh karena itu untuk membuka diskusi saya jelaskan kondisinya. Niat yang belum lengkap, bacaan yang pendek memang saya masih mengajarkan sampai segitu. Aku melihat nilai yang diberikan. Ternyata aku salah. Beliau sangat menghargai usaha anak-anak. Nilai terendah dari setiap poin hanya 80. Bahkan 2 kelompok bacaannya dinilai 100. Aku lega. Semua masuk kembali. Sebelum juara diumumkan saya minta Guru Agama memberikan sedikit evaluasi apa saja yang harus diperbaiki anak-anak. Saya pun memberikan tambahan bahwa intinya bukanlah siapa yang menang dalam lomba ini. Tapi bagaimana kita mengamalkan sholat di kehidupan sehari-hari. Yang sudah bisa harus bersedia memberikan pengajaran bagi yang belum bisa. Yang belum bisa harus belajar dari yang sudah bisa. Bisa ataupun belum bisa, yang penting sholat harus ditunaikan. Perlahan saya yakin semua akan bisa. Inilah sedikit pelajaran dari lomba yang harus berkelompok. Anggota kelompok yang bisa mau tidak mau harus mengajarkan terlebih dahulu kepada mereka yang belum bisa. Kemudian juara 1, 2 dan 3 pun diumumkan langsung oleh Guru Agama dan hadiah pun diserahkahkan beliau. Acara ini ditutup dengan foto bersama semua yang ada di ruang kelas dengan Guru Agama di tengah-tengahnya. Dari kegiatan ini, saya hanya ingin memberitahukan bahwa anak-anak ini bisa dan mau diajak belajar sholat. Hanya 2 minggu waktu yang mereka butuhkan, dan mereka membuktikan bahwa mereka bisa. Saya ingin semua menyadari bahwa tugas mendidik agama, moral dan budi pekerti bukan semata-mata tugas Guru Agama. Setiap guru memiliki tanggung jawab yang sama. Masa SD adalah masa yang sangat penting bagi mereka memiliki pondasi yang kuat. Mereka membutuhkan lebih dari sekedar transfer ilmu pengetahun. Mereka membutuhkan didikan moral dan budi pekerti dari kita, guru-gurunya. Saya semakin yakin bahwa rekan-rekan Guruku bisa dan mau diajak berubah. Mereka cinta anak-anak. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terjalin rekan-rekan Guruku yang hebat.

Cerita Lainnya

Lihat Semua