"Pak Guru, Kenapa kita melaksanakan Upacara Bendera?"

Maman Dwi Cahyo 10 September 2012

Pagi itu aku sudah siap berangkat jam 6.30 WIT, pagi itu juga anak-anak ingin aku melihat mereka latihan sekali lagi (gladi bersih) sebelum upacara yang sebenarnya dimulai. Anak-anak "karibia" kelas V dan VI sudah mempersiapkan diri untuk menjadi petugas upacara bendera berbekal map-map bekas untuk wadah naskah pembukaan UUD 1945, naskah pembawa acara, naskah doa, serta selembar karton bergambar burung garuda dengan tulisan sila-sila di bawahnya yang dibawa begitu saja tanpa map.

Salah satu dari beberapa hal yang membuatku terkesan dari mereka yaitu mereka sudah bisa menentukan siapa yang menjadi petugas dan yang tidak kebagian menjadi petugas minggu ini akan mendapat giliran di upacara bendera selanjutnya. Namun pagi itu hujan, aku bisa melihat raut wajah khawatir mereka bahwa hari ini akan berlalu begitu saja seolah-olah hujan turut membawa momen mereka menjadi petugas upacara. Pagi sudah lewat pukul 7.30 WIT, hujan pun masih berlanjut. Akhirnya upacara hari Senin itu pun tertunda.

Setelah satu mata pelajaran usai, seperti biasa aku memberikan kesempatan anak-anakku yang hebat untuk mengajukan pertanyaan tentang apa pun, baik tentang pelajaran terkait maupun tentang apa pun yang mengganjal bagi mereka. Hal ini kulakukan untuk mengobati semua rasa penasaran mereka tentang hal sekecil apa pun. Aku sering mengatakan pada mereka,"Tanyakan apa pun yang ingin kalian tanyakan, pak guru akan menjawab yang pak guru tahu. Kalau pak guru belum tahu jawabannya, berarti itu PR buat pak guru. Nanti pak guru kerjakan PR pak guru supaya kita sama-sama tahu". Sejak itu, anak-anak antusias untuk bertanya. Entah karena rasa penasarannya memang tinggi tentang berbagai hal, atau hanya untuk memberikan PR kepada saya, haha... Apa pun alasannya, aku senang dengan keterbukaan mereka untuk bertanya dan aku tahu itu murni rasa penasaran mereka yang sudah meluap-luap.

Saat itulah Rahim, salah satu murid cerdasku, mengangkat tangan dan bertanya di luar konteks mata pelajaran. "Pak Guru, Kenapa kita melaksanakan upacara bendera?", katanya dengan logat kental papua sambil tangan teracung ke atas. 'INNNI DIAAA!', kataku dalam hati. Ini dia pertanyaan yang aku tunggu-tunggu, pertanyaan yang di luar biasa. Aku pun langsung melempar pertanyaan itu ke seluruh kelas, "Nah, pertanyaan bagus... Hayooo, siapa yang tahu kenapa kita melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin?". Banyak tangan langsung teracung ke udara, aku menunjuk satu per satu. Berbagai jawaban muncul dari bibir-bibir mungil mereka, baik jawaban yang berhubungan dengan pertanyaan maupun jawaban yang tidak. "Karena hormat bendera, Pak Guru!", "Karena baris-berbaris", "Karena mengheningkan cipta", "Karena hari Senin", dan jawaban lainnya. Akhirnya, semua jawaban tersebut kurangkum menjadi satu.

Sebelum aku memberikan jawaban, aku memulai dengan cerita dan mengulang kembali pelajaran IPS dan PKn yang sudah mereka dapat di minggu-minggu sebelumnya, mulai dari Indonesia pada masa kerajaan hingga Belanda dan Jepang menjajah Indonesia. "Indonesia dijajah oleh Belanda berapa tahun?", "Kemudian dijajah Jepang berapa tahun?". Hingga akhirnya mereka tahu bahwa perjuangan yang dilalui Bangsa Indonesia itu sangat panjang hingga mencapai suatu kemerdekaan dan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Jadi, kenapa kita melaksanakan upacara bendera?", tanyaku lagi.  "Menghargai dan menghormati jasa para pahlawan", "Mendoakan arwah pahlawan", "Latihan disiplin", "Berlatih Tertib", "Bhinneka Tunggal Ika", dan jawaban-jawaban lainnya pun muncul dari bibir-bibir mungil mereka.

Dalam setiap jam pelajaran dan hari-hariku berdiri di depan kelas, pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang selalu kunantikan. Pertanyaan-pertanyaan yang simpel, namun mereka bisa puas setelah mengetahui jawabannya. Mereka melakukan sesuatu karena tahu maksud dan tujuannya, sehingga mereka melakukannya dengan senang hati. Curiousity!


Cerita Lainnya

Lihat Semua