Terima Kasih, Purnama
Maisya Farhati 12 Februari 2012Ada yang istimewa tiap kali bulan purnama menggantung di langit. Hmm..tentunya bukan karena ada yang berubah menjadi drakula ataupun manusia serigala seperti di cerita anak-anak, hehe... Aku sendiri, dahulu tak merasa ada yang berbeda dengan adanya purnama ini, selain langit biru gelap yang dihiasi bulan bulat penuh.
Purnama di kota-kota besar, atau dimanapun dengan sumber penerangan yang cukup, pastilah tak memberikan perbedaan yang begitu terasa. Lampu terang benderang, orang hilir mudik, cahaya seolah melesat di sepanjang jalan seiring ribuan kendaraan yang bergerak.
Akan tetapi di sebuah dusun tak berlistrik PLN seperti Pinang Gunung ini, cahaya purnama turut serta menerangi malam. Biasanya jika aku berjalan malam-malam menuju rumah tetangga untuk men-charge laptop, aku menyalakan senter. Namun senter tidak diperlukan pada saat bulan purnama. Dusunku lebih terang benderang.
Aku berjalan dengan khidmat di bawah purnama ditemani bunyi jangkring di rerumputan. Yah terkadang ditemani bunyi tokek juga yang sedang nemplok entah dimana. Aku berjalan sambil memandangi langit. Lebih indah lagi jika purnama ditemani bintang-bintang yang entah berapa juta jumlahnya. Sungguh, di sinilah aku pertama kali melihat bintang begitu banyak seperti hendak menghujani bumi.
Ternyata selama ini banyak sekali nikmat yang sering terlewatkan untuk kita syukuri.
Alhamdulillah.
[08022012]
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda