Solidaritas Tanpa Batas

Maisya Farhati 3 Agustus 2011

Banyak hal baik yang tersebar melalui internet. Banyak orang yang menjadi saling mengenal dan kemudian melakukan kebaikan bersama lewat internet. Salah satu kebaikan yang kurasakan adalah perkenalan para Pengajar Muda (PM) Bawean dengan teman-teman dari infoGRESIK (http://infogresik.info dan @infoGRESIK). Perkenalan kami berawal dari jejaring sosial Twitter. Pertemuan pertama kami adalah pada tanggal 15 Juni 2011, ketika PM hendak menyeberang ke Pulau Bawean dari Gresik. Kopi darat tanpa secangkir kopi. Kala itu kami hanya berbincang-bincang singkat sebelum akhirnya naik ke kapal dan meneruskan perjalanan. Lewat Twitter, kami masih saling menyapa. Keberadaan mereka bagi kami sangat berarti, karena mereka turut membantu menyosialisasikan program Indonesia Mengajar secara umum dan pengalaman para PM di Bawean khususnya. Dan sampailah kami pada kopi darat kedua, yang masih tanpa secangkir kopi pun hadir di sana.

Awal Juli 2011, kami bertemu di Gresik. Dari InfoGRESIK hadir lebih banyak personil. Kami senang mendapat teman baru lebih banyak. Dan pada pertemuan itulah kami mendapat informasi bahwa mereka akan datang ke Bawean. ‘Berbagi Buku’. Begitu nama program yang mereka inisiasi. Di Twitter, bisa dicari informasi mengenai program ini dengan mengetik hashtag #BerbagiBuku. Melalui program ini, mereka mengumpulkan buku dan sumbangan lainnya yang mendukung pendidikan bagi anak-anak di Gresik (FYI, Bawean termasuk wilayah Kab. Gresik). Bagi teman-teman infoGRESIK, ternyata ini adalah pengalaman pertama bagi mereka menginjakkan kaki di Pulau Bawean. Para PM menyambut kedatangan dua perwakilan dari infoGRESIK di Dusun Tanah Rata, tempat temanku Putri mengajar. Lalu kami juga mengajak mereka ke tempat Tidar mengajar, yaitu Dusun Serambah. 

  Beberapa kardus besar berisi buku pelajaran, permainan edukatif, alat tulis, dan media belajar lainnya, berhasil mendarat di Bawean. Kami, para PM, kemudian sibuk membagi enam barang-barang tersebut. Sungguh luar biasa senangnya. Kami merasa tidak sendiri. Kami merasa perjuangan ini didukung oleh banyak orang di luar sana yang membantu dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa hari kemudian, aku mendapat kabar gembira lagi. Dua kardus paket telah menungguku di Kantor Pos Sangkapura. Esoknya aku bergegas ke sana. Itu adalah kiriman buku dari adikku, Aini, dan dari Mas Aries, senior semasa aku kuliah di FEB UGM. Sesampainya di Dusun Pinang Gunung, tempat tinggalku, murid-muridku telah menunggu di rumah. Mereka tahu hari itu mereka akan mendapat hadiah besar berupa dua kardus buku. “Ibu…saya mau bantu Ibu bereskan buku..” kata mereka riang.

 Kini aku punya pojok membaca di rumahku. Mungkin bisa dibilang perpustakaan mini. Di sana hanya ada satu meja berisi buku-buku.

Tahukah Kawan, meja itu pun punya cerita sendiri. Sebelumnya, aku berniat menggunakan tumpukan kardus sebagai rak buku. Namun diam-diam ibu angkatku mengorbankan meja memasak di dapur untuk perpustakaan.

“Ibu, ini mejanya diganti ya, Bu?” tanyaku kepada Ibu melihat meja dapur berganti rupa. Meja itu kini lebih kecil.

“Iya…ini pakai meja yang di sana,” jawab Ibu sambil menunjuk lokasi meja yang tadinya ia gunakan sebagai tempat menaruh bedak, sisir, dan lainnya.

“Meja dapur yang dulu dikemanakan, Bu?” tanyaku penasaran.

“Sudah saya bersihkan… Itu untuk perpustakaan saja. Tuh ada di depan.”

Aku tidak menyadari sebelumnya bahwa meja itu telah dipindahkan ke pojokan ruang tamu. Aku berterima kasih kepada Ibu. Aku tahu itu ‘hanyalah’ sebuah meja. Tapi meja di rumah ini bisa dihitung jumlahnya, hanya ada tiga. Dan Ibu mengorbankan salah satunya untuk perpustakaan.

“Nggak apa-apa… Nanti kalau ada kayu lagi, Bapak buat meja baru,” katanya.

Kawan, solidaritas ini sungguh luar biasa. Dan aku semakin percaya bahwa masih banyak orang baik di dunia ini. Mungkin engkau adalah salah satunya. Iya kan? :)

[02082011]


Cerita Lainnya

Lihat Semua