Balada Pulang Kampung

Maisya Farhati 24 Desember 2011

 

Carrier 80 liter itu berdiri tegak di depan kamarku. Hufff.. Aku menghela napas. Ini adalah packing yang ke sekian, semoga tidak ada acara bongkar-bongkar lagi. Sebelumnya, aku berniat hanya membawa ransel ukuran sedang dan koper kecil untuk dibawa pulang. Isinya laptop, pakaian ganti, serta pakaian dan buku yang akan ‘dipulangkan’ ke rumah. Tapi rencana tinggallah rencana.

Jauh sebelum rencana mudik, Ibu hostfam-ku sudah bertanya kapan aku akan pulang. Hal ini tentu berkaitan dengan persiapannya membekaliku dengan oleh-oleh berupa makanan. Aku sampaikan bahwa aku akan pulang setelah kegiatan semester 1 selesai. Beberapa orang tua murid dan tetangga terdekat juga menanyakan hal yang sama. Salah satunya bertanya , “Kalau pulang nanti saya bawakan ikan kering ya, Bu?” Lainnya menyatakan, “Nanti saya buatkan kerupuk ya, Bu..” Aku mengiyakan dan bilang terima kasih. Jujur saja aku bukan orang yang hobi bawa seabrek oleh-oleh, tapi ini adalah caraku menghargai kebaikan mereka. Tidak mungkin aku tolak juga kan? Aku khawatir malah disangka sombong atau tidak menyukai makanan mereka.

Sehari sebelum kepulangan, Ibu telah selesai membuat kue bolu kering dan kacang sangrai. Semuanya dikemas dalam plastik-plastik ukuran sedang. Ditambah lagi kerupuk ikan di beberapa plastik lainnya. “Wah…banyak juga,” pikirku. Aku mulai packing. Hari itu, seorang tetangga juga sudah menyerahkan sekantong kerupuk untukku.

Sreeeetttt… Aku berhasil menutup retsleting koper. Pas sekali, sudah tidak ada ruang lagi. Sementara masih ada kantong kue yang belum berhasil dimasukkan. Baiklah, mungkin aku harus membawa tentengan kecil.  Tiba-tiba pintu rumah diketuk.

“Ibuuu.. Ini ikan keringnya. Maaf saya baru sempat antar ke sini, baru selesai membuat minyak kelapa,” ujarnya. Itu adalah salah seorang orang tua murid, tetanggaku yang lainnya. “Duh Ibu..terima kasih banyak. Jadi merepotkan.. Banyak sekali ini ikannya…” Ia tersenyum saja dan berkata itu bukanlah apa-apa.

Aku membongkar tas lagi. Tidak muat! Gawat.. Tidak muat!

Daripada membawa banyak tentengan, akhirnya aku memutuskan memindahkan seluruh isi di koper kecil ke dalam carrier. Menggunakan tas sebesar itu rasanya seperti waktu pertama mau berangkat penempatan ke daerah. Dan.. akhirnya packing selesai juga. Aku berniat bersantai sebentar.

Tak lama kemudian, berdatanganlah tamu-tamu lainnya. berbondong-bondong tetanggaku yang sekaligus adalah orang tua murid datang dengan berbagai ‘upeti’ di genggamannya. Kebanyakan membawa kerupuk, kue kering, dan ikan kering. I was speechless. Senyum mengembang tetapi di dalam hati bingung luar biasa karena oleh-oleh itu banyak sekali dan aku harus bongkar carrier lagi. Tidaaaak…

Kami kemudian berbincang-bincang. Mereka menitipkan salam untuk keluargaku di Jawa (mereka menggeneralisasi semua wilayah di luar Bawean dengan sebutan Jawa). Aku mengucapkan banyak terima kasih sambil mulai membenahi lagi barang bawaan di dalam tas. Mereka semua menyaksikan dengan mata berbinar. Bahagia bahwa makanan pemberian mereka akan dibawa berlayar ke Jawa!

Malam itu aku selesai membenahi semuanya. Carrier rasanya sudah compact sekali, hampir tak ada ruang tersisa. Aku benar-benar lelah. Malam itu aku tidur nyenyak.

Tanpa disangka, di hari H aku meninggalkan dusun, kepala sekolahku memberikan sekardus oleh-oleh lagi, entah apa isinya. “Ini dibawa untuk keluarganya yaa.. Tak usah dilihat isinya,” ujarnya. Aku mengucapkan terima kasih. Kukira itu sudah yang terakhir, sampai seorang muridku datang di menit-menit terakhir dan memberikan sekantung kerupuk. Lagi. Aku membenahi carrier.

Setelah itu, Bapak hostfam mengantarku turun ke desa. Motor tua Bapak adalah saksi bisu perjalanan pagi itu. Satu carrier di depan, satu ransel di pundakku, dan satu kardus di tengah-tengah. Jalan Dusun Pinang Gunung yang licin dan rusak membuatku waswas. Namun Bapak cukup cekatan mengendalikan motor. Pagi itu aku berangkat ke Kecamatan Sangkapura.

Terkadang hidup ini terasa berat, Kawan. Begitu pula carrier dan semua barang bawaanku pagi itu. Namun di dalamnya terdapat segenap cinta dari warga Pinang Gunung. Itu saja..dan semuanya terasa ringan.

[24122012]


Cerita Lainnya

Lihat Semua