Akhirnya Datang Juga

Mansyur Ridho 27 November 2010
Hari ini, Sabtu 13 November 2010 adalah hari pertamaku masuk sekolah. Malam sebelumnya, saya bertemu dengan Bapak Kepala Sekolah yang sudah berdedikasi selama kurang lebih 25 tahun di  SDN 005 Tanjung Harapan ini. Sejak jalan masih berupa dua gelondong kayu sampai dengan saat ini jalan sudah tersusun rapi dari papan kayu. “Dulu saya biasa tuh jatuh dari jalan kayu”,  kata istri kepala sekolah yang juga Guru SD tersebut. Dengan polos kutanya, “Terus?”. “Ya, berenang sudah”. Waow..tidak terbayang kalau saat ini jalan masih berupa dua gelondong kayu. Bisa-bisa jalan kemana-mana harus pakai pelampung. Maklum belum mahir berenang. Seperti yang ditugaskan oleh IM, saya memberitahukan bahwa dalam satu-dua bulan saya diminta untuk observasi dulu. Barulah di semester genap bisa mengajar. Dengan senyum, Bapak Kepala Sekolah menjawab “Hmmm...lihat saja besok”. Dan hari ini benar-benar saya lihat. Ada 6 kelas, guru hanya ada 5 orang. Kepala sekolah meski datang ke sekolah belum bisa turun mengajar karena penyakit strokenya belum pulih benar.  Bagaimana mungkin saya hanya duduk manis observasi, sedangkan ada kelas yang tak berguru. Jadi ingat reality show “Akhirnya datang juga”. Tanpa teks, tanpa RPP, saya harus mengajar kelas 4. Guru kelas 4 sebenarnya masih ada, tapi sekarang masih ke Tanah Grogot. Katanya sedang mengurus administrasi sekolah. Sudah 1 bulan lamanya dan belum tahu kapan kembalinya. Kata salah seorang guru, hal ini sudah biasa. Guru kelas 4 biasanya 1-3 bulan ke kota, kemudian kembali mengajar selama 1 minggu dan kembali lagi ke kota. Begitulah rutinitas yang ada. Sebelum pulang sekolah, saya mencoba bertanya kepada Bapak Kepala Sekolah.Kira-kira hari senin saya mengajar kelas 4 lagi atau kelas lain. Beliau kembali menjawab dengan senyum, “Lihat saja hari senin”. Esok hari, ternyata Bapak Kepala Sekolah harus dibawa ke Tanah Grogot untuk berobat karena penyakit strokenya yang belum pulih benar. Entah sampai kapan beliau berobat. Saya hanya bisa berdoa semoga Bapak bisa lekas sehat seperti sedia kala. Istrinya yang guru kelas 2 pun tentu turut ikut mengantar. Jadi guru di sekolah tinggal 4 orang. Senin pagi, saya berangkat ke sekolah. Guru kelas 6 melenggang dengan pakaian santai menghampiriku, “titip anak-anak ya”. Saya agak bingung, “Memangnya bapak mau kemana?”. “Saya mau ke Grogot, paling satu minggu. Biasanya saya juga begitu. Satu minggu mengajar satu minggu di Grogot”. Rasanya barusan bapak satu ini mengatakan hal yang sangat aneh bagi saya. Tapi beliau mengatakan dengan santai dan lumrah. Inilah kondisi yang ada di sekolahku. Kondisi guru yang lebih suka ke Tanah Grogot atau mengurus tambaknya atau mengurus budidaya rumput laut membuat kondisi pembelajaran masih tidak menentu. Dan tidak ada jadwal pengurusan tambak, pengurusan budidaya rumput laut, dan jadwal ke tanah grogot semakin membuat proses pembelajaran tidak menentu. Sehingga memang bisa dipastikan ada beberapa kelas kosong setiap harinya, namun belum tahu kelas apa. Sehingga persiapan mengajar pun harus siap dengan kelas berapapun. Ya sekolah ini layaknya reality show “Akhirnya datang juga”. Sejauh ini yang bisa saya lakukan ketika mengurus 2-3 kelas sekaligus. Mereka saya minta untuk gabung dalam satu ruangan, namun dengan baris bangku yang jelas. Misal kelas 4 di sebelah kiri, kelas 5 tengah, dan kelas 6 di sebelah kanan. 2 jam pertama saya gunakan untuk pelajaran tematik kelas gabungan. Ini istilah saya pribadi, jadi bukan tematik antar pelajaran tapi tematik antar kelas. Kemudian waktu istirahat. Setelah istirahat barulah pelajaran per kelas. Saya akan bergiliran menjelaskan pelajaran kelas 4 dengan memahamkan konsep terlebih dahulu, bergilir sampai kelas 6. Ketika kelas itu sudah diberi penjelasan atau belum, maka saya berikan tugas tertentu terlebih dahulu. Di Akhir secara bergiliran saya buat penguatan. Akibatnya tidak banyak materi yang bisa diterangkan dalam setiap harinya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua