Pendidikan yang Membebaskan

M. Nurul Ikhsan Saleh 22 Juli 2014

Pendidikan diharapkan bisa memanusiakan manusia dengan seutuhnya. Kegiatan pembelajaran di sekolah diharapkan mencerminkan realita yang terjadi di masyarakat. Bukan saatnya lagi apa yang dijelaskan seorang guru hanya berkutat berdasar buku bacaan yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan yang siswa alami dalam kehidupan nyata. Sudah saatnya kegiatan di sekolah benar-benar membumi. Ini juga sebenarnya yang dicita-citakan dalam implementasi kurikulum 2013.

Sekolah butuh menjunjung tinggi daya nalar anak. Bukan zamannya lagi anak-anak hanya duduk tenang mendengarkan penjelasan dari seorang guru. Anak-anak butuh didengar apa-apa yang mereka ingin katakan. Proses pendidikan harus menyakini bahwa setiap anak adalah bintang. Setiap setiap anak juara. Setiap anak istimewa. Maka dari itu perlu wadah yang bisa menampung kreativitas yang dimiliki anak-anak di sekolah.

Salah satu langkah yang saya lakukan selaku guru Bahasa Indonesia di sekolah yaitu memberikan kelas tambahan menulis kepada siswa dengan memberikan ruang seluas-luas kepada siswa untuk mengekspresikan apa saja yang ada di kepala mereka. Saya mengajarkan catatan harian, puisi, cerpen dan lain-lain dengan cara yang membebaskan. Berhubung yang terjadi di sekolah sering kali adanya pertengkaran di antara siswa, kemudian saya mengajak anak-anak memikirkan seputar efek negatif dari pertengkaran, bagaimana menghindari perkelahian, menolong orang lain, menjadi anak yang baik, mengajak orang lain agar cinta damai.

Sungguh mengejutkan betapa siswa saya yang masih kelas empat, lima dan enam sudah bisa mengungkapkan itu semua dalam tulisan. Meski dengan kata-kata yang sederhana dan tulisannya belum panjang berlembar-lembar, tapi rasa kagum dan apresiasi yang besar kepada mereka tetap saya berikan. Mereka telah berani mengungkapkan segala imajinasi yang ada dipikiran menjadi sebuah tulisan yang baik. Meski anak-anak ini hidup dengan kesederhanaan fasilitas, tapi semangat mereka untuk terus maju sangat besar. Dalam tulisan tersebut, anak-anak membayangkan tentang Indonesia di masa depan menjadi negara yang lebih maju dan peduli akan terwujudnya perdamaian.

Tulisan mereka kemudian di satukan menjadi sebuah draf buku berujudul Sekolah Damai. Draf tersebut berasal darilima puluh satu tangan kreatif para siswa. Kira-kira hanya butuh tiga bulan agar tulisan mereka ini bisa terkumpul dengan menjadi draf buku.Memang masih banyak yang perlu ditingkat kemampuan siswa dalam merangkai kata-kata agar lebih beralur dan lebih panjang. Kekurangan tersebut menjadi bahan bakar agar kekurangan bisa terus perlahan ditutupi, lebih-lebih mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar yang ada di Dusun Terang Agung, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat (TBB), Provinsi Lampung.

Mulanya tulisan dalam draf buku ini dituangkan dalam catatan harian siswa. Di mana siswa memiliki catatan harian yang bisa dibawa kemana saja dalam keseharianya. Di saatmata pelajaran Bahasa Indonesia, catatan para siswa dicek dan diberikan umpan balik. Para siswa juga dipandu mengasah skill bidang kepenulisan lewat praktik-praktik sederhana di dalam kelas mengenai bahasan di dalam tulisan, sesekali siswa diberikan tema bahasan yang sama, lainnya bebas dari mereka sendiri jika ingin menulis apa saja.

Saya sadar bahwa setiap anak adalah mutiara. Dari itulah, seorang guru tinggal mengarahkan dengan baik. Biarkan siswa tumbuh sendiri dengan luar biasa. Di Sekolah Dasar saja, betapa saya menemukan kemampuan menulis para siswa yang dahsyat.Sebenarnya, di sini saya fokus bukan hanya pada titik tekan di bidang kepenulisan, akan tetapisaya mengajak siswa memikirkan kehidupan yang senyatanya terjadi dalam keseharian.Dari situlah, para siswa dengan polos menceritakan dengan apa adanya sesuai yang mereka alami sehari-hari. Tidak ada rekayasa.

Semoga kebiasaan siswa menulis dan memikirkan tentang fenomena kehidupan sehari-hari akan membuat mereka menjadi anak yang tumbuh mandiri. Anak-anak yang bisa bertanggung jawab secara mandiri atas permasalahan yang mereka hadapi. Sudah saatnya anak-anak mencarikan solusi atas keluh kesah yang dirasakan sehari-hari. Anak-anak perlu dirangkasang agar berpikir out of the box. Sehingga mereka tumbuh menjadi kreatif dan tidak selalu membebek. Selain itu, semoga akan tumbuh rasa percaya diri yang semakin besar dalam diri mereka dan siap bersaing dimana pun kelak berada.

Terakhir, saya ingin mengajak para orang tua dan para pendidik di mana pun berada. Mari berikan kepercayaan kepada anak-anak kita agar mereka tumbuh secara mendiri sesuai imajinasi yang ada dalam diri mereka. Kita tinggal mengarahkan ke arah yang baik. Berikan anak-anak ruang seluas-luasnya berpikir bebas, jangan membelenggu kreativitas mereka dengan memaksakan kehendak dengan hanya menjejali pelajaran yang jauh dari realitas kehidupan keseharian. Lebih-lebih hanya lewat hafalan-hafalan yang bisa membuat stress. Mari sedini mungkin anak-anak kita diajak mengekspresikan gagasan-gagasan briliannya baik lewat ungkapan, tulisan, maupun perbuatan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua