Ini adalah Pilihan

Mansyur Ridho 1 November 2010
Sabtu ini 23 Oktober 2010 adalah hari keenam 51 pengajar muda bermain bersama-sama adik-adik dari SD Pancawati 1. Anak-anak sehat bersemangat, itulah istilah yang kami sematkan kepada adik-adik tersebut. Hari ini ada suasana yang berbeda dengan 5 hari sebelumnya. Mengingat hari ini adalah hari terakhir kami bermain dengan mereka. Sepuluh November tanggal pemberangkatan kami sudah semakin dekat.  Rangkaian permainan kembali digagas untuk kembali membangkitkan keceriaan adik-adik sehat dan bersemangat sampai dengan pemutaran video review 5 hari yang sudah dijalani bersama. Di akhir pemutaran video, 5 orang perwakilan pengajar muda memberikan pesan-pesan kepada adik-adik yang hari ini mencapai 220 jumlahnya. Semuanya masih berjalan seperti biasanya sampai dengan seluruh adik-adik kelas 6 maju ke depan. Ternyata mereka diam-diam juga telah mempersiapkan penampilan untuk pertemuan terakhir kami ini.  Untaian lirik beberapa lagu coba dibawakan mereka, kepala kami tertegun. Lagu terpujilah guruku dan terima kasih guruku digubah dengan mengganti kata guru dengan kakak. Lagu itu biasa kita dengarkan dan kita nyanyikan di camp training ini, tapi entah kenapa terasa lebih istimewa dinyanyikan mereka dengan wajah polosnya.  Hati kami tersentuh, tiba-tiba mata ini terasa penuh. Semuanya jadi tak tertahan, ada yang menetes di pipi. Kami tak bisa bohong, pelukan pun bak gayung bersambut. Rasanya ingin kuseka segera air mata ini, tidak tahu kenapa. Bukan rasa malu, tapi rasa yang lain. Rasa khawatir waktu singkat ini hanya bermanfaat bagi kami untuk belajar menghadapi anak SD. Sudahkan 6 hari yang singkat ini membawa manfaat bagi mereka juga? Beberapa orang tua sudah menunggu di depan camp sejak beberapa waktu sebelumnya. Menanti anak mereka untuk segera dibawa pulang. Kami tak tahu apa yang mereka pikirkan, senangkah atau khawatirkah anak mereka kami ajak bermain. Khawatir ini juga beralasan, terasa berat berpisah padahal waktu yang dijalin hanya 6 hari, tidak lebih. 1 hari pun bukan 24 jam, tapi hanya 2 sampai 3 jam. Lalu bagaimana dengan jalinan yang dirangkai 12 bulan mendatang? 12 bulan yang akan kami jalani, akankah seperti rafting di hari senin pekan kelima ini? Rasanya tidak sabar untuk sampai di Sukabumi kala itu. Saat rafting, ada yang lengah hingga terjatuh tersungkur ke air. Batu-batuan dari yang kecil sebesar tas ransel sampai batu besar sebesar dua kali perahu karet, kami lalui.  Ada yang terlampaui sangat ringan seolah tak ada batu, ada pula yang dengan susah payah terlalui sampai sang pemandu harus turun dari perahu dan mendorongnya hingga terlepas dari batu besar. Tak sedikit air bergejolak kami jumpai, tapi ada juga air yang tenang. Tapi anehnya, ada rekan pengajar muda yang terjatuh malah di air tenang. Dua tangan mengayuh dayung, enam sampai sepuluh kayuhan lalu kami berhenti mengambil nafas seraya menyelami pemandangan sekitar, kemudian kayuhan dilanjutkan. Begitu terus silih berganti. Bisa jadi ada yang bosan. Melewati batuan dan turunan yang terjal ada yang menjerit takut, ada yang menjerit kegirangan, ada juga yang tidak menjerit sama sekali. Ini pilihan. Ada perahu yang berhenti, mereka menepi. Ternyata udara dalam perahu karet perlu ditambah lagi. Ada kalanya ditengah perjalanan kami berhenti untuk sekedar minum segelas air mineral lalu kembali mengayuh dayung dan kembali berteriak-teriak ria. Kami semua memakai life jacket, jaket yang bisa membuat kami mengapung di air. Urusan agar tidak tenggelam memang bisa diatasi dengan life jacket, namun urusan terbawa arus apa tidak adalah urusan lain. Kitalah yang memutuskan mau terbawa arus apa tidak. “Perjalanan kita tinggal sekitar 10 menit lagi”, ujar pemandu di perahu kelompok saya. Ada perasaan senang. Senang sebentar lagi kayuhan usai dan kami akan minum air kelapa muda seperti yang sudah dijanjikan pemandu sejak kayuhan pertama. Ada perasaan sedih. Rasanya perjalanan ini terlalu sebentar. Rasanya kami belum melewati halang rintang yang ada dengan mulus atau malah kami belum menjumpai halang rintang yang lebih menantang? Memang selalu ada saja ketidakpuasan. 12 bulan di daerah terpencil tentu tidak sama dengan 2 jam rafting di sungai. Namun, mungkin ini bisa menjadi sedikit refleksi bagi kami. Bahwa air tenang itu bisa jadi melenakan. Bahwa halangan itu beragam ada kecil ada besar, ada yang mudah dilewati ada yang sukar dilewati. Bahwa rutinitas yang ada sangat mungkin menemui titik jenuh. Bahwa besar kecilnya masalah kitalah yang memutuskan. Bahwa adakalanya kita harus evaluasi dan mengupgrade diri. Bahwa hanyut terbawa arus adalah pilihan. Bahwa november 2011 adalah penantian dan kecemasan. Bahwa november 2011 bisa jadi tersenyum atau sebaliknya. Bahwa kita tidak bisa memuaskan semuanya segalanya. Ada banyak harapan di setiap kepala orang yang hadir di Plasa Bapindo 20 Oktober 2010, saat Mendiknas dan orang-orang besar berkumpul. Akankah harapan-harapan tersebut terwujud oleh pengajar muda? Hanya ada satu jawaban yang pasti, 10 November 2011 akan terlewati dengan atau tanpa adanya senyum. Ini adalah pilihan.

Cerita Lainnya

Lihat Semua