Ada yang Kurang tanpa Pinang

Maman Dwi Cahyo 5 Februari 2013

Sejak pertama hadir di pulau ini, aku sampaikan ke warga kalau pendidikan itu adalah tanggung jawab bersama. Seperti yang disampaikan Pak Anies, sekolah hanya sebagian kecil saja. Dalam sehari, anak-anak bersekolah hanya beberapa jam saja. Waktu yang mereka luangkan di luar sekolah dan di rumah jauh lebih banyak. Maka, yang layak disebut guru sesungguhnya adalah ibu, ayah, keluarga, dan lingkungan di mana anak-anak itu tumbuh besar.

Pada suatu malam, aku mencoba mengunyah pinang dan sirih dengan mace-mace di rumah. Sambil memercingkan mata dan hati-hati mengunyah, mace-mace menjelaskan kalau aku perlu menambahkan kapur agar warna merahnya bisa keluar.

Seperti itu lah pinang yang dikunyah mace dan pace, merah, menggiurkan dan menguatkan gigi. Namun pinang tersebut tidak bisa dikunyah begitu saja tanpa kapur, daun sirih, atau pun bunga sirih. Kenikmatannya akan jelas berbeda. Tanpa kapur, warna merah tidak akan muncul di bibirmace danpace. Tanpa daun atau bunga sirih, rasanya akan sepat begitu saja. Daun atau bunga sirih memberikan sensasi pedas dan aroma khas yang jauh menambah nikmat kunyahan pinang.

 Demikian halnya dengan pendidikan, apabila berkurang satu unsur saja, tujuan dari pendidikan itu pun akan percuma. Kehadiran seorang guru, semangat anak murid untuk belajar, dukungan orang tua dan keluarga di rumah, pendidikan karakter dan budi pekerti di lingkungan, serta perlindungan hukum dari pemerintah, bersama-sama akan mempercepat tujuan dari pendidikan itu sendiri. Janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pun dapat cepat terpenuhi.


Cerita Lainnya

Lihat Semua