Mendambakan Guru Baik
Mansyur Ridho 27 November 2010
Berdasarkan pengakuan para Siswa, Guru-guru disini cenderung menerapkan metode hukuman tangan bagi siswa. Ketika berbicara dengan guru pun, mereka menyarankan demikian. Trend disini sekolah bagaikan piramida. Semakin naik kelas, maka semakin sedikit jumlah siswanya. Ada 2 hal sementara yang dapat saya simpulkan. Pertama, karena kondisi sekolah yang tidak membuat mereka betah kemudian mereka memutuskan untuk putus sekolah. Kedua, orang tua cenderung merasa cukup jika anak mereka bisa baca tulis. Jika sudah, maka tidak perlu melanjutkan sekolah lebih tinggi.
Mereka sangat mendambakan guru baik. Saya pernah mencoba meminta mereka menggambar di akhir jam pelajaran. Dalam buku gambar tersebut saya minta digaris menjadi tiga bagian. Bagian kiri untuk menggambarkan ekspresi hari kemarin dan penjelasannya. Bagian tengah menggambarkan ekspresi hari ini ini. Bagian kanan untuk menggambarkan cita-cita. Dan mengejutkan bagi saya. Hampir semua siswa menggambarkan ekspresi senang pada kolom tengah karena mendapatkan guru baru yang baik. Berikut contoh gambarnya yang sempat saya dokumentasikan.
Kenapa saya terkejut? Karena pada saat itu pun, saya rasa saya masih mengajar dengan datar. Tidak ada segala bentuk permainan yang saya terapkan di Cikereteg 1. Namun, mereka sudah merasakan senang sekali. Suatu malam, seorang murid kelas 6 menghampiriku dan berkata “Pak, kata wati dia mau sekolah lagi kerana guru barunya baik sekali”. Saya hanya bisa tertegun. Saya senang dan terharu. Katanya dia adalah anak yang hendak memutuskan untuk berhenti sekolah.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda